1 bulan kemudian.Kalea dan Elkan sama sekali tak saling menyapa setelah sekian lama. Mereka sama-sama hanya diam ketika saling bertemu. Namun kali ini Kalea mulai meluluhkan hatinya. Dia mulai menyadari apa yang sedang dirasakan. Apalagi kalau bukan jatuh cinta?Bukannya mulai melupakan karena tidak lagi saling berbicara, justru Kalea merasa kehilangan. Dia merindukan saat dimana mereka bertengkar. Kalea ingin jujur dengan perasaannya namun melihat Elkan yang acuh membuatnya merasa terlambat. Kalea mulai menerka jika mungkin Elkan memang hanya penasaran, dan hanya menginginkan tubuhnya.Hari ini Kalea pergi ke butik seperti biasanya. Tanggung jawab butik sudah sepenuhnya diberikan. Kalea juga tidak keberatan karena mulai saat ini dia menyukai apa yang dia lakukan. "Kal, kamu lagi sakit ya? Muka kamu kayak pucet gitu," kata Mia yang menghampiri Kalea. Dia sedang sibuk dengan baju baru yang sedang dipajang."Masa, sih? Aku biasa aja kayaknya.""Yakin? Kalau kamu sakit, kamu bisa istir
"Kamu kenapa, sih?" Vita memeluk putrinya yang seharian mengurung diri di kamar. Kemarin setelah mendengar teriakan Kalea, dia tidak keluar kamar sama sekali. Karena itu siang ini Vita mencoba membuka kamar dengan kunci cadang. Betapa terkejutnya dia melihat bagaimana Kalea terduduk dengan penampilan acak-acakan dan mata sembabnya. Ternyata dia menangis semalaman. Vita sudah mencoba bertanya pada anaknya itu tentang apa masalah yang dialaminya namun Kalea tetap diam.Anton bahkan meminta izin agar tidak dapat masuk ke kantor hari ini. Pria paruh baya itu ingin memastikan jika Kalea baik-baik saja. Karena beberapa hari ini dia tau jika putrinya sedikit berubah."Kakau kamu ada masalah, cerita sama Mama. Jangan seperti ini sayang."Anton mengusap rambut Kalea dengan lembut. "Siapa yang buat kamu menangis seperti ini? Papa akan beri dia pelajaran.""Aku gak apa-apa, kok," jawab Kakea dengan pelan. "Terus kenapa kamu mengurung diri di kamar kayak gini?"Kalea menggeleng dan memgusap ai
"what?! Jangan ngaco kamu kalau bicara. Mana mungkin Kalea hamil anak kakak."Elkan menggeleng tak percaya dan kembali melanjutkan aktifitasnya. Tiba-tiba Belina datang ke kantornya dan mengatakan agar Elkan menemui Kalea, dia juga mengatakan jika Kalea hamil anaknya. Elkan pikir itu hanya sebuah alasan atau cara agar sang adik bisa membujuknya. Akhir-akhir ini Belina memang ingin Elkan memperbaiki hubungan dengan Kalea."Kak El kenapa gak percaya, sih? Kak Kalea beneran hamil dan itu anak Kakak. Emangnya lupa kejadian di pantai waktu itu? Aku tau semuanya, dan Kak Kalea bilang kalau dia cuma berhubungan sama Kak El. Intinya Kak El harus tanggung jawab," kata Belina menggebu. "Pantai?"Mendengar kata pantai membuat Elkan mengingat kejadian malam itu. Apakah benar Kalea tengah hamil anaknya? Lagipula mana mungkin Belina bercanda sejauh itu. Entah ini kabar baik atau buruk. Satu sisi Elkan bahagia namun di sisi lain dia juga khawatir. Orang-orang pasti akan menilai buruk dan kabar ini
Bugh!"Papa, stop!" Kalea menutup mulutnya dengan kedua tangan. Begitu juga dengan Vita yang tak percaya dengan apa yang dilakukan suaminya. Di depan sana Elkan berlutut dengan wajah yang memiliki lebam. Pelakunya tepat berdiri di depannya. Anton, pria paruh baya itu tengah mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Seakan terdapat emosi yang terpendam pada pria muda di depannya. Tanpa memperdulikan siapa yang baru saja dipukulnya.Elkan sejak tadi tak melakukan pembelaan untuk dirinya sendiri bahkan perlawanan. Dia merasa pantas mendapatkan ini semua karena ulahnya sendiri. Benar kata orang. Berani berbuat maka harus berani bertanggung jawab. "Tanpa mengurangi rasa hormat, meskipun kamu atasan saya di kantor, di sini saya berdiri sebagai orang tua putri saya. Kenapa kamu menghancurkan masa depan anak saya satu-satunya?" ucapnya kini dengan suara yang mulai rendah.Elkan mengangkat wajahnya perlahan. "Saya minta maaf. Saya janji akan bertanggung jawab.""Ini bukan hanya soal itu. Baga
