"Ha ha ha. Karena aku akan menggantikan posisi ayahku sebentar lagi, tentu saja aku harus menghimpun banyak kekuatan! Aku menginginkan batu mustika hitam milikmu, Raja Ular!" tegas Bell Lee Yong."Cih! Langkahi dulu mayatku!"Seketika, di sekeliling tubuh Raja Tham Fan diselimuti oleh aura hitam. Rupanya, dia telah mengaktifkan batu mustika miliknya. Ini bertanda, siluman ular itu siap bertarung mati-matian dengan kekuatan penuh.Bell Lee Yong pun tak mau kalah. Ia juga mengaktifkan batu mustika putih hasil curiannya.Kedua makhluk itu bertarung sengit, hingga tak seorang pun berani mendekat untuk ikut campur. Para pasukan dari masing-masing kubu, tidak akan bergerak tanpa perintah. Sehingga, mereka hanya bisa menatap serius sang pemimpin dari jangkauan yang cukup jauh.Whuuush!Boom! Boom! Booom!Pertarungan yang begitu dahsyat, membuat tubuh dua makhluk yang sedang bertarung itu terhempas ke tanah cukup keras.Bugh!Tubuh bagian terdalam mereka terkoyak, sampai memuntahkan banyak da
"Benar, gulungan tanda teleportasi! Sebuah gulungan yang biasanya hanya bisa digunakan sekali pakai. Gulungan tersebut akan bereaksi sesuai fungsi tanda yang tertulis! Aku tidak tau secara spesifiknya. Mungkin, bisa Anda tanyakan hal ini kepada Kepala Perguruan Long Ji setelah Anda kembali, Tuanku," jelas sang tongkat sakti."Hmm ..." Qu Cing mengangguk mengerti.Karena pertarungan telah usai dengan hasil yang begitu mengecewakan, Qu Cing bergegas pergi mencari tempat untuk latihan. Tidak ada gunanya dia terus berada di sana. Namun, beberapa langkah ia berjalan, sang raja ular datang menghadangnya diikuti si kakek tua ular piton.Qu Cing sedikit terkejut dengan kehadirin sosok manusia setengah ular itu. "Apa yang Anda inginkan, Yang Mulia Raja Tham Fan?" ucapnya melipat kedua tangan dan dengan gagah matanya menatap tegas."Terima kasih!" ujar sang raja sedikit menundukan kepalanya. "Aku mendapat kabar bahwa kau akan pergi ke Hutan Lembah Siluman Kera. Jika ada sesuatu yang bisa ku ban
Mendengar kabar dari si kakek, Qu Cing tampak memahami. Mungkin, inilah sebab orang tuanya membuang dirinya dan juga menyegel kekuatannya. Hal ini semata-mata karena mereka ingin menyembunyikan jati diri sang anak, agar terlepas dari gangguan.Itu berarti, Qu Cing tidak boleh menunjukan kekuatannya secara sembarangan kepada seseorang. Anak itu berbalik sembari menggenggam erat kedua tangannya. "Aku, harus menjadi orang terkuat! Dan aku akan mencari mereka hingga ke ujung dunia. Tidak akan ku biarkan seorang pun mengganggu mereka lagi!" Kemudian, dia menoleh ke belakang dan mengucapkan terima kasih kepada si kakek ular piton karena telah memberikan informasi penting.Satu bulan lagi, usia Qu Cing menginjak 9 tahun. Saat itu tiba, bertepatan dengan dilaksanakannya ujian kenaikan kelas. Qu Cing adalah murid tertua dari semua teman-temannya di kelas 1, yang masih berusia 7 tahun lebih beberapa bulan.Anak itu dengan cepat berkembang. Dalam satu hari, ia mampu menguasai satu jurus yang dia
