Share

5. Bersamamu

Penulis: Ken Andra
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-24 10:30:18

Malam terasa hangat, sehangat kebersamaan Demitrio Agashi dan Renata Prameswari.

Demitrio enggan melepaskan pelukannya, dia memangku Renata ala bridal style ke atas kasur king size.

Dengan lembut Demitrio menurunkan Renata, tangan kanannya membelai lembut wajah Renata yang terpaku dengan perlakuannya. Baru kali ini Renata merasakan nyaman sentuhan seorang pria, karena selama ini Renata selalu menutup diri dengan penampilan   yang tampak kaku.

"Aku menginginkanmu, Re." Suara Demitrio semakin serak dan tercekat. Bibirnya mulai menyentuh bibir tipis Renata.

Renata yang tak terbiasa, hanya bisa diam terpaku.

"Kamu belum pernah melakukannya, Re?" tanya Demitrio, melihat wajah tegang Renata.

"Sudah satu kali, itupun sama bapak tadi sore," kata Renata dengan suara tercekat.

Demitrio mulai melumat bibir Renata yang terasa manis, Renata tak memberontak sedikitpun. Dalam hatinya terus bergumam, merasakan sentuhan lembut Demitrio.

Tuhan aku tak ingin melakukannya, tapi kenapa sentuhan ini membuatku terbuai? Entah apa yang terjadi pada dada ini, seperti ribuan kupu-kupu berterbangan dalam tubuhku.

"Bibirmu manis, Re ... Apa aku yang pertama melakukannya?" Demitrio terus berbicara, tanpa melepaskan pagutannya.

Ketika Demitrio menurunkan baju Renata, Renata mulai terhenyak. Tersadar akan pesan ibunya, dia harus menjadi seorang wanita yang menjaga kesucian dan harga dirinya.

Mata hazel Renata mulai menitikkan air mata, melepaskan pagutan Demitrio.

"Maaf, Pak. Saya tidak bisa melakukan nya, walaupun rasa tidak bisa dibohongi. Saya ingat pesan ibu, saya akan melakukan setelah ada ikatan suci," papar Renata.

Demitrio menghembuskan napasnya yang tercekat.

"Ok ... Saya menghargai sikap kamu. Aku hanya manusia bejat yang tak layak dicintai...,"

Kenapa dengan bosnya? Renata mendengarkan Demitrio, merasa bersalah dengan perkataannya.

"Kenapa bapak berkata seperti itu?" tanya Renata.

Demitrio mengangkat tubuhnya, duduk di tepian ranjang.

"Aku merasa selalu terbuang, Re. Ibu pergi, sedangkan ayahku karena tidak ingin sengsara, dia selalu mengikuti perkataan keluarga besarnya,"

Mendengar perkataan Demitrio, rasa kasihan Renata mulai tergerak untuk memberikan kehangatan. Tangannya membelai tangan kekar Demitrio. Entah karena sayang, cinta atau hanya sekedar kasihan.

"Jangan merasa sendiri, Pak...,"

Cup ... Satu kecupan mendarat di pipi Demitrio, Demitrio tersenyum mendapatkan perlakuan manis Renata. Matanya, sesaat melihat Renata yang tengah tertunduk karena malu.

"Kalau bapak menginginkanku saat ini, lakukanlah...," ucap Renata, wajahnya memerah.

Demitrio hanya bisa tersenyum geli, melihat kepolosan sekertarisnya ini.

"Aku tidak akan melakukannya, Re. Kamu terlalu berharga untuk disentuh." Tangan Demitrio membelai lembut wajah Renata.

Renata masih menunggu, apa yang akan dilakukan Demitrio? Dalam hatinya pada saat ini, dia berpikir tidak apa melanggar norma.

Mata Renata terpejam merasakan sentuhan lembut Demitrio, dia sudah menyiapkan diri melepaskan segala keutuhan hidupnya.

Semakin lembut, hingga Renata merasa melayang dengan sentuhan. Sesaat Renata terbuai, tapi kenapa sentuhannya makin menjauh? Batin Renata berkata, tanpa membuka matanya.

"Ih bau, mandi cepat!" Demitrio menjauhi Renata, tangannya memijit hidung mancungnya.

Renata yang sedang membayangkan, malam indah, ambyar karena perkataan bosnya yang telah kembali normal.

"Masa sih, aku bau?" Renata terus mengendus tubuh, memastikan kondisinya.

