Share

Bab 61

Author: Daes Eag
last update Last Updated: 2022-10-04 10:33:43
Hari sudah mulai gelap ketika Nara menginjakkan kedua kakinya kembali ke perbatasan hutan. Gadis itu lantas berbalik untuk menatap sosok yang masih berdiri di belakangnya.

"Pulanglah. Mungkin ... orang-orang akan panik karena mengira aku telah menculikmu." Moa terkikih pelan, membuat Nara menahan tawanya.

Sebelum Nara benar-benar pergi, suara Moa kembali menyapa indra pendengarannya sehingga gadis itu berbalik dan kembali menatapnya. Lelaki itu memanggilnya dengan suara yang begitu lembut.

"Ada apa?" tanya Nara.

"Besok ... apa kau akan ke sini lagi?"

Pertanyaan itu sempat membuat Nara menautkan kedua alisnya sejenak, sebelum akhirnya ia mengulum senyum. "Kau berkata seperti itu karena memang ingin aku kembali lagi ke sini, kan?" ujarnya.

"A-apa? Tidak--"

"Aku akan ke sini lagi besok. Jadilah anak baik malam ini." Nara tersenyum sehingga kedua matanya membentuk sebuah lengkungan yang menyerupai bulan sabit ke atas. Ia pun pergi dari sana dan melambaikan tangannya pada Moa
Daes Eag

Mohon maaf ada ada perubahan isi bab yaaa. Terima kasih <3

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • The Beauty & The Monster   Bab 62

    Pagi ini Nara mendapat laporan kalau beberapa pemuda yang mengganggunya sudah diamankan oleh kepala desa dan akan segera diberikan sanksi. Sang kepala desa secara langsung pergi ke kediaman gadis itu untuk sekalian mengucapkan permintaan maaf. "Tidak perlu meminta maaf, ini sama sekali bukan kesalahan Anda," ujar Nara. "Mereka pasti membuat Anda merasa tak nyaman, Nona. Sekali lagi saya meminta maaf." "Tidak apa-apa. Yang penting sekarang mereka harus segera ditindak setidaknya agar jera, apalagi Yooshin bilang ada yang masih umurnya belum legal. Saya percaya Anda bisa melakukannya." Sang kepala desa kemudian membungkukkan badannya dan segera berpamitan dari sana. "Jangan terlalu sering pergi sendiri saat malam hari jika memang tak ada kepentingan. Atau setidaknya jika memang ingin pergi, suruh seseorang untuk menemanimu pergi," ujar Seungmo. Nara hanya bergumam pelan sebagai bentuk jawaban. "Aku akan pergi menjenguk Tuan Hwang dan mungkin pergi bersama Yooshin setelahn

    Last Updated : 2022-10-04
  • The Beauty & The Monster   Bab 63

    "Mereka mencarimu." "A-apa?" "Ada seseorang yang menyuruh mereka ke sini dan mencarimu. Kurasa, kemarin orang-orang itu memang sudah mencurigai kau yang secara diam-diam pergi ke sini," ujar Moa seraya menurunkan Nara di suatu tempat. "Sungguh? Apa mungkin kakekku?" "Aku tidak tahu soal itu. Tapi, yang memimpin mereka adalah ayahnya si Yooshin itu, orang yang menjadi kepercayaan sekaligus tangan kanan kakekmu." "Jadi, maksudmu ... kemarin Tuan Hwang dan pengikutnya ke sini?" Moa mengangguk. "Mereka sudah merasa curiga padamu. Meski kemarin aku berhasil mengusir mereka, akan tetapi aku masih tak yakin kalau mereka tak akan kembali lagi." Lelaki itu menolehkan kepalannya ke belakang sana. "Tapi kemungkinan pemimpin mereka saat ini tak akan bisa pergi, karena kemarin aku tanpa sengaja melihatnya memakan buah yang kau temukan tadi." "A-apa kau bilang?" Kedua mata milik Nara lantas membulat. "Aku ingat kalau Yooshin juga berkata kalau saat ini ayahnya sedang sakit dan kemarin

