Beranda / Fantasi / Thai Qu Cing Si Anak Kotoran / 63. Kekalahan Raja Tham Fan

Share

63. Kekalahan Raja Tham Fan

Penulis: Donat Mblondo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-29 19:47:45

Sebenarnya, kekuatan Raja Tham Fan dan Raja Gran Dong cukup seimbang. Namun, muslihat sang raja iblis, terasa begitu nyata sehingga membuat Tham Fan berada dalam kebimbangan. Pikirannya, dikacaukan oleh ilusi.

Saat Raja Tham Fan menyerang Gran Dong dengan kekuatan penuh, tiba-tiba di hadapannya muncul sosok yang mirip dengan adiknya. Sehingga serangannya seolah-olah mengenai sang adik sampai terjatuh berlumur darah.

Tham Fan terperangah, pandangannya terpaku pada sosok mirip Harha Fan yang berlumur darah. Rasa bersalah dan kebimbangan menghimpitnya.

"Kenapa, Rhara? Mengapa kau ada di sini?" Tham Fan berbicara dengan suara terputus.

Sosok itu menatapnya dengan mata penuh kesedihan. "Kakak, aku tidak mengerti. Apakah aku salah? Apakah aku tidak cukup baik bagi Kakak?"

Tham Fan merasa hatinya tercabik. Ia mencoba mendekati sosok itu, namun kaki-kakinya terasa berat seperti terikat.

"Tidak, Rhara! Aku tidak bermaksud melukaimu!" teriak Tham Fan.

Raja Gran Dong tertawa, suaranya mem
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   64. Di ambang kematian

    Di sisi lain, beberapa saat sebelum Harha Fan mengalami kesulitan menghadapi Raja Gran Dong, Thai Qu Cing hampir selesai membuat portal yang direncanakan. Sementara itu, di ruang tertutup, Jia Gong An menunggu kesempatan tepat untuk keluar dari perisainya. Mata tajamnya memantau sekitar melalui celah sempit. Rupanya, asap yang tebal dan serangan-serangan bayangan itu telah lenyap. Namun, hatinya merasa tercabik-cabik saat melihat dua sosok yang begitu berarti baginya, sedang dalam keadaan terhimpit. Tiba-tiba, batu spiritual di kantungnya bercahaya. "Guru, aku hampir selesai membuat portal!" suara Thai Qu Cing terdengar jelas dari batu tersebut. Jia Gong An segera mengambil batu itu. "Bagus! Jika sudah selesai, segera gunakan darahmu untuk mengaktifkannya!" "Baik, Guru," jawab Thai Qu Cing. Jia Gong An menarik napas dalam-dalam. "Aku mengandalkanmu, Qu Cing. Suamiku terkena ilusi raja iblis dan Harha Fan sedang dalam situasi yang sulit. Mintalah bantuan kepada kepala perguruan l

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   65. Keadaan Jia Gong An

    "Tuan Lee?" Mata Harha Fan membulat, penuh rasa ingin tahu dan kekhawatiran. "Mengapa Anda menolongku? Bukankah kita tidak saling mengenal?" suaranya bergetar, mencerminkan ketidakpercayaan bahwa seseorang yang sama sekali tidak memiliki hubungan dengannya akan berani mengambil risiko untuk menyelamatkannya.Tatapan Nie Lee seketika berubah hangat, seolah cahaya lembut menyelimuti mereka berdua di tengah ketegangan yang melingkupi. Dia tersenyum, senyuman yang mampu menghapus keraguan di wajah Harha Fan. "Apakah kita harus berkenalan terlebih dahulu sebelum bisa saling membantu?" katanya, suaranya penuh kelembutan, seolah-olah mengajak Harha Fan untuk melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda—sudut pandang di mana kebaikan dan kepedulian tidak memerlukan latar belakang atau ikatan yang kuat.Dalam momen itu, jantung Harha Fan berdegup lebih cepat dari biasanya. Ada sesuatu dalam senyuman Nie Lee yang membuatnya merasa hangat, seolah ada ikatan tak terduga yang mulai tumbuh di hati