"Sudah cepat, saya sudah siapkan baju tidur dan baju untuk besok kita bekerja. Cepat Renata Prameswari!" seru Demitrio dengan tegas.

Dengan wajah kesal, Renata mengikuti apa yang diperintahkan bosnya yang mulai menyebalkan.

Demitrio hanya menggelengkan kepalanya, di balik punggung Renata yang berlalu menuju kamar mandi.

Byur ... Byur ...

Suara air dari dalam kamar mandi masih terdengar, Demitrio segera mengganti taxedo dengan kaos slim fit  dan celana longgar.

"Aahh...," teriakan Renata dari dalam kamar mandi. Dengan cepat Demitrio mendekati sumber suara.

Tok ... Tok ... Tok ...

"Re. Kamu tidak apa-apa?"

"Saya kepeleset, Pak," ucap Renata. Kakinya terkilir, tidak bisa digerakkan.

"Saya dobrak pintunya, Re,"

Braak ... Dengan satu tendangan pintu kamar mandi terbuka.

Glek ... Demitrio menelan saliva, melihat tubuh polos Renata, dengan cepat dia membawa handuk dan memberikannya pada Renata.

"Pakai cepat!" ucap Demitrio membalikkan tubuhnya.

Renata memakai handuk, tapi kakinya masih sulit digerakan.

"Pak, kaki saya...," imbuh Renata malu.

Demitrio menggangkat tubuh ramping Renata, menidurkannya di ranjang.

Tangan Demitrio memegang kaki jenjang Renata.

"Bapak, mau apa?"

Tak ada jawaban dari Demitrio, tangannya menggangkat kaki Renata.

"Arrgghh ... Bapak sakit!" Renata berteriak.

Demitrio membenarkan posisi tulang Renata yang keseleo. Setelah dirasa benar, Demitrio menurunkan kaki Renata.

"Gimana, masih sakit? Coba gerakan perlahan,"

Renata menggerakkan kakinya dan tidak ada rasa sakit lagi.

"Makasih, ya Pak." Senyum Renata mengembang.

Demitrio mengambil paper bag dan memberikannya pada Renata. Sebuah baju tidur lengkap dengan perlengkapan lainnya.

Demitrio pergi menuju balkon, memberikan ruang untuk Renata.

Tak lama Renata menghampiri Demitrio yang masih berada di balkon kamar. Satu batang rokok, terselip di kedua jari tangannya.

"Maaf ya, Pak. Malam ini, saya selalu membuat repot bapak," lirih Renata.

Demitrio hanya melihat Renata sesaat dan sibuk kembali menyesap rokoknya.

"Tidurlah dulu, besok ada meeting dengan klien dari Jerman. Jangan sampai kamu melupakan tugasmu!" seru Demitrio datar.

"Ihh ... Baru berapa jam lalu bersikap manis, sekarang dah jadi monster lagi," gumam Renata yang kesal dengan perubahan sikap bosnya.

"Saya masih bisa dengar perkataan kamu, Renata Prameswari!" bentak Demitrio.

***

Renata membuka softlens yang masih melekat di matanya, menyimpannya di atas meja. Dia mulai merebahkan tubuhnya, yang pegal karena seharian belum beristirahat. Tak menunggu lama matanya mulai terpejam dan terlelap dalam mimpi.

Demitrio mendekati Renata yang telah tertidur pulas, tangannya membenarkan rambut-rambut yang menghalangi wajah cantik Renata.

"Semoga tidurmu lelap malam ini, mimpi indah, Re." Tangannya sesaat membelai pipi Renata dengan lembut.

Tanpa sadar Renata menarik tangan Demitrio, memeluknya seperti guling.

"Jangan tinggalkan aku, Bu. Rena, rindu senyum ibu." Matanya mulai mengeluarkan bulir-bulir bening mengalir melewati pipi mulusnya.

Demitrio mengangkat tangannya, tapi Renata makin mengeratkan pelukannya. Alhasil Demitrio mengambil inisiatif, untuk tidur di samping Renata.

Demitrio memandang lekat wajah polos Renata, beberapa saat dan akhirnya kedua insan ini tertidur pulas terbawa mimpi.

***

Alghara masih belum bisa memejamkan mata, tangannya masih menggenggam gelas wine. Kamar mewah tidak menjadikannya nyaman, pada malam ini. Bayangan Renata masih menari indah di benaknya.

