Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 01
#Tetangga BaruBy : Leni MaryatiNamaku Akila Prameswari, hanya seorang Ibu rumah tangga. Masa mudaku setelah lulus kuliah sebenarnya aku juga bekerja, mengajar di salah satu sekolah swasta, namun setelah menikah suami memintaku untuk fokus jadi ibu rumah tangga saja. Dia memintanya saat kita belum resmi menikah dan akupun menyanggupinya.Aku menikahi lelaki pujaanku, sesorang yang menjadi kakak seniorku dibangku perkuliahan, Namanya Farrel. Kami sudah saling mengenal sejak SMA namun bisa dekat saat di kampus dalam 1 organisasi.Kini penikahanku sudah berjalan hampir 4 tahun, Pernikahan kami sudah dikaruniai seorang putri nan cantik jelita, sekarang usianya 3 tahun. Chacha nama putri semata wayang kami.Setiap hari setelah semua pekerjaan rumah selesai, rutinitasku hanya menemani chacha bermain. Suamiku bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore, sebenarnya fleksibel juga kadang cuman setengah hari saja.Suamiku memiliki 2 toko bangunan, jadi dia ke toko hanya untuk mengecek stok barang dan belanja barang-barang yang kosong. Lebih banyak berkutat dengan komputer, dia orangnya perfeksionis soal pembukuan. Sedangkan yang melayani pelanggan lebih ke karyawannya.Aku merasa nyaman tinggal disini, meskipun jauh dari orang tua dan mertua, namun tetangga-tetangga disini baik-baik terhadapku dan suami. Kebanyakan mereka umurnya lebih tua dari kami.Sebelah kanan rumahku ada Bu Ratna, beliau seorang janda dengan 2 anak, laki-laki dan perempuan. Namun anak laki-lakinya sekarang sudah ngontrak dengan istrinya, karena bu Ratna dan menantunya sering selisih paham. Anak perempuannya masih kelas 2 SMA.Sebelah kiri rumah ada bu Yati, Beliau buruh cuci untuk menghidupi kedua anaknya, anak pertama sudah bekerja sedang anak keduanya masih sekolah. Suaminya hanya kerja serabutan. Kadang kerja kadang enggak, malah sering nganggur.Di depan rumah Bu Yati, ada Rumahnya Bu Nur. Beliau Pendatang dari Purwokerto, suaminya yg asli sini. Rela diboyong suaminya tinggal disini dan sekarang sudah memiliki 3 anak. Sedangkan di depan rumah Bu Ratna masih lahan kosong. Entah milik siapa tanah itu.Lalu di depan rumahku sendiri sebenarnya tadinya juga lahan kosong. Namun sebulan ini sudah dibangun sebuah rumah sederhana. Kulihat kemarin sudah proses pemasangan kusen-kusen jendela dan pintu.Saat kutanya ke suami katanya yang membangun rumah didepan itu mbah Harso, Suami mengerti soal orang-orang sekitar sini sebab dia semasa kecil sudah sering ke desa ini, tempat dimana nenek dan kakeknya tinggal.Tanah tempat berdirinya rumah kami merupakan warisan dari kakek suami yang di wariskan ke orang tuanya, namun kedua orang tuanya lebih memilih membeli rumah yang sudah jadi. Sehingga suami yang memiliki tanah ini sekarang.Kadangkala aku memanggil Budhe Yati untuk menyetrika baju kami, hitung-hitung untuk membantu tetangga. Menurut cerita dari Budhe Yati, Mbah Harso tinggalnya di desa sebelah. Tanah yang sedang Mbah Harso bangun rumah merupakan tanah yang ia beli beberapa tahun lalu. Ia membuat rumah itu untuk anak lelakinya.Anaknya sudah bertahun-tahun merantau ke Bandung dan jarang pulang karena memiliki istri asli orang Bandung. Namun anaknya siap mencari kerja di sini kalau sudah punya rumah, Akhirnya mbah Harso membuatkan rumah agar anaknya pulang.