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   66. Kesadaran Raja Tham Fan

    “Raja Tham Fan, aku akan membebaskanmu dari ilusi ini!” teriak Nie Lee, melesatkan semburan air yang membelah kegelapan.Air yang berdesir itu mulai mengusir bayangan, menciptakan celah dalam ilusi yang menakutkan. Raja Tham Fan merasakan sentuhan realitas, matanya mulai menunjukkan tanda kehidupan. “Kau ... Nie Lee!”. "Hei,Tham Fan! Cepat bangun! Istrimu sedang sekarat! Dia akan mati jika kau tak kunjung sadar!" Nie Lee mendorong, berusaha menembus gelombang ilusi yang masih menghalangi.“Apa!” teriak Raja Tham Fan, suaranya menggema dalam kehampaan, mengguncang ilusi yang menjeratnya. Mata Raja Tham Fan yang tadinya kosong, kini menyala dengan api kemarahan yang membara. Ketika Nie Lee memanggilnya, menyuarakan bahwa Jiang An, sedang sekarat, kemarahan itu berubah menjadi kekuatan yang tak tertahankan. “Aku harus menyelamatkan Jiang An!” teriaknya, suaranya bergetar penuh keyakinan. Dengan satu gerakan kuat, ia menghancurkan ilusi itu, mengusir bayangan kelam yang menjeratnya. Da

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   67. Mencari jejak bayangan

    Tak terasa, pertarungan berlangsung hingga hari menjelang malam. Saat Qu Cing berusaha untuk menyembuhkan Jia Gong An yang terluka parah, dia merasakan ada sesuatu yang aneh. Benar saja, tubuh Jia Gong An tak kunjung membaik. Anak itu mendapati tubuh sang guru memucat, denyut nadi berhenti, dan tak ada hembusan napas lagi."Tidak mungkin! Apakah Guru sudah mati?" gumam Thai Qu Cing. Rahangnya mengencang, jantungnya berdebar, wajah lesu dengan mata yang berkaca-kaca.Perasaan Qu Cing sangat kacau. Ia tertunduk setengah berdiri memandang tubuh Jia Gong An yang tak berdaya di hadapannya."Bagaimana keadaan Jiang An?" tanya sesosok lelaki di belakang Thai Qu Cing yang baru saja menyelesaikan pertarungannya dengan dua pangeran iblis.Anak itu tidak menjawab. Takut bercampur bingung. Ia masih menatap sang guru dengan wajah sayu.Sesaat kemudian, Thai Qu Cing menemukan sesuatu yang mengganjal. Darah Jia Gong An menghitam bercampur aura kegelapan hingga ke saluran urat-urat nadinya. Qu Cing m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   68. Siasat Gran Dong

    Tanpa peringatan, makhluk bayangan itu meluncur cepat, seakan-akan muncul dari kegelapan itu sendiri. Tubuhnya berbalut asap hitam yang mengerikan, bergerak lincah dengan kecepatan yang hampir tak terlihat."Awas!" teriak Nie Lee, menarik tangan Qu Cing saat bayangan itu meluncur ke arah mereka.Anak itu hanya bisa melangkah mundur, matanya tajam menilai setiap gerakan makhluk tersebut. “Itu ... sangat cepat!” gumamnya, jantung Qu Cing berdebar, merasa terperangkap dalam perangkap yang tak terlihat.Makhluk bayangan itu berputar mengelilingi mereka, seakan mengejek dengan gerakan yang tidak bisa diprediksi. "Jangan lengah!" kata Nie Lee, suaranya tegas dan penuh peringatan. Ia melangkah mundur, mengangkat tangan untuk melindungi dirinya dan Qu Cing. “Ingat, makhluk ini bisa menyerang dari mana saja. Fokuskan perhatianmu pada jejak-jejak bayangannya!”Qu Cing menatap sekeliling, mengumpulkan konsentrasi dengan mata cahaya. Sesaat kemudian, dia melihat kilatan hitam yang bergerak membaw