Alghara memiliki saham terbesar disalah satu perusahaan Demitrio, dia memiliki peran penting dalam keberlangsungan maju mundur di Agashi Groups.

Dia adalah sepupu Demitrio, yang mewarisi kekayaan keluarga. Setelah kematian ayahnya, maka Alghara yang ditunjuk untuk melanjutkan tahta kuasa keluarga Fredicson. Dengan segala kuasa, lawan bisnis selalu tunduk pada perintahnya.

Karena terdidik mewah sejak kecil, maka segala sesuatu yang Alghara inginkan harus dimilikinya. Bahkan dia tidak segan mengeluarkan dan menghamburkan hartanya hanya untuk membeli satu jam tangan dengan nilai fantastis.

"Tunggu aku, gadisku. Walaupun aku belum tahu nama kamu, kamu sudah menggodaku dengan sikap kasarmu!" seru Alghara, tangannya melempar sembarang gelas yang ada di tangannya.

"Tak ada kata lemah dan menyerah dalam kamus Alghara Fredicson." Matanya memicing dan seringai senyum licik tercipta di bibir merahnya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
S Rohmah
Kira² siapa ya yang akan memiliki Renata. Uuhh jadi greget. 🤭🤭🤭
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • The Bastard Boss   6. Pagi Menggebu

    Renata terbangun dari tidur lelapnya dan terkejut dengan pemandangan punggung Demitrio, tanpa sehelai kain menutupinya. Dan yang lebih membuat Renata terkejut lagi, Demitrio tertidur di sampingnya."Bapak bangun!" teriak Renata. Tak ada pergerakan berarti dari Demitrio yang masih tetap tertidur pulas.Mata Renata langsung mengarah pada tubuhnya, jangan-jangan malam hari bosnya melakukan hal-hal yang tidak diinginkan, batin Renata bergumam.Tapi Renata sedikit lega, karena baju tidurnya masih terpasang rapi. Dia beranjak dari ranjang untuk membersihkan diri."Ehm...." Tangan Demitrio memeluk tubuh Renata.Renata terbelalak dengan kelakuan atasannya ini, dia langsung membawa guling untuk dijadikan senjata."Ciaaattt terima ini!" Renata berteriak dan memukuli Demitrio yang masih tertidur."Aduh ... Apa sih?" tanya Demitrio kesal dan terbangun karena ulah Renata.Tapi apa yang dilakukan Renata setelah Demitrio terbangun, dia

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-28
  • The Bastard Boss   7. Kaku Bertemu

    Dalam perjalanan menuju kantor, baik Renata dan Demitrio tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun, mereka sibuk dengan pemikirannya sendiri.Untuk mengurangi suasana horor dalam mobil, Demitrio sengaja memutar lagu rock dengan volume yang sangat keras.Dia hanya ingin mendengar protes Renata, yang masih diam membisu.Musik terus menghentak menggetarkan seisi dalam mobil, Renata hanya diam walaupun suara musik terdengar memekakkan telinga. Demitrio semakin kesal dengan sikap Renata yang berubah menjadi gunung es, diam tak bergerak. Matanya kosong melihat jalanan yang telah ramai dengan mobil-mobil egoisme.Dengan kasar Demitrio mematikan sound musik di mobilnya."Re! Tolong jangan bikin saya bingung," ketus Demitrio membuka obrolan dengan Renata yang masih terdiam seribu bahasa.Tak ada umpatan atau teguran dari seorang Renata, biasanya dia yang selalu menghiasi telinga Demitrio dengan suara ketusnya."Renata Prameswari, bicara!" 

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-31
  • The Bastard Boss   8. Perihnya Rasa

    Brugh ...Alghara Fredicson mendorong Renata ke dinding, telapak tangannya dijadikan bantalan ketika kepala Renata hampir terbentur tembok.Mata Renata semakin jijik melihat perlakuan Alghara, Renata mengangkat tangannya. Setidaknya memberikan perlawanan kepada Alghara yang mulai mendominasi dirinya."Mau tampar aku lagi?" tanya Alghara. Matanya mulai menggoda, hidung mancungnya dia dekatkan dengan batang hidung Renata.Samar semilir angin halus terasa di wajah Renata, dia hanya bisa menatap tajam, pria yang tengah menggungkungnya. Renata hanya bisa mendengus kesal, perlawanan yang dia lakukan hanya lah sebuah kesia-siaan."Tolong Pak Al, saya harus kembali bekerja!" tegas Renata, mata huzelnya terus melihat tajam, menusuk ke dalam mata Alghara."Bekerja denganku saja, sekali pelayanan yang kamu berikan. Aku akan berikan segala yang kamu inginkan," ucap Alghara, yang terus memancing Renata dengan sentuhan-sentuhan halusnya. Bibir Alghara mul

