Home / Romansa / The Bastard Boss / 8. Perihnya Rasa

Share

8. Perihnya Rasa

Author: Ken Andra
last update Last Updated: 2021-06-08 00:05:47

Brugh ...

Alghara Fredicson mendorong Renata ke dinding, telapak tangannya dijadikan bantalan ketika kepala Renata hampir terbentur tembok.

Mata Renata semakin jijik melihat perlakuan Alghara, Renata mengangkat tangannya. Setidaknya memberikan perlawanan kepada Alghara yang mulai mendominasi dirinya.

"Mau tampar aku lagi?" tanya Alghara. Matanya mulai menggoda, hidung mancungnya dia dekatkan dengan batang hidung Renata.

Samar semilir angin halus terasa di wajah Renata, dia hanya bisa menatap tajam, pria yang tengah menggungkungnya. Renata hanya bisa mendengus kesal, perlawanan yang dia lakukan hanya lah sebuah kesia-siaan.

"Tolong Pak Al, saya harus kembali bekerja!" tegas Renata, mata huzelnya terus melihat tajam, menusuk ke dalam mata Alghara.

"Bekerja denganku saja, sekali pelayanan yang kamu berikan. Aku akan berikan segala yang kamu inginkan," ucap Alghara, yang terus memancing Renata dengan sentuhan-sentuhan halusnya. Bibir Alghara mulai mendekati bibir ranum Renata, sentuhan kecil yang berhasil membuat tubuh Renata terasa tersambar listrik.

Renata terdiam tak memberikan perlawanan, bukan pasrah namun saat ini kalau pun dia berontak hanya akan menambah hasrat Alghara.

"Kenapa kamu diam? Apa kamu sudah lelah atau mulai menyukainya?" tanya Alghara dengan suara lembut.

"Sudah aku katakan, lepaskan aku, Pak Al!" seru Renata meninggi.

"Tapi aku tidak akan melepaskanmu begitu saja, jangan coba menghindar dan berlari dariku!" bentak Alghara menjawab seruan Renata.

Renata terhenyak ketika Alghara menarik pinggang dan menempelkannya di perutnya.

"Tolong jangan lancang, Pak!" 

"Teriak dan bentak sesukamu, karena tidak akan ada yang bisa menghentikanku!" sarkas Alghara, matanya makin menusuk tajam.

Tubuh Renata semakin bergetar mendengar ancaman Alghara.

"Lepas Pak. Saya hanya gadis bodoh dan miskin," lirih Renata mengambil napas berharap ada bantuan dari teman-teman satu kantornya.

"Asal kamu tahu, kamu akan aku jadikan gadis paling bahagia, Renata Prameswari. Do you want it?"

Walaupun Alghara menawarkan Renata seluruh isi dunia, dia tidak ingin harga dirinya diinjak hanya karena menginginkan harta dan tahta.

Dengan sekuat tenaga Renata kembali memberontak, tangan Alghara makin nakal menarik Renata dalam pelukannya. 

"Pak lepas!" bentak Renata.

"Teriak yang paling kencang!" Tangan Alghara mencekik leher jenjang Renata.

Sesaat Renata tak berdaya karena kekurangan oksigen.

Brakk ...

Pintu ruangan meeting dibuka dengan kasar oleh Demitrio, dia terkejut melihat Renata yang tengah terengah karena cengkraman Alghara.

"Al! Lepaskan Renata," bentak Demitrio.

"Selangkah saja kamu mendekat, aku tidak akan segan melenyapkan gadis ini,"

Demitrio melihat Renata yang semakin ketakutan, tangannya mencoba melepaskan cengkraman Alghara.

"Ini yang akan kamu terima, jika kamu menolak terus ... dan Demitrio yang akan menjadi tumbalnya," bisik Alghara tepat di kuping Renata, bulir-bulir bening mengalir deras di pipinya.

Renata hanya bisa menunduk, tidak tahu apa yang harus dilakukan? Mengikuti permainan Alghara atau menjadikan Demitrio sebagai korban kebengisan Alghara. Semua rasa bercampur di hati dan di benak Renata.

Tanpa sadar tubuh Renata ambruk, lemah jiwa dan raga. Tubuh rampingnya sudah tak bergerak lagi, Alghara sangat panik melihat Renata yang sudah tak bergerak.

