Seorang wanita cantik tengah berjalan di sebuah mall seorang diri. Dia membawa beberapa paper bag di tangannya. Setelah hampir dua jam di mall dirinya sudah mulai merasa puas dengan barang-barang bermerk yang baru saja dibelinya.Airin, wanita itu memang menjadikan belanja sebagai hoby-nya. Ia melangkah keluar dari sebuah toko tas dan berjalan menuju eskalator. Untuk mengatasi rasa stress setelah bekerja sebagai model, dia perlu pelarian dengan belanja sepuasnya.Di depan sana terlihat seorang pria yang berjalan berlawanan arah dengannya. Dia adalah Rendi, mantan yang selalu membayangi hidupnya. Dia tidak mengerti kenapa Rendi masih berharap padanya. Airin bahkan sudah mengatakan jika cintanya sekarang hanya untuk Elkan."Hai." Rendi menghampiri Airin dengan senyum hangat yang biasa ia berikan. Berbeda saat dirinya berada di kampus, pria itu akan menjadi lembut saat dihadapan wanita yang dicintainya. Airin."Kenapa, sih, dimana pun aku pergi kamu selalu ada? Bisa gak, gak usah ngikuti
Di dalam sebuah rumah megah, berkumpul sebuah keluarga yang duduk dihadapan seorang pria tua. Dia adalah Domini Cyrano, orang tertua dari keluarga Cyrano yang memegang penuh sebuah kekuasaan dan keputusan.Tidak ada yang berani menentangnya.Hari ini semua keluarga Cyrano dikumpulkan. Tidak ada yang tau apa masalah hari ini karena hanya pria tua itu yang tau. Biasanya jika sudah berkumpul seperti ini artinya ada yang penting."Menurut Kak El, Kakek mau bahas apa?" bisik Belina yang duduk di samping Elkan."Gak tau, lah. Mungkin bahas kamu. Kamu punya masalah di sekolah?""Ih, mana mungkin aku. Kalaupun ada itu Kak Kenan!"Seketika mata mereka membulat dan saling pandang. Jangan-jangan Kakeknya tau masalah Kenan dengan Kalea. Tapi mana mungkin? Siapa yang memberi tahunya? Tak... Tak... Tak...Suara ketukan tongkat kayu pada lantai membuat mereka mengalikan pandangan. Menatap lurus ke arah depan dimana Domini sedang menarik perhatian anak dan cucunya. Sesaat ia mengusap rambutnya yang
Loh, kamu mau kemana?" Vita menghampiri putrinya yang berjalan menuruni tangga. Terlihat rapih seperti hendak akan pergi ke luar. "Aku mau pergi ke butik, Mah. Tadi Mbak Mia telepon kalau ada hal penting yang mau dibicarain soal butik.""Gak bisa besok? Ini udah sore, loh. Gimana kalau Mama temenin kamu? Atau Mama aja yang ke sana, kamu di rumah. Terus kenapa gak Mia aja yang disuruh ke rumah?"Kalea tertawa pelan dan mengikat rambutnya ke atas. "Mah, Mama udah kasih aku kepercayaan untuk mengelola butik itu, aku gak mau bikin Mama kecewa. Atau butiknya Mama lagi yang pegang? Kalau gitu, sih bagus," ucapnya dengan sedikit candaan."Bukan begitu maksud Mama. Kamu itu lagi hamil, jangan sampe kamu kenapa-kenapa."Seketika raut wajah Kalea ditekuk ke bawah. Dia lupa jika dirinya tengah berbadan dua. Tapi bukan berarti dia hanya akan diam di rumah sepanjang waktu. Kalea ingin melakukan aktifitas seperti biasanya. Dia ingin pergi ke luar bahkan hang out bersama temannya.Vita sebenarnya ta
"Silahkan duduk di ruang tunggu, Pak."Elkan mengangguk namun masih tetap berdiri. Saat ini Kalea sedang berada di ruangannya bersama Mia, membicarakan sesuatu. Karena Elkan tidak bisa ikut masuk dia diminta untuk menunggu di ruang tunggu, diantar seorang karyawati.Setelah perempuan tersebut keluar dari ruang tunggu, Elkan barulah duduk di sebuah sofa yang disediakan. Ia meraih ponselnya di saku dan membuka ruang chat, menghubungi sang adik. Mengatakan pada Belina jika untuk beberapa hari ini sebaiknya gadis itu tinggal bersama orang tuanya. Elkan tidak ingin adiknya mendapat masalah."Halo?" Elkan mendekatkan telepon ke telinganya saat telepon masuk dari Jonan.'lo gak balik lagi ke kantor, El?' tanya Jonan dari sebrang sana."Mulai hari ini bos Lo bukan gue lagi. Besok ada orang kantor pusat yang bakal datang ke sana, jangan khawatir."'maksudnya?'Elkan menyandarkan punggung dan mengusap pelan tengkuknya. "Nanti malem Lo sama Deon ke rumah, deh. Gue ceritain semuanya. Sekarang kal