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   69. Panah cahaya

    Beberapa saat sebelumnya, Du Bai melihat Thai Qu Cing berlari tergesa-gesa bersama sang kepala perguruan."Apa kau tau bagaimana keadaan di luar sana?" tanya Du Bai kepada salah satu siluman kera."Tidak. Kami hanya mendapat perintah untuk menjaga Anda di sini," jawab si kera.Lu Tung yang berada di sana, mendengar percakapan mereka pun ikut angkat bicara. "Aku sungguh mengkhawatirkan Yang Mulia. Tapi, kami juga tidak bisa mengabaikan perintahnya," ujar kera hitam itu.Seketika, Du Bai menampakkan senyum meringis di wajahnya. "Bagus! Bukankah mengikuti mereka secara diam-diam itu bukan ide yang buruk? Kita hanya perlu berhati-hati agar tidak menjadi perhatian musuh." Kemudian, anak itu nekat mengikuti langkah Qu Cing dan Nie Lee dari kejauhan.Para kera pun tak ada pilihan selain mengekor di belakang Du Bai. Langkah derap yang pelan, namun pasti."Kalian yang bergerak di bagian tepi dan belakang, harus selalu waspada kalau-kalau ada sesuatu yang datang secara tiba-tiba!" ujar Du Bai m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   70. Mengejar makhluk bayangan

    "Mau pergi ke mana kau, Gran Dong?" Gran Dong menoleh dan mendapati Tham Fan sudah berada di sisinya. Tham Fan berdiri di sana dengan rahang terkatup erat, tatapannya tajam seperti pisau, dan aura membunuh yang memancar darinya membuat setiap detik terasa penuh ancaman. "Tham Fan!" Raja iblis itu terhuyung dalam posisi yang rapuh. Segenap tubuhnya bergetar dengan rasa takut yang mencekam. Saat melihat Tham Fan, hatinya berdegup kencang seolah-olah sudah bisa mendengar detak waktu yang tersisa, mengingatkan bahwa dia sedang berada di ambang kematian. Dikelilingi oleh ancaman yang terbaca jelas dalam tatapan membara tersebut. Syuuuuut! Sebuah piringan bening raksasa tiba-tiba muncul di atas kepala Gran Dong, berputar vertikal dengan cepat disertai kobaran api membara, membelah tubuh Gran Dong menjadi dua bagian. Tubuhnya jatuh terjepit, kaku, dan tak bernyawa, seolah-olah semua kekuatan dan keangkuhannya seketika lenyap. Tumbuhan di sekitar yang terkena cipratan darahnya menjadi lay

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   71. Penyatuan jiwa

    "Kau tidak perlu mengkhawatirkan penyatuan jiwa, Jia Gong An. Percayakan kepada muridmu. Percayalah, kau akan baik-baik saja," kata Nie Lee terlihat sangat tenang.Jia Gong An menatap Qu Cing dengan penuh tanda tanya. Rahasia apalagi yang disembunyikan oleh anak ini?Mereka pun membawa kembali Jia Gong An ke lembah siluman kera tempat raga mereka berada. Di sana tampak beberapa orang menunggu mereka dengan kekhawatiran. Kesadaran Nie Lee dan Thai Qu Cing bangun terlebih dahulu, sedangkan Jia Gong An masih dalam proses penyatuan jiwa.Raga Jia Gong An terguncang hebat. Pada tubuhnya mulai muncul retakan bercampur darah."Guru!" seru Qu Cing segera menghampiri Jia Gong An. Dua jari tangannya menekan di area dahi wanita itu untuk menyalurkan energi penyembuh ke otaknya.Mata Qu Cing menyipit menunjukan keseriusannya. Sementara yang lain menunggu dengan penuh kecemasan, sekalipun itu Nie Lee yang selalu yakin bahwa muridnya tidak akan gagal.Adapun yang dirasakan Jia Gong An, tubuhnya mer