"Al lepas! Renata pingsan, Al!" teriak Demitrio, menghempaskan tangan  Alghara yang masih menempel di leher Renata.

Alghara hanya diam memaku, entah apa yang dirasakannya pada saat ini? Hanya penyesalan karena keegoisan yang ada dalam hati Alghara.

Demitrio menggendong Renata, meninggalkan Alghara yang masih terdiam.

***

Demitrio menggendong Renata yang tengah pingsan menuju ruang direksi. Selama diperjalanan, semua karyawan dibuat takjub dengan perlakuan atasannya.

Mungkin hari ini adalah hari patah hati, semua karyawan wanita penggemar ketampanan Demitrio. Mereka hanya diam ternganga dan mungkin sebentar lagi akan menjadi topik terhangat.

Braak ...

Demitrio membuka pintu ruangan dengan kasar, membaringkan Renata di atas sofa dan mulai memberikan napas buatan pada Renata.

"Bangun Re! Jangan buat cemas gini,"

Demitrio memompa dada Renata dan memberikan napas lewat bibirnya, tapi belum ada pergerakan dari Renata.

Demitrio mengangkat dan menurunkan tangan Renata berkali-kali, memberikan pelemasan pada otot-otot tegangnya.

Uhuk ... Uhuk ...

Renata terbangun dan membalikkan badannya ke pinggir.

"Syukurlah kamu sudah sadar, Re,"

Renata masih terdiam, kepalanya terasa berat. Dia mencoba mengangkat kepalanya, namun hanya denyutan yang dirasa.

"Jangan terlalu dipaksakan, Re," ucap Demitrio lembut.

Demitrio mengangkat tubuh Renata dan merubah posisinya menjadi terduduk.

"Minum dulu, Re," 

Renata dengan senang hati menerima perhatian Demitrio.

"Jadwal bapak selanjutnya, bertemu dengan Nyonya Velope," kata Renata yang masih lemah untuk berucap. 

"Please Re, jangan ngobrolin jadwal dulu. Nanti kita jadwalkan lagi, ya." Senyumannya terkembang diantara bibir ranumnya.

Demitrio menangkup wajah cantik polos Renata, tangannya mulai membelai lembut pipi Renata. Menyisir lembut rambut Renata dengan jari-jarinya.

"Tolong jangan lakukan ini, pak," lirih Renata, karena tahu apa yang dilakukan Demitrio hanya akan membawa pada mimpi yang tak pernah menjadi kenyataan. Kenyataan bahwa Demitrio tidak akan pernah menjadi miliknya.

"Aku tidak akan melakukan apa-apa, jangan cemas." Matanya lekat melihat Renata dengan lembut.

"Oh Tuhan, kenapa aku semakin menyukainya?" batin Renata berkata.

Deg ... Deg ...

Degub jantung Renata terasa bergerak tak beraturan, ingin rasanya menghambur memeluk Demitrio yang semakin lembut. Tapi perasaan suka yang mulai ada dalam hati Renata, harus dia kubur dalam palung terdalam sebelum Demitrio merubah segala perbuatannya.

Dan pada saat ini, hanya tatapan lembut yang bisa Renata lakukan.

"Kenapa jadi begini, Re?" batin Demitrio ikut berkata.

"Re, kamu ingin sesuatu?" tanya Demitrio menetralisir keadaan.

Dan dijawab Renata hanya dengan gelengan kepala.  

"Aku akan membersihkan luka bekas cengkraman Alghara, bolehkah?" Demitrio mulai mendekati tubuh Renata.

"Maksud bapak, apa?" 

Kepala Demitrio sudah berada di leher jenjang Renata, menempelkan bibir dengan sentuhan hangatnya.

"Kamu suka, Re?" 

"Pak tolong, jangan begini, pak," suara Renata makin tercekat, namun saat ini dia malah menikmati sentuhan Demitrio.

Demitrio dan Renata menyalurkan apa yang tengah dirasakan, hanya mereka berdua yang mengerti apa yang tengah terjadi.

Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang tengah menatap mereka dengan nyalang. Hatinya terbakar melihat kedekatan mereka, tangannya terkepal, darah segar mulai menetes karena kerasnya cengkraman kuku-kuku yang menembus kulitnya.