Seorang wanita cantik tengah berjalan di sebuah mall seorang diri. Dia membawa beberapa paper bag di tangannya. Setelah hampir dua jam di mall dirinya sudah mulai merasa puas dengan barang-barang bermerk yang baru saja dibelinya.Airin, wanita itu memang menjadikan belanja sebagai hoby-nya. Ia melangkah keluar dari sebuah toko tas dan berjalan menuju eskalator. Untuk mengatasi rasa stress setelah bekerja sebagai model, dia perlu pelarian dengan belanja sepuasnya.Di depan sana terlihat seorang pria yang berjalan berlawanan arah dengannya. Dia adalah Rendi, mantan yang selalu membayangi hidupnya. Dia tidak mengerti kenapa Rendi masih berharap padanya. Airin bahkan sudah mengatakan jika cintanya sekarang hanya untuk Elkan."Hai." Rendi menghampiri Airin dengan senyum hangat yang biasa ia berikan. Berbeda saat dirinya berada di kampus, pria itu akan menjadi lembut saat dihadapan wanita yang dicintainya. Airin."Kenapa, sih, dimana pun aku pergi kamu selalu ada? Bisa gak, gak usah ngikuti
Di dalam sebuah rumah megah, berkumpul sebuah keluarga yang duduk dihadapan seorang pria tua. Dia adalah Domini Cyrano, orang tertua dari keluarga Cyrano yang memegang penuh sebuah kekuasaan dan keputusan.Tidak ada yang berani menentangnya.Hari ini semua keluarga Cyrano dikumpulkan. Tidak ada yang tau apa masalah hari ini karena hanya pria tua itu yang tau. Biasanya jika sudah berkumpul seperti ini artinya ada yang penting."Menurut Kak El, Kakek mau bahas apa?" bisik Belina yang duduk di samping Elkan."Gak tau, lah. Mungkin bahas kamu. Kamu punya masalah di sekolah?""Ih, mana mungkin aku. Kalaupun ada itu Kak Kenan!"Seketika mata mereka membulat dan saling pandang. Jangan-jangan Kakeknya tau masalah Kenan dengan Kalea. Tapi mana mungkin? Siapa yang memberi tahunya? Tak... Tak... Tak...Suara ketukan tongkat kayu pada lantai membuat mereka mengalikan pandangan. Menatap lurus ke arah depan dimana Domini sedang menarik perhatian anak dan cucunya. Sesaat ia mengusap rambutnya yang
Loh, kamu mau kemana?" Vita menghampiri putrinya yang berjalan menuruni tangga. Terlihat rapih seperti hendak akan pergi ke luar. "Aku mau pergi ke butik, Mah. Tadi Mbak Mia telepon kalau ada hal penting yang mau dibicarain soal butik.""Gak bisa besok? Ini udah sore, loh. Gimana kalau Mama temenin kamu? Atau Mama aja yang ke sana, kamu di rumah. Terus kenapa gak Mia aja yang disuruh ke rumah?"Kalea tertawa pelan dan mengikat rambutnya ke atas. "Mah, Mama udah kasih aku kepercayaan untuk mengelola butik itu, aku gak mau bikin Mama kecewa. Atau butiknya Mama lagi yang pegang? Kalau gitu, sih bagus," ucapnya dengan sedikit candaan."Bukan begitu maksud Mama. Kamu itu lagi hamil, jangan sampe kamu kenapa-kenapa."Seketika raut wajah Kalea ditekuk ke bawah. Dia lupa jika dirinya tengah berbadan dua. Tapi bukan berarti dia hanya akan diam di rumah sepanjang waktu. Kalea ingin melakukan aktifitas seperti biasanya. Dia ingin pergi ke luar bahkan hang out bersama temannya.Vita sebenarnya ta
"Silahkan duduk di ruang tunggu, Pak."Elkan mengangguk namun masih tetap berdiri. Saat ini Kalea sedang berada di ruangannya bersama Mia, membicarakan sesuatu. Karena Elkan tidak bisa ikut masuk dia diminta untuk menunggu di ruang tunggu, diantar seorang karyawati.Setelah perempuan tersebut keluar dari ruang tunggu, Elkan barulah duduk di sebuah sofa yang disediakan. Ia meraih ponselnya di saku dan membuka ruang chat, menghubungi sang adik. Mengatakan pada Belina jika untuk beberapa hari ini sebaiknya gadis itu tinggal bersama orang tuanya. Elkan tidak ingin adiknya mendapat masalah."Halo?" Elkan mendekatkan telepon ke telinganya saat telepon masuk dari Jonan.'lo gak balik lagi ke kantor, El?' tanya Jonan dari sebrang sana."Mulai hari ini bos Lo bukan gue lagi. Besok ada orang kantor pusat yang bakal datang ke sana, jangan khawatir."'maksudnya?'Elkan menyandarkan punggung dan mengusap pelan tengkuknya. "Nanti malem Lo sama Deon ke rumah, deh. Gue ceritain semuanya. Sekarang kal