    Last Updated : 2022-10-05
  • The Beauty & The Monster   Bab 64

    “Ke mana dua orang yang tadi di sini? Apa mereka memesan ini untukmu?” Si pemilik kedai itu menatap seorang anak perempuan yang ada di meja itu.“Iya, mereka pergi dan meninggalkan ini di sini.”Wanita yang umurnya diperkirakan sudah hampir mencapai setengah abad itu lantas menatap sejumlah uang ditinggalkan di meja, lalu menghitungnya. Percakapannya dengan bocah itu sempat diperhatikan oleh salah seorang pengunjung yang ada di sana tanpa ia ketahui.“Uangnya pas untung semua pesanannya, berarti ini memang untukmu,” ujar wanita itu. “Ya ampun, dasar pasangan muda. Padahal ini masih hujan tapi malah langsung pergi.” Ia menatap ke sekitar dan sepertinya mereka berdua memang sudah pergi dari sana.“Tapi mereka berdua serasi, ya?” Bocah itu berujar di tengah kegiatan mengunyahnya.“Ah, kau juga berpikir begitu? Hanya saja aku tidak bisa melihat wajah prianya.”“Tuan itu memiliki wajah yang sangat tampan. Garis rahangnya tegas, warna kedua matanya juga agak kebiruan namun cantik. Aku juga

    Last Updated : 2022-10-05
  • The Beauty & The Monster   Bab 65

    Nara membuka pintu kamarnya dan ia melihat Moa yang berada di sana, duduk bersila menghadap ke luar.“Kupikir kau langsung pulang,” ujar Nara.“Aku kedinginan.”Jawaban jujur itu membuat Nara tersenyum. “Kasihan sekali. Kupikir kau tak pernah merasa kedinginan,” ujarnya. “Kau pasti lelah. Tidur saja di sini sebelum kembali ke hutan. Kau mau mengganti pakaianmu? Mungkin aku bisa membawakanmu pakaian yang kering.”“Tidak usah. Aku akan tetap seperti ini, lagi pula sebentar lagi aku akan kembali ke hutan.”“Baiklah.” Nara kemudian terdiam saat gadis itu berniat menarik tali hanbok miliknya, lalu berbalik menatap Moa. “Aku … akan mengganti pakaian dulu—”“Ganti saja di sini.” Lelaki yang masih belum mengubah posisinya itu menginterupsi, mengabaikan reaksi Nara yang sudah membulatkan kedua matanya.“Kau gila?”&ld

    Last Updated : 2022-10-06
  • The Beauty & The Monster   Bab 66

    "Haewon, kau bisa kembali jika kau mau." Nara menghentikan langkahnya lalu menoleh ke belakang, tepat ke arah wanita yang berjalan bersebelahan dengan Yooshin."Maaf, Nona. Tapi saya tidak bisa kembali jika hanya sendiri. Ini perintah dari Tuan Kim," jawab wanita yang umurnya lebih tua darinya itu tanpa mengangkat kepala. Nara membuang napasnya agak kasar, "Tapi aku benar-benar merasa tak nyaman jika seperti ini." "Sudahlah, Nara. Lagi pula ini memang bagus untukmu. Sesekali aku tak bisa menemanimu kan, jadi tak apa jika Nona Choi juga ikut bersamamu ke mana pun kau pergi." Yooshin segera berujar. "Iya, aku tahu. Tapi jika seperti ini, aku malah merasa seperti seorang Nona Muda terhormat yang tak pernah keluar rumah." Jawaban Nara malah membuat Yooshin terkikih pelan, hingga ia langsung mendapatkan tatapan tajam dari gadis itu. "Lagi pula kau ini pendeta, yang artinya kau memang orang cukup disegani di sini jadi tak ada salahnya kalau kau memiliki pelayan pribadi," ujar lelaki it