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-08
  • The Bastard Boss   9. Memagut Asa

    "Dem!" Teriak seorang wanita dengan tampilan elegan, riasan natural selalu terpoles rapih di wajah cantiknya. Walaupun usianya telah menginjak 40 tahun, tapi tak ada garis-garis penuaan di wajahnya. Seakan wanita muda yang selalu terjaga dengan indah. Renata dan Demitrio terkejut mendengar teriakan di balik pintu, Demitrio langsung menghentikan aktivitas panasnya bersama Renata. Sedangkan Renata dengan cepat berdiri dan merapikan baju yang sudah tak beraturan. "Velo?" tanya Demitrio tampak gusar karena Nyonya Velope memergoki kelakuannya. "Kenapa kamu? Takut melihat saya!" bentak Nyonya Velope dengan menenteng tas mahalnya. Dengan senyuman yang terkembang Demitrio mendekati Nyonya Velope, tanpa basa-basi, dia menarik tangan Nyonya Velope ke dalam pelukannya. Renata yang masih dalam ruangan Demitrio hanya bisa tersenyum ketus, satu tamparan mungkin layak disandangkan padanya. "Renata kamu hanya butiran debu di hati Demit

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-10
  • The Bastard Boss   10. Dear, Demi!

    Tiing ...Pintu lift menuju apartemen Demitrio terbuka, Renata langsung menuju block tempat bosnya tinggal. Sebuah apartemen mewah, lantai paling atas. Begitu luas mungkin satu helikopter bisa mendarat hanya di halamannya saja.Renata segera membuka kode untuk membuka kunci pintu yang di jaga ketat, karena CCTV terpasang di pintu depan.Renata hanya bisa menghela napas ketika melihat apartemen yang telah berubah menjadi kapal pecah, kulit kacang berserakan, baju-baju seperti terlempar dari angkasa. Berhambur entah apa yang terjadi, hanya butuh dua hari tidak tersentuh tangan Renata, apartemen mewah berubah bak tong sampah."Hadeuh pulang kerja masih aja nge-Ijah!" kata Renata kesal, tangan mungilnya cekatan membersihkan ruangan.Suka tidak suka, Renata bisa sabar dengan perjalanan hidupnya. Terperangkap bersama atasannya yang terkadang menjadi seseorang yang manis tapi bisa berubah dalam sekejap menjadi monster teraneh sejagad raya.Renata m

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-12
  • The Bastard Boss   11. Haruskah Berhenti?

    "Tolo--!" teriak Renata terpotong karena bekapan tangan kekar Alghara.Renata hanya bisa berpikir untuk berteriak berharap orang yang melihatnya, datang untuk menolong. Tapi semua sia-sia, tangan Alghara dengan satu gerakan mampu membungkam mulut Renata."Ikuti aku!" bisik Alghara dengan sarkasme tepat di kuping Renata.Alghara membuka pintu mobilnya dengan cepat, dia setengah mendorong tubuh ramping Renata."Pak turunkan saya, Pak!"Renata sudah kehabisan akal untuk menghindari Alghara yang telah menyalakan mobil, Alghara tidak memperdulikan kata-kata Renata, dengan tergesa dia melajukan mobilnya.Vroom ... Vroom ...Alghara terus mengemudikan mobilnya, menyalip keramaian di jalanan kota. Dia sudah tidak memperdulikan lagi teriak kasar dari orang-orang yang meneriakinya. Dalam benaknya sekarang hanya ada keinginan untuk membawa Renata ke tempat yang menjadi favoritnya.Alghara membelokkan mobilnya ke suatu tempat yang in

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-12
  • The Bastard Boss   12. Penghapus Lara (Warning rate 18+)