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21

Bab terbaru

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   82. Pusaran tornado

    Di garis depan, Qu Cing berlari dengan langkah cahaya, bergerak seperti kilat di antara musuh. Ia mememukul dan menusuk, meninggalkan jejak kekacauan. Matanya bersinar menembus kelemahan musuh. Tongkat saktinya berputar di tangannya, memancarkan energi yang membelah udara.Sementara Bau Ba Chin, tak jauh dari Qu Cing, bergerak sejajar dengan langkah bayangan. Mereka berlari beriringan menembus pasukan dengan cepat hingga ke barisan belakang."Aku akan membantu An Cang menghadapi Jendral Tao Cang. Kau, siapkanlah serangan kejutan untuk melemahkannya!" ucap Bau Ba Chin kepada Qu Cing.Qu Cing mengangguk. "Cepatlah! An Cang dalam bahaya!" Matanya melihat gadis itu tengah kesulitan menggerakan tubuhnya.Bau Ba Chin pun melangkah lebih dulu menghampiri An Cang. Tepat waktu dia berdiri di depan gadis itu sebelum pedang mencapainya.“Tangan raja kegelapan!” Bau Ba Chin menahan ujung pedang dengan telapak tangan kosong. Perlahan, angin yang menyelimuti pedang, meraung pergi, terkikis digantik

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   81. Ikatan angin

    Mata Tao Cang menyipit curiga. "Tidak datang sendiri katamu?" Ia melirik ke belakang dan terkejut melihat Qu Cing, Bau Ba Chin, Du Bai, We Ling, Shaka, dan Ashe Li berdiri dengan sikap siaga.“Ck ck," geram Tao Cang, amarahnya membuncah. Ia mengenali para murid dari Perguruan Long Ji, namun kehadirannya di sini, membela Klan Hawa, sungguh tak terduga.Shaka maju selangkah, menatap lurus ke arah Tao Cang. "Jendral, kau telah dibutakan oleh ambisi. Kekejamanmu tidak bisa dibenarkan. Kami di sini untuk menghentikanmu." Dia memandang sang jendral dengan tatapan muak. Tutur kata yang biasanya memanggil dengan sebutan ‘kakak', kini enggan terucap. Tak ada lagi rasa hormat pada dirinya terhadap Tao Cang.Tao Cang tertawa sinis. "Menghentikanku? Kalian anak-anak ingusan ini? Jangan bercanda. Ha ha ha! Kalian tidak tahu dengan siapa kalian berurusan!"Saat itulah Shaka membuat pengungkapan yang mengejutkan. "Jendral, gadis yang berdiri di hadapanmu adalah anak perempuan yang telah kau buang, A

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   80. Keadaan Klan Hawa

    “Apa yang kau pikirkan? Pemimpin klan tidak akan menyalahkan kita karena telah membunuh Bell Lee Yong,” tegas Nie Lee. “Bergabunglah dengan mereka, dan tunjukan bahwa anak-anak dari perguruan ini memiliki masa depan yang cemerlang!”“Tentu saja, Guru.” Qu Cing pun bergegas pergi bersama Bau Ba Chin menyusul yang lain.Sementara itu, di kediaman Klan Hawa, debu mengepul memenuhi angkasa, bercampur asap dari bangunan yang terbakar, melukiskan neraka di Kediaman Klan Hawa. Pekik kesakitan dan raungan amarah berbaur menjadi simfoni kematian yang memekakkan telinga.Di tengah kekacauan itu, Jenderal Tao Cang berdiri tegak, matanya menyala-nyala dengan ambisi yang membara. Pedangnya berlumuran darah, senyum sinis tersungging di bibirnya saat ia menyaksikan pasukannya merangsek maju, menghancurkan segala yang menghalangi jalan mereka.Dinding-dinding kediaman, yang dulunya megah dan kokoh, kini penuh dengan retakan dan lubang menganga akibat hantaman kekuatan spiritual dan senjata. Mayat-maya