    Last Updated : 2022-10-07
  • The Beauty & The Monster   Bab 67

    Dengan berbekal satu buah anak panah yang diberikan oleh Nara, Haewon berlari dengan sekuat tenaga berusaha untuk mencari Yooshin atau paling tidak para penjaga yang turut mencari para buronan itu. Tanpa harus melibatkan orang-orang yang tak bersalah, rasanya sulit karena bahkan gadis itu sedari tadi ingin sekali berteriak meminta tolong akan tetapi ia selalu mengurungkan niatnya begitu melihat banyaknya anak kecil di sana.Haewon menolehkan kepalanya ke belakang dan menatap seorang pria yang masih saja mengejarnya meski sudah terkena satu anak panah dari Nara tadi.“Berhenti kau!” teriak pria itu di belakang sana hingga beberapa orang tampak menoleh.“Tolong aku! Tuan Hwang!” Dengan sekuat tenaga Haewon berteriak dan berharap Yooshin ada di sekitar sana.Brukk!Nahasnya, gadis itu justru menabrak seseorang tanpa sengaja hingga tubuhnya limbung akan tetapi segera ditahan oleh orang itu.“Te-terima kasih!” Dengan takut-takut Haewon menatap pria di hadapannya dan ia menoleh ke belakang

    Last Updated : 2022-10-08
  • The Beauty & The Monster   Bab 68

    “Maaf karena tidak bisa menjaga Nona Son dengan baik.” Yooshin dan Haewon membungkukkan badan usai berbicara dengan Seungmo begitu mereka sampai.“Tidak apa-apa, aku juga terkejut saat mendengar kabar itu. Padahal baru beberapa jam lalu Kepala Desa ke sini memberi kabar kalau para penjahat itu sudah ditangkap.” Seungmo membalas. “Kalau begitu sekarang aku akan ke sana denganmu. Haewon, tolonh awasi cucuku di sini.”Haewon yang mendengar itu kembali membungkukkan badannya. “Baik, Tuan Kim.”Nara membuang pandangannya usai menatap sang kakek yang sudah pergi bersama dengan Yooshin dan juga dua buah anak buahnya yang lain.“Bukan salahmu. Seharusnya kau tak perlu meminta maaf pada kakek,” ujar Nara. Ia melangkah memasuki rumahnya dengan diikuti Haewon di belakang.“Karena saya lalai, Nona.”“Tapi kau memang tidak salah. Kakrk juga tidak tahu sepenuhnya yang terjadi di sana. Kau sudah berjuang keras tadi. Jika tak ada kau, maka aku akan lebih kesulitan.” Nara memberikan peralatan memanahn

    Last Updated : 2022-10-08
  • The Beauty & The Monster   Bab 69

    “Kau pergi bersamaku. Kapan kau akan melakukannya?”“Apa jika aku menyuruhmu untuk menunggu, kau masih akan tetap menunggu?” Nara membalasnya.Moa menatap kedua netra milik gadis itu kemudian ia memutuskan kontak mata mereka secara sepihak setelahnya. “Ah, kau masih ingin aku menunggu, ya? Baiklah, lupakan saja pertanyaanku barusan,” ujarnya seraya kembali menatap ke depan sana.“Apa kau … marah?”“Apa aku terlihat sedang marah?” tanya Moa dan lelaki itu menatap kembali Nara. Kemudian setelahnya ia menahan tawa begitu melihat Nara yang menganggukkan kepala, mengiyakan pertanyaannya dengan raut wajah begitu lugu.“Astaga, melihatmu seperti ini membuatku berpikir kalau kau ini masih gadis yang sama dengan yang aku lihat beberapa tahun yang lalu. Kau masih terlihat seperti saat berumur delapan tahun, kau tahu?” cibir Moa. “Dari dulu, tatapan dan juga raut wajahmu itu masih saja sama dan tidak berubah sedikit pun.”“Memangnya kau memperhatikanku?”“Seekor singa tak akan melepaskan mangsan