*****tok tok tokTerdengar pintu rumahku diketuk oleh seseorang. Kulihat jam dinding baru menunjukkan pukul 1 siang. Sepertinya bukan Mas Farel suamiku, dia kalau pulang pasti mengucap salam langsung masuk rumah.Aku menutup pintu kamar sepelan mungkin, Chacha masih tertidur pulas dengan boneka beruang dipelukannya.kriet...Aku membuka pintu dapur ke arah halaman pelan. Kulihat istrinya Mbah Harso duduk di kursi yang sengaja aku taruh diteras. Karena tamu di sini jika hanya perlu sebentar biasnaya sungkan kalau diajak masuk ke dalam ruang tamu, kebanyakan mereka hanya sekedar duduk di teras. Teman-teman suamikupun juga begitu. Jadi pintu depan ruang tamu juga jarang aku buka.Aku berusaha mengingat-ingat nama istrinya Mbah Harso, kalau tidak salah mas Farrel pernah mengatakan kalau namanya Mbah Karni."Eh... Mbah Karni... masuk mbah," Aku menyapa mbah Karni dan mengajaknya untuk masuk ke ruang tamu. Tapi, beliau menggeleng."Ndak usah nduk, Mbah cuman mau nganter berkat syukuran rumah gubug mbah... Besok anak mbah datang dari Bandung dan rencananya langsung menepati rumah itu." ucapnya."Rumah tembok bagus kayak gitu kok dibilang gubug sih mbah..." Aku menimpali guruannya. Aku duduk di samping mbah Karni."Rumah masih bata merah begitu nduk, dananya terbatas. Lantainya aja masih tanah, soalnya Basuki sudah di PHK dari pabriknya, mumpung istrinya mau diajak tinggal disini ya jadi cepat-cepat tak buatin rumah, "Oh nama anaknya Basuki. Kasihan juga ya Mbah Harso, biar anak bisa tinggal dengannya dia harus membuatkan rumah. Namanya orang tua pasti akan melakukan apapun demi anak."Ga apa-apa mbah, nanti bisa diperbaiki sambil jalan, yang penting sudah bisa ditempati,""Iya, nduk...""Eh...Sebentar mbah..." Aku beranjak dari dudukku langsung menuju dapur membuatkan Mbah Karni teh hangat, hanya kuberi gula sedikit biasanya orang tua tidak terlalu suka manis.Aku meletakkan teh itu keatas nampan dan beberapa cemilan kecil."Ini mbah, diminum dulu..." ucapku seraya meletakkan cemilan dan minuman di atas meja."Loh..loh.. kok repot-repot to nduk... simbah cuman sebentar ini.""Ga apa-apa mbah... Nanti kalau Putra simbah sudah pulang, simbah pasti akan sering kesini dan jadi tetangga kami.""Disini tetangganya baik-baik ya nduk, termasuk kamu. Moga aja nanti istrinya Basuki betah tinggal disini."Aku hanya tersenyum menanggapinya. Setelah berbincang ngalor ngidul. Akhirnya mbah Karni pamit pulang. Beliau mau membereskan rumahnya yang kotor terutama peralatan masak. Ia tadi masak sendiri nasi berkat syukuran untuk dibagikan ke tetangga sekitar sini, tidak membeli jadi seperti ibu-ibu lain yang mampu. Ia masak di rumahnya hanya dibantu kerabat dekatnya.Mbah Harso hanya tinggal berdua dengan Mbah Karni, sebab dia hanya punya dua anak. Anak pertamanya yang perempuan diboyong suaminya tinggal di Jakarta dan hanya pulang saat lebaran saja. Sedangkan putra keduanya yang bernama Basuki tadi, menikah dengan orang Bandung. Ia bekerja di pabrik bahkan bertahun-tahun jarang pulang katanya terkendala ongkos, apalagi anaknya sudah 3.Makanya saat Basuki menelepon sudah di PHK dan mau pulang ke kampung mbah Harso senang sekali, setidaknya dimasa tuanya ada salah satu anaknya yang tinggal dekat dengan mereka walaupun tidak serumah.Kasihan juga ya Mbah Harso, anak dua jauh-jauh semua. Semoga saja mas Basuki nanti bisa jadi sandaran kedua orang tuanya dikala senja.Aku membuka bungkusan nasi berkat itu, wow... harumnya menguar. Ternyata nasinya nasi uduk. Mas Farrel pasti seneng banget ini.Aku memabawa nasi berkat itu masuk ke dalam rumah. Ku lihat Chaca masih terlelap tidur, sebaiknya aku buat cemilan aja untuk Chaca. Kentang goreng tepung kesukaannya.*****Pukul setengah 5 sore, suamiku pulang dari tokonya. Aku langsung membuatkannya Lemon tea hangat."Ini mas..." Ia masih duduk di teras. "Mas mau mandi dulu apa makan dulu?" tawarku. Kalau mas Farrel terlalu lapar, ia pulang biasanya makan terlebih dahlulu. Katanya kalau nunggu mandi dulu selera makannya berkurang tidak senikmat saat pulang kerja masih capek langsung makan."Mandi saja dulu. Sudah gerah ini. Tadi ikut nurunin barang soalnya pelanggannya banyak." terangnya." Alhamdulillah... Aku ambilin handuk dulu ya mas," ujarku seraya beranjak masuk ke dalam rumah.10 menit kemudian mas