 

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Nona_Bawell
Kayanya Renata harus segera di resmikan sama Demitrio,biar s Alghra tambah panass..πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚ Semangat othorr😍😍😍
goodnovel comment avatar
Mikayla Azahra
Lanjut kak
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • The Bastard BossΒ Β Β 9. Memagut Asa

    "Dem!" Teriak seorang wanita dengan tampilan elegan, riasan natural selalu terpoles rapih di wajah cantiknya. Walaupun usianya telah menginjak 40 tahun, tapi tak ada garis-garis penuaan di wajahnya. Seakan wanita muda yang selalu terjaga dengan indah. Renata dan Demitrio terkejut mendengar teriakan di balik pintu, Demitrio langsung menghentikan aktivitas panasnya bersama Renata. Sedangkan Renata dengan cepat berdiri dan merapikan baju yang sudah tak beraturan. "Velo?" tanya Demitrio tampak gusar karena Nyonya Velope memergoki kelakuannya. "Kenapa kamu? Takut melihat saya!" bentak Nyonya Velope dengan menenteng tas mahalnya. Dengan senyuman yang terkembang Demitrio mendekati Nyonya Velope, tanpa basa-basi, dia menarik tangan Nyonya Velope ke dalam pelukannya. Renata yang masih dalam ruangan Demitrio hanya bisa tersenyum ketus, satu tamparan mungkin layak disandangkan padanya. "Renata kamu hanya butiran debu di hati Demit

    Last Updated : 2021-06-10
  • The Bastard BossΒ Β Β 10. Dear, Demi!

    Tiing ...Pintu lift menuju apartemen Demitrio terbuka, Renata langsung menuju block tempat bosnya tinggal. Sebuah apartemen mewah, lantai paling atas. Begitu luas mungkin satu helikopter bisa mendarat hanya di halamannya saja.Renata segera membuka kode untuk membuka kunci pintu yang di jaga ketat, karena CCTV terpasang di pintu depan.Renata hanya bisa menghela napas ketika melihat apartemen yang telah berubah menjadi kapal pecah, kulit kacang berserakan, baju-baju seperti terlempar dari angkasa. Berhambur entah apa yang terjadi, hanya butuh dua hari tidak tersentuh tangan Renata, apartemen mewah berubah bak tong sampah."Hadeuh pulang kerja masih aja nge-Ijah!" kata Renata kesal, tangan mungilnya cekatan membersihkan ruangan.Suka tidak suka, Renata bisa sabar dengan perjalanan hidupnya. Terperangkap bersama atasannya yang terkadang menjadi seseorang yang manis tapi bisa berubah dalam sekejap menjadi monster teraneh sejagad raya.Renata m

    Last Updated : 2021-06-12
  • The Bastard BossΒ Β Β 11. Haruskah Berhenti?

    "Tolo--!" teriak Renata terpotong karena bekapan tangan kekar Alghara.Renata hanya bisa berpikir untuk berteriak berharap orang yang melihatnya, datang untuk menolong. Tapi semua sia-sia, tangan Alghara dengan satu gerakan mampu membungkam mulut Renata."Ikuti aku!" bisik Alghara dengan sarkasme tepat di kuping Renata.Alghara membuka pintu mobilnya dengan cepat, dia setengah mendorong tubuh ramping Renata."Pak turunkan saya, Pak!"Renata sudah kehabisan akal untuk menghindari Alghara yang telah menyalakan mobil, Alghara tidak memperdulikan kata-kata Renata, dengan tergesa dia melajukan mobilnya.Vroom ... Vroom ...Alghara terus mengemudikan mobilnya, menyalip keramaian di jalanan kota. Dia sudah tidak memperdulikan lagi teriak kasar dari orang-orang yang meneriakinya. Dalam benaknya sekarang hanya ada keinginan untuk membawa Renata ke tempat yang menjadi favoritnya.Alghara membelokkan mobilnya ke suatu tempat yang in

    Last Updated : 2021-06-12
  • The Bastard BossΒ Β Β 12. Penghapus Lara (Warning rate 18+)