    Last Updated : 2022-10-09

Latest chapter

  • The Beauty & The Monster   Extra Bab

    Seorang anak kecil terlihat berlari mengejar-ngejar seekor kelinci yang ada di halaman rumahnya. Beberapa orang wanita yang ada di sana melihat ke arah itu dengan seulas senyuman lebar yang terlihat begitu bahagia. "Nona Sowon terlihat begitu senang, bukankah begitu?" Salah seorang wanita yang baru saja selesai menjemur pakaian itu pun berujar. "Dia terlihat menggemaskan, sama seperti Nona Nara dahulu sewaktu beliau masih kecil," jawab rekannya. "Aku dulu sempat khawatir jika Nona Nara benar-benar akan berakhir persis seperti mendiang ibunya dulu, tapi aku benar-benar bersyukur karena ternyata Nona Nara memiliki seseorang di dekatnya seperti Tuan Yooshin, bahkan hingga mereka berdua menikah pun, Tuan Yooshin terlihat semakin bahagia, kurasa beliau memang sudah memiliki perasaan yang lebih kepada Nona Nara sejak lama, atau mungkin sejak mereka masih anak-anak karena mereka sering sekali menghabiskan waktunya berdua." Wanita yang merupakan seorang pelayan di kediaman itu pun membuan

  • The Beauty & The Monster   Bab 101

    Sebuah upacara pernikahan baru saja selesai diadakan begitu hari menjelang siang. Orang-orang yang datang terlihat begitu bergembira, menatap sepasang pengantin baru yang beberapa saat lalu mengucapkan janji sehidup semati.Takdir memang tak ada yang tahu, begitu pun dengan setiap rencana milik Tuhan. Namun sebaik apapun rencana yang manusia pilih, rencana dari Tuhan adalah rencana yang terbaik dari yang paling baik.Langit pun tampak begitu cerah, seolah mendukung pasangan muda ini untuk menikmati waktu bahagia mereka.Pasangan yang dulu dikenal sebagai sahabat dekat sedari usia mereka masih belia, kini bertranformasi menjadi pasangan yang sesungguhnya. Nara melingkarkan tangannya di salah satu lengan milik Yooshin, menatap pria itu selama beberapa saat sebelum akhirnya mereka berdua berjalan menyapa para tamu undangan.Kedua sudut bibir milik Nara naik ke atas melihat betapa bahagianya orang-orang di sana. Dan tanpa ia sadari pula, sedari tadi Yooshin menatapnya dari samping, menat

  • The Beauty & The Monster   Bab 100

    Moa menyentuh permukaan wajahnya yang lain menggunakan tangan, dan menemukan adanya darah di sana, sebelum akhirnya kembali menatap Nara. Kini gadis itu bersungguh-sungguh untuk membunuhnya, tanpa mau memikirkan hal lain lagi. Nara beberapa kali melayangkan serangan padanya tanpa adanya ragu sedikit pun. "Nara ... " Yooshin berniat berdiri untuk membantu Nara. Dengan menggunakan pedangnya untuk tumpuan, pria itu berdiri dari posisinya dan mendekati Nara secara perlahan. Yooshin berlari sekuat yang ia bisa dengan pedang yang sudah bersiap di tangannya. Namun sebelum ia benar-benar mendekati Moa, mahluk itu sudah terlebih dulu berbalik dan menangkis serangannya dan memukul bahu Yooshin beberapa kali hingga tubuh pria itu terdorong beberapa kali ke belakang. "Yooshin!!" Di saat lengah itulah, Moa memanfaatkan kesempatan untuk melancarkan serangan terakhirnya pada Yooshin. "Matilah kau!!!" Tangan Moa sudah siap mengoyak perut Yooshin, membuat Nara membelalakkan kedua matanya. "Ti