Sampai Qu Cing melepas tongkat tersebut, dan sang tongkat pun bergoyang cepat dengan kendali energi spiritual cahaya miliknya.Mata Lu Tung membulat. Sembari menangkis serangan sang tongkat sakti, kera hitam itu memperhatikan tongkat tersebut dengan seksama. "I-ini ...! Tongkat sakti Sun Ji Gong!"Bugh! Bugh! Bugh!Tongkat sakti itu terus bergoyang menghantam tubuh si kera hitam memancarkan cahaya panas. Setiap kali Lu Tung terkena sentuhan panas itu, bulunya akan tersengat dan terbakar."Aaargh!" rintih Lu Tung.Kera itu berlari dan melompat bergelantungan di atas pohon, meraih beberapa tumbuhan merambat.Whuuush! Syuuut syuuut syuuut!Dengan lincah Lu Tung melompat dari satu pohon ke pohon yang lain, sembari mengikat sang tongkat sakti, hingga tongkat tersebut terjerat oleh beberapa tumbuhan merambat yang cukup kuat. Dia cukup puas karena sukses membuat pergerakan sang tongkat terhenti.Namun, saat Lu Tung hendak menghampiri Qu Cing kembali, ia melihat bocah itu menampakan senyum s
Setelah mendengar perkataan sang tongkat sakti, Qu Cing tersadar. "Benar! Ukiran ini, sama persis dengan ukiran yang terukir di tongkat! Tapi, bagaimana cara membukanya?"Sang tongkat menjawab, "letakan aku di atasnya! Kotak itu akan bersatu denganku dan Anda bisa mengambil kitab itu, Tuanku."Qu Cing pun melakukan apa yang dikatakannya. Ketika sang tongkat berada di atas kotak, kotak tersebut berubah menjadi serpihan cahaya dan lenyap. Kini, tampak sebuah buku kumuh, tapi masih terlihat rapi dan terawat. Buku itu adalah Kitab Sang Raja Kera.Saat Qu Cing menyentuh buku tersebut, tanda matahari di telapak tangannya kembali bereaksi. Hal ini membuat anak itu sedikit terperanjat. Dia tidak gegabah menyentuhnya kembali. Apakah buku ini juga benda pusaka? Pikirnya."Ada apa, Tuan? Anda tampak ragu. Aku pikir, Anda bisa menyerapnya dengan mudah," ujar sang tongkat sakti."Apakah ini akan sakit, seperti saat aku menyerapmu?" tanya Qu Cing."Tidak akan sesakit itu, Tuanku. Buku ini hanyalah
Para pasukan kera itu manatap tajam Qu Cing dengan tatapan yang berbeda. Ada yang menatap kagum karena sang tongkat sakti mengakuinya sebagai tuan yang baru, ada pula yang memandangnya remah karena dia tampak seperti seorang anak kecil."Kau pikir, dengan kau menbawa tongkat sakti Sun Ji Gong, kami akan mengakuimu sebagai raja? Ckck. Anak kecil kemaren sore, datang ke Hutan Lembah Siluman Kera dan ingin diakui sebagai raja? Lelucon macam apa ini?"Langit jingga memenuhi alam memperindah pemandangan. Qu Cing meringis menunjukan sebagian wajahnya. Ia memakai topeng kain di bagian mata."Terserah kalian! Aku hanya punya waktu sampai datang waktu malam. Yang mau mengakuiku sebagai raja dan siap mengikutiku, maka ikuti aku! Aku akan membawa kalian ke lahan kosong untuk berlatih memunculkan inti spiritual!" Anak itu berjalan ke suatu tempat yang luas dan tampak kosong. Hanya ada bebatuan dan sedikit pepohonan di sana.Beberapa kera tidak mengikutinya karena keangkuhan mereka. Qu Cing tak ac
Qu Cing meringis. Dia meminta agar Nie Lee mengikutinya untuk masuk ke gua karang. "Duduklah, Paman!"Nie Lee duduk bersila. Qu Cing berdiri di belakangnya menutup wajah pria itu dengan kedua telapak tangan. "Bersiaplah, Paman!"Tangan Qu Cing mengeluarkan cahaya hijau menembus wajah Nie Lee. Kemudian, dia menggerakan keduanya ke arah telinga pria itu sampai ke rambutnya.Suatu keajaiban terjadi. Kulit wajah Nie Lee kembali mengencang dan menjadi mulus tanpa luka. "Wajahku!" seru pria itu merasakan sesuatu yang luar biasa."Aku tidak menyangka, ternyata Anda pria yang tampan, Paman," puji Qu Cing. "Mari kita ke tahap selanjutnya!"Kedua tangan anak itu, turun menggenggam pundak. Lalu, dia menekan salah satu sendi spiritual Nie Lee. Kemudian, menariknya ke satu sendi yang lain dengan gerakan tangan yang menekan. Dia melakukannya beberapa kali hingga semua sendi-sendi spiritual itu tersambung kembali."Aaargh!" Nie Lee mengerang beberapa kali dengan napas terengah-engah sampai memuntahk