    "Pak Al! Bapak gak apa-apa? Kalau bapak sakit, saya antar ke dokter, mumpung masih di rumah sakit," ucap Renata seraya berdiri, bersiap untuk mengantar Alghara.Alghara sesaat membenturkan kepalanya sendiri ke tembok, seakan sakit tidak dia pedulikan lagi.Renata tidak mengerti dengan sikap Alghara, tampak seperti orang yang tengah frustasi. Dia segera mendekati Alghara yang semakin rapuh, pikirnya memberi kekuatan mungkin bisa sedikit mengurangi kecemasan yang dirasakan Alghara."Ada yang bisa saya bantu, pak?"Greep ...Alghara memeluk Renata dalam cemas, tak terasa satu demi satu bulir-bulir bening membasahi bahu Renata.Renata hanya bisa terdiam, tak mengerti harus berbuat seperti apa? Alghara yang garang berubah menjadi seorang yang rapuh."Maafkan aku, Re...," ucap Alghara dalam lirih."Aku sudah maafin bapak, it's ok." Renata menepuk-nepuk punggung Alghara yang masih dalam pelukannya.Nyaman yang Alghara rasakan p

    Last Updated : 2021-06-15
  • The Bastard BossΒ Β Β 13. Many Change

    "Ini rumah kamu, Re?" Alghara memarkirkan mobilnya di depan rumah sederhana namun memiliki taman kecil yang tertata rapih, pot-pot kecil menghiasi garis pembatas teras rumah."Masuk dulu, Pak?""Bolehkah?" tanya Alghara berbasa-basi, namun tak ada niat jahat dibenaknya."Kalau bapak berkenan, silahkan...," ujar Renata, kakinya melangkah menuju pintu dengan aksen kayu berwarna coklat.Alghara mengekor, mengikuti Renata dari belakang. Dia hanya berpikir selama dia hidup, dia selalu diberikan fasilitas super fantastis. Namun hatinya terasa kosong dan tak pernah merasa puas. Tapi lihatlah gadis yang tengah berjalan di hadapannya ini, dengan santai memasuki ruangan yang mungkin hanya seluas dapur rumahnya dengan penuh kebahagiaan.Ceklek ...Renata membuka kunci pintu, terlihat kursi-kursi berwarna krem."Duduk Pak. Bapak mau kopi atau teh?" tawar Renata."Espresso saja," ucap Alghara menyandarkan punggungnya di kursi de

    Last Updated : 2021-06-19
  • The Bastard BossΒ Β Β 14. Bastard On You

    Meskipun, dalam keadaan kesal Renata pergi menuju meja kerjanya dengan wajah tersenyum ketika bertemu sahabatnya Alin. Renata tidak mau rasa sedih yang tengah dia rasakan ketahuan oleh Alin."Hai, cantik. Udah lihat meja kerja kamu belum?" Alin menggandeng Renata."Emang kenapa dengan meja kerjaku?""Lah, si Empunya cerita juga gak tahu, ya...," tukas Alin tidak percaya.Renata hanya menggelengkan kepalanya. Hari ini benar-benar membuat hatinya ingin meledak."Kalau kamu belum tahu, aku tutup mata kamu, ya." Dengan gerakan cepat, Alin menutup kedua mata Renata dengan jari-jarinya.Beberapa saat melangkah, akhirnya mereka sampai di kubikel Renata."Taaaraaaa, lihat Renata...," ucap Alin.Buket-buket bunga Orchid tertata rapih di meja kerja Renata. Sesaat terpaku seakan terhipnotis dengan pandangan yang menyejukkan mata."Ini punya siapa?" tanya Renata."Kalau di meja kerja kamu, berarti punya kamu, Re." Alin menghi

    Last Updated : 2021-06-26
  • The Bastard BossΒ Β Β 15. Never Mind

    "Sudah, Mbak Re. Biar kita saja yang bereskan," ucap Rio, seorang OB gaul. Wajahnya tampan namun sayang karena masih terlalu muda, dia training di bagian OB. Ya, semoga takdir memihak padanya."Gak apa-apa, Rio. Mbak juga dah biasa ngerjain kayak gini." Tangan Renata sibuk mengelap meja yang akan dipakai meeting."Emang, Pak Bos, gak marah kalau lihat, Mbak, lap meja?""Gak, lah. Yang penting uang kita ngalir. Bener, gak?" tanya Renata yang berhasil membuat Rio terkikik.Tak ada pilihan untuk Renata pada saat ini. Selain mengerjakan apa yang diperintahkan oleh atasannya dengan senang hati."Untuk minumannya apa yang harus saya siapkan, Mbak Re?""Seperti biasa saja, Rio. Mereka bukan orang yang menuntut lebih kok...," ujar Renata yang masih sibuk mempersiapkan alat-alat untuk meeting."Kalau gitu saya cek dulu di pantry, ya, Mbak...," sela Rio.Belum Renata menjawab, tiba-tiba datang Demitrio dari belakang."Rio! Kamu ke

    Last Updated : 2021-06-29
  • The Bastard BossΒ Β Β 16. Look like!