  • The Beauty & The Monster   Bab 99

    "A-aku percaya Paman adalah orang yang baik." Kalimat itu menjadi kalimat terakhir yang keluar dari gadis kecil malang yang berusaha menyelamatkan Nara. Haewon tak bisa berkata-kata lagi. Wanita itu terduduk di atas permukaan tanah dengan air mata yang berderai."Tidakkk!!" Nara langsung bergerak dari posisinya dan meraih tubuh kecil yang kini tak berdaya itu. Air matanya berderai, tak percaya kalau seorang gadis kecil akan berbuat sampai sejauh itu demi menyelamatkan hidupnya. Gadis itu tak bersalah. Ia tak ada kaitannya dengan ini dan tak seharusnya berkorban sampai sejauh itu. Yooshin yang melihat itu tampak tak menduga kalau hal seperti ini akan terjadi, bahkan Moa sekalipun tak bisa menghindar. Gadis kecil yang baru saja meregang nyawa di hadapannya itu tak lain adalah gadis kecil yang beberapa waktu terakhir pernah ia selamatkan. Satu-satunya orang lain yang menganggapnya sebagai orang baik dan memperlakukannya layaknya seperti orang yang tak pernah membunuh.Dan siapa sangka

  • The Beauty & The Monster   Bab 98

    "Nara, kau—" Kedua mata Yooshin membulat saat melihat Nara yang benar-benar berhasil mencabut pedang itu sepenuhnya. "Yooshin, aku berhasil." Nara menatap Yooshin. Gadis itu berhasil. Yooshin dengan segera membantu Nara agar gadis itu tak kehilangan keseimbangannya. Pria itu lalu menatap luka yang ada di punggung Nara. "Nara, tapi lukamu tak menghilang sedikit pun." Napas Nara tersengal, "tak apa, Yooshin. Aku sudah tak lagi merasakan sakitnya. Ha-hanya saja—" Tubuhnya tiba-tiba limbung namun Yooshin dengan sigap menahannya. "Nara, kau tak apa?" tanya Yooshin cemas. "Aku tak apa, rasa sakitnya sudah berkurang, hanya saja aku merasa kalau tenagaku terkuras banyak hingga aku merasa kalau kedua kakiku tak sanggup menahan beban tubuhku sendiri," lirih Nara. "Ayo, kembali ke desa. Kita harus menolong semua orang. Mereka pasti memerlukan bantuan." Yooshin mengangguk. Ia segera memapah Nara dan mulai bergerak keluar dari hutan. *** Moa menggeram dengan darah yang menetes dari ujung

  • The Beauty & The Monster   Bab 97

    "AKU TAK AKAN MENGAMPUNMU!" Seungmo merasakan rasa sakit yang luar biasa pada bagian perutnya begitu salah satu tangan Moa berhasil merobek permukaan kulitnya. "Entah apa saja yang sudah kau katakan pada Nara yang jelas kau sudah menghancurkan semuanya!!" Moa berteriak tepat di depan wajah Kim Seungmo. Ia seakin mendorong masuk kuku-kuku di tangannya ke dalam, membuat Sungmo terbatu dengan darah yang keluar dari mulutnya. "Tuan Kim!" Tuan Hwang berdiri sekuat tenaga dengan bertumpu pada pedangnya dan pria itu berjalan mendekat ke arah Moa dan Seungmo. Moa langsung melompat menghindar tapat ketika Tuan Hwang mengayunkan pedang ke arahnya. "Semua kekacauan yang terjadi di desa ini, aku takkn pernah bisa memaafkanmu!" murka Tuan Hwang. "Kenapa, Kim Seungmo?" Kedua tangan Moa mengepal dengan kuat. "Kenapa kau melakukan hal ini lagi? Kenapa kau selalu saja menggagalkan semua rencanaku?!" "Ka-karena aku tak ingin menyerahkan cucuku padamu, Moa." Seungmo kembali terbatuk setelahnya.