    "Pak Al! Bapak gak apa-apa? Kalau bapak sakit, saya antar ke dokter, mumpung masih di rumah sakit," ucap Renata seraya berdiri, bersiap untuk mengantar Alghara.Alghara sesaat membenturkan kepalanya sendiri ke tembok, seakan sakit tidak dia pedulikan lagi.Renata tidak mengerti dengan sikap Alghara, tampak seperti orang yang tengah frustasi. Dia segera mendekati Alghara yang semakin rapuh, pikirnya memberi kekuatan mungkin bisa sedikit mengurangi kecemasan yang dirasakan Alghara."Ada yang bisa saya bantu, pak?"Greep ...Alghara memeluk Renata dalam cemas, tak terasa satu demi satu bulir-bulir bening membasahi bahu Renata.Renata hanya bisa terdiam, tak mengerti harus berbuat seperti apa? Alghara yang garang berubah menjadi seorang yang rapuh."Maafkan aku, Re...," ucap Alghara dalam lirih."Aku sudah maafin bapak, it's ok." Renata menepuk-nepuk punggung Alghara yang masih dalam pelukannya.Nyaman yang Alghara rasakan p

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-15
  • The Bastard Boss   13. Many Change

    "Ini rumah kamu, Re?" Alghara memarkirkan mobilnya di depan rumah sederhana namun memiliki taman kecil yang tertata rapih, pot-pot kecil menghiasi garis pembatas teras rumah."Masuk dulu, Pak?""Bolehkah?" tanya Alghara berbasa-basi, namun tak ada niat jahat dibenaknya."Kalau bapak berkenan, silahkan...," ujar Renata, kakinya melangkah menuju pintu dengan aksen kayu berwarna coklat.Alghara mengekor, mengikuti Renata dari belakang. Dia hanya berpikir selama dia hidup, dia selalu diberikan fasilitas super fantastis. Namun hatinya terasa kosong dan tak pernah merasa puas. Tapi lihatlah gadis yang tengah berjalan di hadapannya ini, dengan santai memasuki ruangan yang mungkin hanya seluas dapur rumahnya dengan penuh kebahagiaan.Ceklek ...Renata membuka kunci pintu, terlihat kursi-kursi berwarna krem."Duduk Pak. Bapak mau kopi atau teh?" tawar Renata."Espresso saja," ucap Alghara menyandarkan punggungnya di kursi de

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-19

Bab terbaru

  • The Bastard Boss   16. Look like!

    Dengan berat hati Renata membereskan meja kerjanya. Dalam hatinya terus mengutuk semua perbuatan bos-nya ini. "Ih, kenapa aku harus terjebak dengan manusia minus rasa seperti ini. Aku tidak ingin berada di sini. Tapi keadaan memaksaku untuk selalu mengikutinya. Ahhhh, menyebalkan!" teriak Renata seraya menghapus air matanya dengan kasar.Grep!Satu tangan telah berada di atas lengan Renata mencengkramnya dengan kasar. "Siapa yang menyebalkan, Renata Prameswari?"Mata Renata perlahan menoleh sesaat pada sumber suara. "Ahh, kenapa anda di sini?" tanya Renata seraya menggerakkan lengannya supaya terbebas dari tangan besar sang pria."Ini kantorku, Renata. Apa kamu sudah tidak ingat?Hah!" bentakan seraya melepaskan lengan Renata.Renata mendekati, "Saya tahu ini kantor anda! Dan saya bukan karyawan anda lagi! Dasar the demit!" teriak Renata.Mendengar ejekan Renata, amarah Demitrio semakin menjadi. Dengan cepat dia mendorong Renata p

  • The Bastard Boss   15. Never Mind

    "Sudah, Mbak Re. Biar kita saja yang bereskan," ucap Rio, seorang OB gaul. Wajahnya tampan namun sayang karena masih terlalu muda, dia training di bagian OB. Ya, semoga takdir memihak padanya."Gak apa-apa, Rio. Mbak juga dah biasa ngerjain kayak gini." Tangan Renata sibuk mengelap meja yang akan dipakai meeting."Emang, Pak Bos, gak marah kalau lihat, Mbak, lap meja?""Gak, lah. Yang penting uang kita ngalir. Bener, gak?" tanya Renata yang berhasil membuat Rio terkikik.Tak ada pilihan untuk Renata pada saat ini. Selain mengerjakan apa yang diperintahkan oleh atasannya dengan senang hati."Untuk minumannya apa yang harus saya siapkan, Mbak Re?""Seperti biasa saja, Rio. Mereka bukan orang yang menuntut lebih kok...," ujar Renata yang masih sibuk mempersiapkan alat-alat untuk meeting."Kalau gitu saya cek dulu di pantry, ya, Mbak...," sela Rio.Belum Renata menjawab, tiba-tiba datang Demitrio dari belakang."Rio! Kamu ke