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   79. Kabar serangan Tao Cang

    Seketika We Ling merasa risih. “Pergilah ke kamarmu sendiri!” ucap gadis itu berpaling pergi.Sementara Du Bai masih berdiri di sana hingga gadis itu hilang dari pandangannya. Terukir senyum di wajahnya, ia pun kembali ke tempat peristirahatan.Setelah mendapat izin dari kepala perguruan, Shaka menginap bermalam di kamar asrama Qu Cing. Bocah itu mempersilakannya untuk tidur di dipan, akan tetapi Shaka menolak.“Tidurlah! Aku akan tidur di tikar,” ujarnya. Tubuh lelaki itu dipenuhi luka. Dia terlelap sangat cepat, mungkin kelelahan. Tanpa sepengetahuannya, Qu Cing menyembuhkan seluruh luka yang diderita.Keesokan harinya, mereka terbangun dalam keadaan bugar dan sehat.“Apa yang terjadi pada tubuhku semalam?” ujar Shaka mendapati seluruh luka di tubuhnya menghilang. Matanya beralih menatap sebuah dipan tempat tidur Qu Cing yang telah kosong. Di mana anak itu? Pikirnya.Shaka bangun dan keluar dari kamar. Tampak seorang bocah sedang berlatih di halaman. Kilatan-kilatan, jejak bayangan

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   78. Teknik Shi Lau

    Beberapa saat sebelumnya."Kak Shaka?"Saat Tao Cang mengayunkan pedangnya ke arah Shaka, Qu Cing segera memerintahkan sang tongkat sakti."Patahkan!" seru anak itu penuh amarah.Tongkat sakti pun melayang ke udara, membesar seperti batang pohon yang kokoh dan menjulang tinggi."Aku adalah sang raja tongkat. Benda pusaka legendaris tiada tanding!" Sang tongkat menghempas cepat menghantam pedang yang di genggam Tao Cang hingga terjatuh dan patah."Du Bai, tangkap ini!" Qu Cing melemparkan We Ling ke arah Du Bai yang saat itu sedang terkagum-kagum dengan kekuatan sang tongkat."Hah? Apa?" jawab Du Bai linglung. Ia mendapati We Ling menjerit dan jatuh ke tanah dengan wajah melompong. "Ups, maaf. Aku tak fokus." Du Bai pun turun untuk membantu gadis itu.Di sisi lain, Qu Cing mengejar sang tongkat sembari menarik kainnya untuk menutupi wajah. Ia berdiri di ujung tongkat dengan gagah berani menatap tajam Tao Cang.“Si-siapa kau?” suara Tao Cang menggema, diwarnai kebingungan dan kemarahan

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   77. Tongkat raksasa

    Sebuah pedang perak berkilau putih dikendalikan oleh seorang pria paruh baya yang mengenakan baju zirah. Pedang perak itu melayang di atas dengan arah mata pedang tertuju ke arah tubuh We Ling, menampakkan raungan jiwa-jiwa yang telah banyak menelan korban.“Tieng An, kupersembahkan darah gadis muda ini kepadamu!” ucap si pria menyebut nama pedang itu.‘Pedang Tieng An?’ We Ling terbangun setengah sadar mendengar ucapan itu. Ia mengetahui, bahwa satu-satunya pemilik pedang perak bernama Tieng An adalah Jendral Tao Cang.We Ling terbaring tak berdaya di altar, rasa putus asa menyelubungi dirinya saat pedang perak meluncur dengan kecepatan yang mengguncang jiwanya. Ingin ia berteriak mengeluarkan seluruh kekuatannya, tapi suaranya tercegat. Tenggorokannya seperti tercekik terengah-engah dengan napas yang tak beraturan.Di tengah kegelapan malam yang menyelimuti kesadarannya, We Ling merasakan kehadiran sesuatu yang lain, seolah ada cahaya yang ingin mengusir bayang-bayang gelap itu.Qu