  • The Beauty & The Monster   Bab 96

    Nara mencoba bergerak namun ia merasakan sakit yang luar biasa di bagian punggungnya. Salah satu tangannya mencoba meraih punggungnya dan ia berhasil menemukan sebuah luka di sana. Ia merasa permukaan kulitnya robek dan itu pasti berasal dari serangan Moa tadi. Rasa sakit ini seolah membawa Nara kembali ke hari di mana ia mendapatkna luka di lehernya. Kedua tangannya meremas kuat dedaunan kering yang berada di sekitarnya namun rasa sakit itu masih bisa ia rasakan. Sementara itu, Yooshin yang menemukan kuda milik Nara berada di perbatasan hutan pun segera turun dari kudanya dan ia dengan segera berlari masuk ke dalam hutan. Ia harus cepat sebelum Moa melakukan sesuatu yang buruk pada Nara. Tidak lama setelah ia masuk ke dalam hutan itu, ia melihat siluet seseorang mendekat dari depan dengan cepat. Yooshin segera menyembunyikan dirinya di balik sebuah pohon besar dan lelaki itu mengintip dari baliknya. Moa terlihat bergerak menjauhi hutan sebelum akhirnya benar-benar menghilang dari

  • The Beauty & The Monster   Bab 95

    "Mau ke mana kau sepagi ini?" Seungmo mengadang Nara yang yang hendak pergi. Gadis itu sudah bersiap dengan pedang dan juga panah yang berada di punggungnya. "Minggir," tegas Nara seraya menatap kakeknya dengan pandangan tajam. "Nara, ini masih terlalu pagi. Kau berencana menemui Moa dengan kondisi seperti itu? Jangan menemuinya dengan ambisi seperti itu-" "Kubilang minggir!" ulang Nara dengan nada yang lebih keras, membuat tubuh Seungmo tersentak pelan dan pria itu itu pada akhirnya memilih menyingkir dan membiarkan gadis itu berjalan melewatinya. "Nara!" Dengan sedikit berlari, Seungmo berusaha mencegah Nara yang kini sudah menaiki kudanya. Namun gadis itu seakan menulikan indra pendengarannya dan ia benar-benar diselimuti oleh kebencian yang timbul dalam dirinya. Perasaan sakit hati yang ia rasakan membuatnya kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Nara merasa dipermainkan, setelah apa yang ia lakukan. "Naraaa!!" Nara sudah melesat keluar dari kediamannya. Beberapa orang pela

  • The Beauty & The Monster   Bab 94

    Musim dingin kali ini benar-benar dimanfaatkan oleh Nara dengan sebaik mungkin, karena ia yang tak ingin kehilangan momen berharga bersama dengan orang-orang terdekatnya. Salju-salju sudah mulai menghilang dan hanya tersisa sebagian kecil. Bunga-bunga dan pohon sudah mulai mempersiapkan diri menyambut angin musim baru.Keadaan desa juga baik-baik saja, membuat Nara bersyukur. Ia, Yooshin dan juga Haewon sempat berhenti di tengah perjalanan pulang ke rumah.“Bintang-bintang banyak bermunculan malam ini, Nona,” ujar Haewon.“Kau benar.” Nara tersenyum tipis, akan tetapi hal itu tak berlangsung lama begitu ia kembali mengingat apa yang harus ia lakukan setelah ini. Mungkin, momen seperti ini akan menjadi salah satu yang ia rindukan.Diam-diam, Nara menatap Yooshin yang berdiri di sebelahnya. Wajah itu terlihat menanggung tanggung jawab yang teramat besar, akan tetapi tak pernah sekali pun Nara mendengar lelaki itu mengeluh padanya. Malahan justru Nara yang lebih sering meminta maaf padan

DMCA.com Protection Status