    Dengan berat hati Renata membereskan meja kerjanya. Dalam hatinya terus mengutuk semua perbuatan bos-nya ini. "Ih, kenapa aku harus terjebak dengan manusia minus rasa seperti ini. Aku tidak ingin berada di sini. Tapi keadaan memaksaku untuk selalu mengikutinya. Ahhhh, menyebalkan!" teriak Renata seraya menghapus air matanya dengan kasar.Grep!Satu tangan telah berada di atas lengan Renata mencengkramnya dengan kasar. "Siapa yang menyebalkan, Renata Prameswari?"Mata Renata perlahan menoleh sesaat pada sumber suara. "Ahh, kenapa anda di sini?" tanya Renata seraya menggerakkan lengannya supaya terbebas dari tangan besar sang pria."Ini kantorku, Renata. Apa kamu sudah tidak ingat?Hah!" bentakan seraya melepaskan lengan Renata.Renata mendekati, "Saya tahu ini kantor anda! Dan saya bukan karyawan anda lagi! Dasar the demit!" teriak Renata.Mendengar ejekan Renata, amarah Demitrio semakin menjadi. Dengan cepat dia mendorong Renata p

    Last Updated : 2021-08-19

Latest chapter

  • The Bastard BossΒ Β Β 16. Look like!

    Dengan berat hati Renata membereskan meja kerjanya. Dalam hatinya terus mengutuk semua perbuatan bos-nya ini. "Ih, kenapa aku harus terjebak dengan manusia minus rasa seperti ini. Aku tidak ingin berada di sini. Tapi keadaan memaksaku untuk selalu mengikutinya. Ahhhh, menyebalkan!" teriak Renata seraya menghapus air matanya dengan kasar.Grep!Satu tangan telah berada di atas lengan Renata mencengkramnya dengan kasar. "Siapa yang menyebalkan, Renata Prameswari?"Mata Renata perlahan menoleh sesaat pada sumber suara. "Ahh, kenapa anda di sini?" tanya Renata seraya menggerakkan lengannya supaya terbebas dari tangan besar sang pria."Ini kantorku, Renata. Apa kamu sudah tidak ingat?Hah!" bentakan seraya melepaskan lengan Renata.Renata mendekati, "Saya tahu ini kantor anda! Dan saya bukan karyawan anda lagi! Dasar the demit!" teriak Renata.Mendengar ejekan Renata, amarah Demitrio semakin menjadi. Dengan cepat dia mendorong Renata p

  • The Bastard BossΒ Β Β 15. Never Mind

    "Sudah, Mbak Re. Biar kita saja yang bereskan," ucap Rio, seorang OB gaul. Wajahnya tampan namun sayang karena masih terlalu muda, dia training di bagian OB. Ya, semoga takdir memihak padanya."Gak apa-apa, Rio. Mbak juga dah biasa ngerjain kayak gini." Tangan Renata sibuk mengelap meja yang akan dipakai meeting."Emang, Pak Bos, gak marah kalau lihat, Mbak, lap meja?""Gak, lah. Yang penting uang kita ngalir. Bener, gak?" tanya Renata yang berhasil membuat Rio terkikik.Tak ada pilihan untuk Renata pada saat ini. Selain mengerjakan apa yang diperintahkan oleh atasannya dengan senang hati."Untuk minumannya apa yang harus saya siapkan, Mbak Re?""Seperti biasa saja, Rio. Mereka bukan orang yang menuntut lebih kok...," ujar Renata yang masih sibuk mempersiapkan alat-alat untuk meeting."Kalau gitu saya cek dulu di pantry, ya, Mbak...," sela Rio.Belum Renata menjawab, tiba-tiba datang Demitrio dari belakang."Rio! Kamu ke