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   76. Tumbal

    Beberapa saat sebelumnya, di kamar asrama putri, seseorang pria dengan pakaian hitam tertutup menyelinap masuk ke kamar We Ling.Gadis itu yang sedang tertidur lelap, dikagetkan oleh suara gesekan pintu yang terbuka. We Ling terbangun dalam keadaan bingung, otaknya masih berusaha menggapai kenyataan di sekelilingnya. Saat We Ling merasakan kekuatan tangan asing membungkam mulutnya, ketakutan meluap dalam dirinya. Dia berusaha melawan, tetapi pria berpakaian hitam itu terlalu kuat. Dalam sekejap, dunia di sekelilingnya menjadi gelap seiring dengan kesadarannya yang memudar.Saat We Ling terbangun kembali, dia mendapati dirinya berada di sekitar asrama putra. Angin malam berhembus kencang, dan suara deru dari jauh seolah mengiringi ketegangan di dalam dirinya. Dia merasa lemah, tetapi instingnya memberitahu bahwa dia harus bertindak cepat. Saat pria itu kembali berusaha membungkamnya, We Ling mengambil kesempatan. Dengan segenap tenaga, dia menghembuskan napasnya, mencoba mengeluarkan

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   75. Bersatu dengan raja kegelapan

    'Tanda itu ...' Mata sang raja kegelapan membulat. Seketika, firasat buruk yang terus menghantuinya sejak melihat tanda itu semakin kuat. Sebuah simbol misterius yang bisa melahap cahaya dan melenyapkan kegelapan."Tunggu!" kata raja kegelapan, membuat Qu Cing teralihkan."Bau Ba Chin benar-benar berteman baik dengan orang yang tepat. Aku berubah pikiran. Singkirkan tanganmu sekarang! Sesuai keinginan kalian, aku akan menyatukan diri dengan Bau Ba Chin," ujar sang raja kegelapan.Namun, saat dia berbicara, dia tidak bisa menghilangkan rasa takut yang menguasainya. Simbol matahari yang bersinar terang di telapak tangan kanan Qu Cing memancarkan kehangatan dan kekuatan yang tidak asing bagi sang raja kegelapan. Rasanya seperti cahaya matahari menusuk jiwanya, membuatnya rentan dan terpapar.'Bagaimana mungkin seorang bocah 9 tahun memiliki kekuatan seperti itu?' Pikirannya merinding. Dia bisa merasakan bayangan di sekelilingnya bergetar, seolah-olah bahkan mereka pun takut akan cahaya y

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   74. Menundukkan raja kegelapan

    Beberapa saat sebelumnya di alam bawah sadar Bau Ba Chin. Anak itu sedang berjuang keras untuk menaklukkan sang raja kegelapan.Namun, rupanya itu sangat sulit. Raja kegelapan sangat berambisi untuk menguasai tubuhnya. Beberapa kali Bau Ba Chin hendak melawan, itu justru berakibat melukai dirinya sendiri."Bagaimana mungkin? Aku sama sekali tidak bisa menyentuhnya." Bau Ba Chin tertunduk merenung, wajahnya pucat dan nafasnya tersenggal-senggal. Darah segar mengalir dari sudut mulutnya karena terkena serangannya sendiri."Ha ha ha. Dasar bodoh! Kekuatanmu belum cukup untuk bisa menghadapiku, Bocah! Ragamu ini juga masih terlalu lemah untuk menampung kekuatanku," kata sang raja kegelapan."Tunggu beberapa tahun lagi, ketikan tubuhmu sudah benar-benar matang, aku akan mengambil alih dan membalaskan dendam kepada seluruh Klan Dhulam. Aku akan menjadikan tanah kediaman mereka sebagai kuburan! Ha ha ha!" imbuh sang raja kegelapan.Kebangkitan sang raja kegelapan adalah malapetaka bagi Klan D

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status