Elkan menghampiri seorang pria yang memunggunginya. Tangannya menepuk bahu itu pelan hingga sang pemilik membalikan tubuhnya. Raut wajahnya seketika berubah melihat siapa orang tersebut. Rendi, orang yang dia anggap sebagai saingan karena menyukai Kalea."Ngapain kamu di sini? Jangan ganggu Kalea lagi karena dia akan menikah dengan saya," kata Elkan menantang."Menikah? Dia gak cinta sama kamu.""Dia cinta sama saya. Jadi berhenti ganggu dia. Mau apa kamu ke sini, hah?"Rendi tersenyum seakan tak takut. "Mau jalan sama Kalea. Dia gak pan-"Bugh!"Jangan pernah dekati Kalea lagi. Ini peringatan yang kesekian kalinya." Elkan menarik kerah Rendi dan memukulnya kembali.Sekaan tak mau kalah pria itu juga membalas pukulan Elkan. Mereka terlibat perkelahian di depan butik. Seorang pengunjung yang baru datang sontak menyaksikan perkelahian tersebut. Sepasang pria dan wanita itu mengangkat ponselnya guna merekam, setelah mengetahui siapa salah satu orang yang sedang bertengkar di sana. Hampir
Domini menatap beberapa anak buahnya yang berkumpul di depan rumah. Pemimpin dari keluarga Cyrano itu memerintahkan salah satu ajudan terbaiknya untuk mendekat. Pagi ini suasana hatinya sedang tidak baik. "Ada apa Tuan besar?""Kamu sudah dapat kabar Elkan hari ini dari kantor?"Pria berseragam hitam itu menunduk dan menggeleng. "Belum ada kabar soal Tuan muda. Resepsionis di kantor mengatakan kalau kemarin Tuan muda tidak ke kantor lagi, dan sekarang juga tidak.""Anak itu benar-benar ingin memberontak? Lihat saja darimana dia bisa hidup tanpa bekerja di perusahaan itu? Dia akan kembali karena dia membutuhkannya.""Maaf sekali, tapi sepertinya kemungkinan kecil Tuan muda kembali. Ada bocoran dari kantor pusat kalau Tuan muda sebenarnya punya perusahaan kecil sendiri. Dan Tuan besar tau sendiri kalau perusahan yang satu itu mengalami peningkatan setelah dipegang olehnya."Domini seketika terdiam. Mau tidak mau dia memang harus mengakui jika cucunya yang satu itu memiliki bakat dalam
"Bel!" Seorang remaja laki-laki berlari keluar kelas sambil menenteng tas di pundaknya. Ia mensejajarkan langkahnya dengan seorang gadis cantik yang berjalan di pinggir lapangan.Gadis itu adalah Belina. Untuk menjauhi laki-laki yang mengejarnya dia segera bergegas pergi. Belina tak menoleh sama sekali dan hanya menatap lurus ke depan. Beberapa siswa lain juga memperhatikannya. Ngomong-ngomong kabar soal Belina bagian dari keluarga Cyrano sudah terbongkar. Dia tidak bisa lagi pura-pura sebagai gadis sederhana."Aku mau bicara sama kamu, Bel.""Bicara apa? Jangan bicara sama aku lagi."Pemuda itu menarik tangan Belina guna menahan langkahnya. "Harus gimana cara aku jelasin sama kamu? Aku minta maaf dan aku khilaf.""Khilaf kamu bilang? Itu sama aja kamu lupa sama aku. Terus apa maksudnya kaku ciuman sama cewek lain? Kita udah putus jadi berhenti ngejar-ngejar aku!" Belina menghempaskan tangannya kasar. Dia sudah berbicara dengan pelan agar orang-orang tak mendengar pembicaraan mereka.
"Mah, berangkat dulu, ya," teriak Kalea bergegas ke luar rumah."Sarapan dulu! Inget loh kamu kagi badan dua.""Udah! Roti di meja udah aku makan. I love you."Kalea langsung menutup pintu rumah dan menghampiri motor yang membunyikan klakson. Ya, dia memesan ojek online. Saat ini Kalea dikejar waktu karena harus bertemu dengan klien sebentar lagi. Masalahnya bukan pertemuan di butik, tapi di kafe. Kliennya kali ini ingin bertemu secara informal di luar butik.Bertepatan dengan itu Elkan baru saja keluar dari rumahnya hendak ke kantor. Ia melihat Kalea yang terlihat buru-buru menghampiri seorang pengendara motor di depan rumah. Dengan cepat Elkan mengejar Kalea."Beb, kamu mau kemana?""Aduh, El, aku lagi buru-buru. Ngobrolnya nanti aja, ya."Elkan mengerutkan keningnya. "Mau ke butik? Kenapa gak berangkat sama aku aja?""Stt... Aku udah telat sekarang, dan kalau naik mobil itu bisa kena macet. Lagian kamu juga harus kerja. Pak, jalan aja sekarang," kata Kalea naik ke atas motor."Hati