  • The Bastard BossΒ Β Β 14. Bastard On You

    Meskipun, dalam keadaan kesal Renata pergi menuju meja kerjanya dengan wajah tersenyum ketika bertemu sahabatnya Alin. Renata tidak mau rasa sedih yang tengah dia rasakan ketahuan oleh Alin."Hai, cantik. Udah lihat meja kerja kamu belum?" Alin menggandeng Renata."Emang kenapa dengan meja kerjaku?""Lah, si Empunya cerita juga gak tahu, ya...," tukas Alin tidak percaya.Renata hanya menggelengkan kepalanya. Hari ini benar-benar membuat hatinya ingin meledak."Kalau kamu belum tahu, aku tutup mata kamu, ya." Dengan gerakan cepat, Alin menutup kedua mata Renata dengan jari-jarinya.Beberapa saat melangkah, akhirnya mereka sampai di kubikel Renata."Taaaraaaa, lihat Renata...," ucap Alin.Buket-buket bunga Orchid tertata rapih di meja kerja Renata. Sesaat terpaku seakan terhipnotis dengan pandangan yang menyejukkan mata."Ini punya siapa?" tanya Renata."Kalau di meja kerja kamu, berarti punya kamu, Re." Alin menghi

  • The Bastard BossΒ Β Β 13. Many Change

    "Ini rumah kamu, Re?" Alghara memarkirkan mobilnya di depan rumah sederhana namun memiliki taman kecil yang tertata rapih, pot-pot kecil menghiasi garis pembatas teras rumah."Masuk dulu, Pak?""Bolehkah?" tanya Alghara berbasa-basi, namun tak ada niat jahat dibenaknya."Kalau bapak berkenan, silahkan...," ujar Renata, kakinya melangkah menuju pintu dengan aksen kayu berwarna coklat.Alghara mengekor, mengikuti Renata dari belakang. Dia hanya berpikir selama dia hidup, dia selalu diberikan fasilitas super fantastis. Namun hatinya terasa kosong dan tak pernah merasa puas. Tapi lihatlah gadis yang tengah berjalan di hadapannya ini, dengan santai memasuki ruangan yang mungkin hanya seluas dapur rumahnya dengan penuh kebahagiaan.Ceklek ...Renata membuka kunci pintu, terlihat kursi-kursi berwarna krem."Duduk Pak. Bapak mau kopi atau teh?" tawar Renata."Espresso saja," ucap Alghara menyandarkan punggungnya di kursi de

  • The Bastard BossΒ Β Β 12. Penghapus Lara (Warning rate 18+)

    "Pak Al! Bapak gak apa-apa? Kalau bapak sakit, saya antar ke dokter, mumpung masih di rumah sakit," ucap Renata seraya berdiri, bersiap untuk mengantar Alghara.Alghara sesaat membenturkan kepalanya sendiri ke tembok, seakan sakit tidak dia pedulikan lagi.Renata tidak mengerti dengan sikap Alghara, tampak seperti orang yang tengah frustasi. Dia segera mendekati Alghara yang semakin rapuh, pikirnya memberi kekuatan mungkin bisa sedikit mengurangi kecemasan yang dirasakan Alghara."Ada yang bisa saya bantu, pak?"Greep ...Alghara memeluk Renata dalam cemas, tak terasa satu demi satu bulir-bulir bening membasahi bahu Renata.Renata hanya bisa terdiam, tak mengerti harus berbuat seperti apa? Alghara yang garang berubah menjadi seorang yang rapuh."Maafkan aku, Re...," ucap Alghara dalam lirih."Aku sudah maafin bapak, it's ok." Renata menepuk-nepuk punggung Alghara yang masih dalam pelukannya.Nyaman yang Alghara rasakan p

  • The Bastard BossΒ Β Β 11. Haruskah Berhenti?