  • The Bastard Boss   14. Bastard On You

    Meskipun, dalam keadaan kesal Renata pergi menuju meja kerjanya dengan wajah tersenyum ketika bertemu sahabatnya Alin. Renata tidak mau rasa sedih yang tengah dia rasakan ketahuan oleh Alin."Hai, cantik. Udah lihat meja kerja kamu belum?" Alin menggandeng Renata."Emang kenapa dengan meja kerjaku?""Lah, si Empunya cerita juga gak tahu, ya...," tukas Alin tidak percaya.Renata hanya menggelengkan kepalanya. Hari ini benar-benar membuat hatinya ingin meledak."Kalau kamu belum tahu, aku tutup mata kamu, ya." Dengan gerakan cepat, Alin menutup kedua mata Renata dengan jari-jarinya.Beberapa saat melangkah, akhirnya mereka sampai di kubikel Renata."Taaaraaaa, lihat Renata...," ucap Alin.Buket-buket bunga Orchid tertata rapih di meja kerja Renata. Sesaat terpaku seakan terhipnotis dengan pandangan yang menyejukkan mata."Ini punya siapa?" tanya Renata."Kalau di meja kerja kamu, berarti punya kamu, Re." Alin menghi

  • The Bastard Boss   13. Many Change

    "Ini rumah kamu, Re?" Alghara memarkirkan mobilnya di depan rumah sederhana namun memiliki taman kecil yang tertata rapih, pot-pot kecil menghiasi garis pembatas teras rumah."Masuk dulu, Pak?""Bolehkah?" tanya Alghara berbasa-basi, namun tak ada niat jahat dibenaknya."Kalau bapak berkenan, silahkan...," ujar Renata, kakinya melangkah menuju pintu dengan aksen kayu berwarna coklat.Alghara mengekor, mengikuti Renata dari belakang. Dia hanya berpikir selama dia hidup, dia selalu diberikan fasilitas super fantastis. Namun hatinya terasa kosong dan tak pernah merasa puas. Tapi lihatlah gadis yang tengah berjalan di hadapannya ini, dengan santai memasuki ruangan yang mungkin hanya seluas dapur rumahnya dengan penuh kebahagiaan.Ceklek ...Renata membuka kunci pintu, terlihat kursi-kursi berwarna krem."Duduk Pak. Bapak mau kopi atau teh?" tawar Renata."Espresso saja," ucap Alghara menyandarkan punggungnya di kursi de

  • The Bastard Boss   12. Penghapus Lara (Warning rate 18+)

    "Pak Al! Bapak gak apa-apa? Kalau bapak sakit, saya antar ke dokter, mumpung masih di rumah sakit," ucap Renata seraya berdiri, bersiap untuk mengantar Alghara.Alghara sesaat membenturkan kepalanya sendiri ke tembok, seakan sakit tidak dia pedulikan lagi.Renata tidak mengerti dengan sikap Alghara, tampak seperti orang yang tengah frustasi. Dia segera mendekati Alghara yang semakin rapuh, pikirnya memberi kekuatan mungkin bisa sedikit mengurangi kecemasan yang dirasakan Alghara."Ada yang bisa saya bantu, pak?"Greep ...Alghara memeluk Renata dalam cemas, tak terasa satu demi satu bulir-bulir bening membasahi bahu Renata.Renata hanya bisa terdiam, tak mengerti harus berbuat seperti apa? Alghara yang garang berubah menjadi seorang yang rapuh."Maafkan aku, Re...," ucap Alghara dalam lirih."Aku sudah maafin bapak, it's ok." Renata menepuk-nepuk punggung Alghara yang masih dalam pelukannya.Nyaman yang Alghara rasakan p

  • The Bastard Boss   11. Haruskah Berhenti?