Teman-teman sekelas, tidak mengetahui bahwa sebenarnya Qu Cing bahkan telah melebihi ranah spiritual tingkat kedua."Aku akan memberi kejutan pada mereka," bisik Qu Cing kepada Bau Ba Chin."Hei, teman-teman! Mengapa kalian tidak membawa Bau Ba Chin untuk berkeliling perguruan? Jangan sampai dia tersesat saat berjalan sendiri tak mengerti arah. Perguruan ini sangat luas loh! Kalau saja aku bisa memandunya, aku akan lebih akrab dan membawanya berkeliling!" ujar Bery Tha si buta. Dia memahami dirinya tidak bisa melihat, sehingga ia meminta teman-temannya untuk mengakrabkan diri dengan Bau Ba Chin.Namun, semua terdiam. Qu Cing memahami teman-temannya. An Cang kesulitan berjalan karena ia memiliki keterbatasan. Satu kakinya lumpuh dan sulit untuk berpijak.Ashe Li tidak bisa menjadi pendengar yang baik. Orang-orang yang berbicara padanya, selalu merasa bosan karena dia tidak bisa menanggapi obrolan mereka.Qu Cing berdiri dari tempat duduknya dan berkata, "aku yang akan menemaninya berke
'Di-dia ...' Mata Ghen Dong menyipit tajam menatap seorang bocah yang berdiri gagah menangkis serangannya. Makhluk itu merasa tidak asing. 'Tongkat sakti itu ...' Sang iblis mengingat, bahwa ia pernah menjumpainya sebelum ini. Pikirannya terus menjelajah hingga menemukan suatu ingatan yang tak terlupakan. "Heh, dia adalah anak itu!" gumam Ghen Dong sedikit menyunggingkan senyum. "Anak yang pernah menggagalkan rencanaku saat hendak menguasai tubuh Kaktius Berdu Rhi sepenuhnya." Giginya menekan, tangannya menggerakkan jari secara perlahan mengepal. Seketika, raut wajahnya berubah menjadi tawa, ketika mata Ghen Dong tertuju pada sebuah tongkat sakti milik Sun Ji Gong. "Pfffft! Ha ha ha ha! Benar-benar lucu, mereka menggangkat anak kecil sepertimu menjadi raja mereka, hanya karena kau memegang tongkat Sun Ji Gong?" ejeknya. Qu Cing hanya tersenyum simpul menanggapi ejekannya. Dia juga mendapat informasi dari sang tongkat sakti bahwa iblis yang di hadapannya saat ini adalah soso
Sementara itu, di perbatasan menuju lapisan kedua Lembah Siluman, Qu Cing diikuti oleh Du Bai bersembunyi di balik semak-semak. Sosok makhluk-makhluk bertanduk dengan sekujur tubuh berwarna hitam, secara membabi buta memporak porandakan Lembah Siluman Kera. "Ha ha ha! Menyerahlah kalian, dan tunduklah kepada kami! Aku akan menjadi pemimpin kalian yang baru!" seru Go Dong begitu percaya diri. "Ckck. Kematian Sun Ji Gong adalah kebangkitan kami. Ingin berkuasa di sini? Kau harus mampu membunuhku dulu, Pangeran Kecil!" balas Lu Tung. Mereka pun bertarung adu kekuatan. Pasukan siluman kera juga tak mau kalah. Mereka yang telah mendapat ajaran ilmu spiritual tentu saja sangat bersemangat. Mayoritas para siluman kera memiliki kekuatan spiritual angin, kecuali satu kera kecil yang ditugaskan untuk meminta bantuan. Kabarnya, si kecil itu baru saja memunculkan inti spiritual cahaya seperti milik Sun Ji Gong. Sesuatu hal yang sangat mengejutkan bagi Pangeran Go Dong. Makhluk itu hampir menc