    "Tolo--!" teriak Renata terpotong karena bekapan tangan kekar Alghara.Renata hanya bisa berpikir untuk berteriak berharap orang yang melihatnya, datang untuk menolong. Tapi semua sia-sia, tangan Alghara dengan satu gerakan mampu membungkam mulut Renata."Ikuti aku!" bisik Alghara dengan sarkasme tepat di kuping Renata.Alghara membuka pintu mobilnya dengan cepat, dia setengah mendorong tubuh ramping Renata."Pak turunkan saya, Pak!"Renata sudah kehabisan akal untuk menghindari Alghara yang telah menyalakan mobil, Alghara tidak memperdulikan kata-kata Renata, dengan tergesa dia melajukan mobilnya.Vroom ... Vroom ...Alghara terus mengemudikan mobilnya, menyalip keramaian di jalanan kota. Dia sudah tidak memperdulikan lagi teriak kasar dari orang-orang yang meneriakinya. Dalam benaknya sekarang hanya ada keinginan untuk membawa Renata ke tempat yang menjadi favoritnya.Alghara membelokkan mobilnya ke suatu tempat yang in

  • The Bastard BossΒ Β Β 10. Dear, Demi!

    Tiing ...Pintu lift menuju apartemen Demitrio terbuka, Renata langsung menuju block tempat bosnya tinggal. Sebuah apartemen mewah, lantai paling atas. Begitu luas mungkin satu helikopter bisa mendarat hanya di halamannya saja.Renata segera membuka kode untuk membuka kunci pintu yang di jaga ketat, karena CCTV terpasang di pintu depan.Renata hanya bisa menghela napas ketika melihat apartemen yang telah berubah menjadi kapal pecah, kulit kacang berserakan, baju-baju seperti terlempar dari angkasa. Berhambur entah apa yang terjadi, hanya butuh dua hari tidak tersentuh tangan Renata, apartemen mewah berubah bak tong sampah."Hadeuh pulang kerja masih aja nge-Ijah!" kata Renata kesal, tangan mungilnya cekatan membersihkan ruangan.Suka tidak suka, Renata bisa sabar dengan perjalanan hidupnya. Terperangkap bersama atasannya yang terkadang menjadi seseorang yang manis tapi bisa berubah dalam sekejap menjadi monster teraneh sejagad raya.Renata m

  • The Bastard BossΒ Β Β 9. Memagut Asa

    "Dem!" Teriak seorang wanita dengan tampilan elegan, riasan natural selalu terpoles rapih di wajah cantiknya. Walaupun usianya telah menginjak 40 tahun, tapi tak ada garis-garis penuaan di wajahnya. Seakan wanita muda yang selalu terjaga dengan indah. Renata dan Demitrio terkejut mendengar teriakan di balik pintu, Demitrio langsung menghentikan aktivitas panasnya bersama Renata. Sedangkan Renata dengan cepat berdiri dan merapikan baju yang sudah tak beraturan. "Velo?" tanya Demitrio tampak gusar karena Nyonya Velope memergoki kelakuannya. "Kenapa kamu? Takut melihat saya!" bentak Nyonya Velope dengan menenteng tas mahalnya. Dengan senyuman yang terkembang Demitrio mendekati Nyonya Velope, tanpa basa-basi, dia menarik tangan Nyonya Velope ke dalam pelukannya. Renata yang masih dalam ruangan Demitrio hanya bisa tersenyum ketus, satu tamparan mungkin layak disandangkan padanya. "Renata kamu hanya butiran debu di hati Demit

  • The Bastard BossΒ Β Β 8. Perihnya Rasa

    Brugh ...Alghara Fredicson mendorong Renata ke dinding, telapak tangannya dijadikan bantalan ketika kepala Renata hampir terbentur tembok.Mata Renata semakin jijik melihat perlakuan Alghara, Renata mengangkat tangannya. Setidaknya memberikan perlawanan kepada Alghara yang mulai mendominasi dirinya."Mau tampar aku lagi?" tanya Alghara. Matanya mulai menggoda, hidung mancungnya dia dekatkan dengan batang hidung Renata.Samar semilir angin halus terasa di wajah Renata, dia hanya bisa menatap tajam, pria yang tengah menggungkungnya. Renata hanya bisa mendengus kesal, perlawanan yang dia lakukan hanya lah sebuah kesia-siaan."Tolong Pak Al, saya harus kembali bekerja!" tegas Renata, mata huzelnya terus melihat tajam, menusuk ke dalam mata Alghara."Bekerja denganku saja, sekali pelayanan yang kamu berikan. Aku akan berikan segala yang kamu inginkan," ucap Alghara, yang terus memancing Renata dengan sentuhan-sentuhan halusnya. Bibir Alghara mul

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status