    "Tolo--!" teriak Renata terpotong karena bekapan tangan kekar Alghara.Renata hanya bisa berpikir untuk berteriak berharap orang yang melihatnya, datang untuk menolong. Tapi semua sia-sia, tangan Alghara dengan satu gerakan mampu membungkam mulut Renata."Ikuti aku!" bisik Alghara dengan sarkasme tepat di kuping Renata.Alghara membuka pintu mobilnya dengan cepat, dia setengah mendorong tubuh ramping Renata."Pak turunkan saya, Pak!"Renata sudah kehabisan akal untuk menghindari Alghara yang telah menyalakan mobil, Alghara tidak memperdulikan kata-kata Renata, dengan tergesa dia melajukan mobilnya.Vroom ... Vroom ...Alghara terus mengemudikan mobilnya, menyalip keramaian di jalanan kota. Dia sudah tidak memperdulikan lagi teriak kasar dari orang-orang yang meneriakinya. Dalam benaknya sekarang hanya ada keinginan untuk membawa Renata ke tempat yang menjadi favoritnya.Alghara membelokkan mobilnya ke suatu tempat yang in

  • The Bastard Boss   10. Dear, Demi!

    Tiing ...Pintu lift menuju apartemen Demitrio terbuka, Renata langsung menuju block tempat bosnya tinggal. Sebuah apartemen mewah, lantai paling atas. Begitu luas mungkin satu helikopter bisa mendarat hanya di halamannya saja.Renata segera membuka kode untuk membuka kunci pintu yang di jaga ketat, karena CCTV terpasang di pintu depan.Renata hanya bisa menghela napas ketika melihat apartemen yang telah berubah menjadi kapal pecah, kulit kacang berserakan, baju-baju seperti terlempar dari angkasa. Berhambur entah apa yang terjadi, hanya butuh dua hari tidak tersentuh tangan Renata, apartemen mewah berubah bak tong sampah."Hadeuh pulang kerja masih aja nge-Ijah!" kata Renata kesal, tangan mungilnya cekatan membersihkan ruangan.Suka tidak suka, Renata bisa sabar dengan perjalanan hidupnya. Terperangkap bersama atasannya yang terkadang menjadi seseorang yang manis tapi bisa berubah dalam sekejap menjadi monster teraneh sejagad raya.Renata m

  • The Bastard Boss   9. Memagut Asa

    "Dem!" Teriak seorang wanita dengan tampilan elegan, riasan natural selalu terpoles rapih di wajah cantiknya. Walaupun usianya telah menginjak 40 tahun, tapi tak ada garis-garis penuaan di wajahnya. Seakan wanita muda yang selalu terjaga dengan indah. Renata dan Demitrio terkejut mendengar teriakan di balik pintu, Demitrio langsung menghentikan aktivitas panasnya bersama Renata. Sedangkan Renata dengan cepat berdiri dan merapikan baju yang sudah tak beraturan. "Velo?" tanya Demitrio tampak gusar karena Nyonya Velope memergoki kelakuannya. "Kenapa kamu? Takut melihat saya!" bentak Nyonya Velope dengan menenteng tas mahalnya. Dengan senyuman yang terkembang Demitrio mendekati Nyonya Velope, tanpa basa-basi, dia menarik tangan Nyonya Velope ke dalam pelukannya. Renata yang masih dalam ruangan Demitrio hanya bisa tersenyum ketus, satu tamparan mungkin layak disandangkan padanya. "Renata kamu hanya butiran debu di hati Demit

  • The Bastard Boss   8. Perihnya Rasa

    Brugh ...Alghara Fredicson mendorong Renata ke dinding, telapak tangannya dijadikan bantalan ketika kepala Renata hampir terbentur tembok.Mata Renata semakin jijik melihat perlakuan Alghara, Renata mengangkat tangannya. Setidaknya memberikan perlawanan kepada Alghara yang mulai mendominasi dirinya."Mau tampar aku lagi?" tanya Alghara. Matanya mulai menggoda, hidung mancungnya dia dekatkan dengan batang hidung Renata.Samar semilir angin halus terasa di wajah Renata, dia hanya bisa menatap tajam, pria yang tengah menggungkungnya. Renata hanya bisa mendengus kesal, perlawanan yang dia lakukan hanya lah sebuah kesia-siaan."Tolong Pak Al, saya harus kembali bekerja!" tegas Renata, mata huzelnya terus melihat tajam, menusuk ke dalam mata Alghara."Bekerja denganku saja, sekali pelayanan yang kamu berikan. Aku akan berikan segala yang kamu inginkan," ucap Alghara, yang terus memancing Renata dengan sentuhan-sentuhan halusnya. Bibir Alghara mul

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status