Jia Gong An adalah anak pertama dari walikota Al. Sosok gadis yang ramah dan mudah bergaul dengan siapapun. Menginjak usia 15 tahun, dia menuntut ilmu di Perguruan Long Lu, perguruan elit tingkat atas. Perguruan itu terletak di sebelah barat Kota Al dekat perbatasan Lembah Siluman.Saat gadis itu sedang serius berlatih menyendiri di hutan, tanpa sadar dia melewati perbatasan dan masuk ke Lembah Siluman Ular. "Sepertinya, aku sudah masuk terlalu jauh," gumamnya.Setelah sadar, Jia Gong An mencari jalan pulang dan bertemu dengan seorang gadis berambut putih seumurannya. Dia terlihat sedang duduk termenung menyembunyikan wajahnya diantara tumpukan tangan yang ia sandarkan di atas lutut.Gadis itu tampak menyadari keberadaan Jia Gong An. "Sudah ku bilang, kan. Aku tidak mau pulang sebelum Kakak mengizinkanku keluar dari perbatasan!" ujarnya masih dalam keadaan tertunduk tanpa melihat siapa yang hadir di sisinya.'Dia mengira bahwa aku adalah kakaknya?' Jia Gong An berjongkok di hadapannya
"Lima tahun? Ha ha ha! Bocah tengik sepertimu, apa yang kau tahu? Apa kau pikir menaklukan raja kegelapan adalah perkara yang mudah?" Nada bicaranya penuh dengan ejekan. Pemimpin Klan itu akhirnya berbalik berkacak pinggang berhadapan dengan Qu Cing. "Sepuluh tahun yang akan datang pun, belum tentu dia bisa menaklukannya. Bicaramu hanya omong kosong!"Kemudian, mereka pergi meninggalkan tempat itu. Sedangkan Qu Cing tersenyum tipis melihat punggung mereka yang semakin menjauh."Pak Tua bodoh! Cara berpikirnya begitu kolot dan sangat mudah dipengaruhi! Dia tidak sadar, bahwa dia telah dibodohi oleh orang-orang di kediamannya sendiri!" celetuk Raja Tham Fan berdiri di sisi Thai Qu Cing."Apa yang Anda maksud dengan dibodohi oleh orang-orang di kediamannya sendiri, Yang Mulia?" ujar Qu Cing mendongakkan kepala menatap pria tinggi di sisinya. Desiran angin menerpa rambut merah kecoklatan itu, membuat wajah tampannya semakin mempesona."Jika kau tertarik dengan Klan Dhulam, mungkin sesekal
Beberapa saat sebelumnya, Du Bai melangkahkan kakinya di lembah siluman ular dengan tubuh gemetar. Pandangannya senantiasa waspada, campur sedikit kekhawatiran kalau-kalau ada sosok siluman ular yang menyerang.Dia sengaja melalui jalur yang berbeda melewati Kota Tu, agar Klan Dhulam tidak mencurigai pergerakannya.Meskipun rasa takut menghantui pikiran, dia tidak bisa mengabaikan masalah ini. "Huh! Di mana istana gua siluman ular?" keluh anak itu sembari menghembuskan napas lelah.Tiba-tiba, Du Bai mendengar suatu pertempuran di perbatasan. Dia mengecek sebentar dan melihat Qu Cing sedang meluncurkan tongkat saktinya ke arah si botak."Celaka! Kekuatan satu klan tidak bisa dianggap remeh! Aku harus segera bertindak!" Dengan langkah cahaya, Du Bai berkeliling menelusuri lembah siluman ular untuk mencari kediaman sang raja ular. "Aku tidak akan mengecewakanmu, Teman," gumamnya.Pergerakan anak itu, tentu saja memicu perhatian para siluman ular yang melihatnya. "Apa yang sedang anak it
Sempat beberapa kali Qu Cing menahan dan menghantam rantai-rantai itu dengan tongkat saktinya. Namun itu sia-sia. Perbedaan kekuatan anak itu dan si botak bukanlah hal yang bisa digapai dalam sekejap."Sudah ku bilang, seharusnya kau pergi saja. Sekarang, semua malah menjadi semakin rumit. Jika kau pergi, kau tidak akan merasakan sakit seperti ini." Wajah Jia Gong An menengadah pasrah."Rasa sakit yang seperti ini, bukanlah apa apa bagiku, Guru. Aku bahkan, pernah merasakan rasanya berada di ujung kematian. Keadaan ini terjadi karena aku terlalu lemah. Aku sangat menyesali diri sendiri. Aku bahkan tidak bisa menahan satu serangan pun meski hanya sekejap saja." Qu Cing tertunduk sayu. "Maafkan aku, Guru!"Meskipun dalam keadaan tubuhnya yang kacau, Qu Cing masih tetap berusaha menyembuhkan diri agar tetap berada dalam kesadaran.Tiba-tiba ...PraaaaankFormasi pecah dan belenggu rantai pun hancur. Qu Cing dan Jia Gong An terbebas dan terjatuh.Di hadapan Qu Cing, muncul seorang pria mu
"Heh! Sangat mengganggu! Tangkap juga bocah itu!" perintah sang pemimpin klan kepada para bawahannya. Saat ketujuh pengikutnya bergerak, Jia Gong An menghadang mereka. "Langkahi dulu mayatku!" Matanya menyala membentangkan kedua tangan. Energi hijau keluar dari telapak tangan, terkumpul membentuk tumbuhan raflesia yang menyala. "The Power of Rafflesia!" Baaam! Tak disangka dirinya mampu memukul mundur ketujuh orang itu. 'Kesempatan bagus!' Jia Gong An melancarkan serangan lanjutan. Wanita itu merentangkan tangan. Lalu bergerak seperti seorang pemanah yang menarik busurnya. "Cactus thorns!" Syuuut syuuut syuuut! Lesatan cepat duri-duri kaktus yang tipis dan tajam mampu meremukan besi sekalipun dalam sekali hantaman. "Benar-benar merepotkan!" Sang pemimpin klan akhirnya turun tangan. Dia bergerak mengayunkan sebuah tinju bayangan. Energi hitam memutar spiral mengitari telapak tangannya. Dia melompat dan memblokir serangan Jia Gong An dengan mudah. Tidak berhenti di situ. Mata pr
Drap! Drap! Drap!Qu Cing menyusul Jia Gong An dengan teknik gerakan cahaya kilat. Dia melihat jejak wanita itu mulai samar.Guru An tidak mungkin melewati Kota Tu, karena di sana telah di dominasi oleh kekuatan dari Klan Dhulam! Pikir Qu Cing.Anak itu berbelok ke arah tenggara, tepatnya ke sebuah kota bernama Al, sebelah timur kota Tu. Benar saja, Qu Cing melihat beberapa pengawal dari Klan Dhulam berjaga di perbatasan Kota Al dan Kota A. Dia berasumsi bahwa Jia Gong An telah melewati perbatasan."Mereka juga pasti telah mengepung Guru An dari perbatasan Lembah Siluman!" Qu Cing bergerak lebih cepat dari sebelumnya untuk mencari sang guru ke seluruh penjuru kota Tu hingga waktu pagi pun tiba."Aku harus menemukannya sebelum ia sampai ke perbatasan!" guman Qu Cing mulai lelah, haus, dan lapar. Ia terus berjalan ke arah selatan dengan wajah lesu. Tiba-tiba, seseorang memanggilnya. "Hei, Dik. Apa kau lapar?" tanya seorang lelaki muda, berambut perak, bermata biru dengan pakaian putih
Teknik bayangan murni adalah sebuah teknik khusus yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kekuatan spiritual cahaya atau kegelapan. Ini merupakan teknik tingkat tinggi yang bisa dipelajari setelah seseorang mencapai ranah spiritual tingkat empat.Menyinkornkan kekuatan spiritual dengan tubuh, dan membentuk bayangan transparan dalam waktu tertentu. Kekuatan spiritual kegelapan, akan membentuk bayangan transparan hitam gelap. Sedangkan kekuatan spiritual cahaya, akan membentuk bayangan transparan putih terang.Belum sempat Qu Cing dan Du Bai bersembunyi, mereka dikejutkan oleh kehadiran pria botak berkulit hitam itu."Kami baru saja lewat hendak menuju ke kamar kami. Mengapa Anda begitu panik, Paman?" ucap Du Bai tampak tenang."Baru saja lewat? Benarkah?" Mata pria itu menyelidik."Tentu saja. Tidak ada alasan untuk kami terus berada di tengah jalan karidor seperti ini! Inu sudah malam, Paman. Kami sangat mengantuk." Anak itu menguap sambil salah satu tangannya memberi