Farrel sudah keluar dari kamar, Ia mengenakan kaos oblong biru dan bokser senada. Rambutnya masih basah. Ia kalau mandi pasti selalu menyiram rambutnya.Kami duduk di ruang keluarga, Aku sudah menyiapkan makanan dan minuman untuk mas Farrel di atas meja."Makan mas..."Ia hanya mengangguk dan mengambil makanan itu. Saat selesai mengunyah suapan pertama mas Farrrel keningnya berkerut seolah bertanya."Ini nasi uduk ya... Kamu buat nasi uduk?" tanya mas Farrel."Enak mas? itu tadi nasi berkat syukuran rumah pemberian istrinya mbah Harso. Katanya besok anaknya itu pulang dari Bandung dan rencanya langsung menempati rumah itu," terangku."Masih hangat... enak!" puji mas Farrel."Iya, tadi bunda panasin dulu biar lebih enak."Mas Farrel kembali khusyuk menikmati nasi uduk kesukaannya. Aku juga sibuk menyuapi Chacha kentang goreng kesukaannya."Enyak bun... kentangnya," cicit Chaca. Ia ngomongnya masih cedal bahkan ada beberapa kata yang tidak terlalu jelas diucapkannya."Habiskan ya..." Ia mengangguk.*****Pagi hari sekitar pukul 9 aku duduk pinggir jalan depan rumah, berjemur sama Chaca agar mendapat udara segar. Budhe Nur biasanya juga ikut duduk untuk berjemur juga. Katanya dengan berjemur batuknya berkurang, Ia akan terbatuk-batuk kalau bangun tidur kedinginan. Mungkin Budhe Nur ini alergi dingin. Kita berdua biasanya ngobrol santai, tentang apa yg mau dimasak atau hal-hal obrolan sepele lainnya.Didepan rumahku ada jalan desa yang memisahkan rumahku dengan rumah mbah Harso. Aku dan suami belum membuat pagar rumah, karena terkendala kebutuhan yang lain, baru ada tiang-tiang pagarnya. Di depan tiang pagar ada pembatas jalan berupa tembok semen. Biasanya digunakan ibu-ibu untuk duduk dipinggiran jalan sambil mengobrol.Saat aku asyik mengobrol sama Budhe Nur ada mobil pick up berhenti di depan rumah Mbah Harso. Mobil itu membawa 2 kasur busa dan 1 almari serta beberapa perabot rumah tangga lainnya seperti kompor, piring, gelas, dll.Terlihat Mbah Harso keluar dari mobil bersama sopirnya. "Lagi berjemur ibu-ibu..." sapa Mbah Harso ramah."Njih.. mbah..." jawab kami bebarengan."Sudah mau ditinggali mbah rumahnya?" tanya budhe Nur."Iya, tadi subuh anakku baru datang dari Bandung beserta anak dan istrinya, rencananya mulai hari ini mau ditempati. Itu dia udah datang," ujar Mbah Harso sambil menunjuk ke arah barat, dimana terlihat mbah Karni--istrinya Mbah Harso sedang berjalan ketempat kemari berada, dia ga sendirian bersama 5 orang lainnya. Itu pasti mas Basuki dan keluarganya. Terlihat mereka membawa tas besar-besar. Mungkin isinya baju-baju dan peralatan lainnya yang di bawa pulang dari Bandung."Assalamu'alaykum..." Mbah Karni menyapa kami."Walaykumsalam..mbah..""Kenalin Mbak.. Ini Basuki dan istrinya, Niken."Aku dan Budhe Nur menjabat tangan Basuki dan Niken secara bergantian sambil memperkenalkan nama."Akila ini istrinya Farrel, cucunya mbah Kromo. Mungkin kamu masih ingat," tanya mbah Karni pada Basuki."Oh..cucunya mbah Kromo," gumamnya. "Bu, aku bantu bapak angkat kasurnya dulu ya." Ujar mas Basuki seraya beranjak ke halaman rumahnya.Ternyata mas Basuki dan istrinya memiliki 2 putra dan 1 putri. Putra pertama katanya kelas 2 SMP, yang kedua masih kelas 5 SD, dan yang terakhir putrinya baru berumur 5 tahun.Ku lihat mbak Niken lebih banyak diam. Mungkin ini lingkungan baru baginya atau mungkin masih kecapekan jadi dia lebih banyak diam. Ia hanya terbengong memandangi rumah yang akan ditempati itu.Mbah Harso, mas Basuki dan supir mobil sudah menggangkat kedua kasur dan almari itu kedalam rumah.Aku dan budhe Nur juga ikut ke teras rumah mbah Harso, karena mbah Karni yang mengajak kami. Sekalian kami bantu-bantu membawakan tas serta perabot-perabot yang ada di mobil pick up. Chaca masih tenang dalam gendonganku. Dia anaknya ga rewelan diajak kemana-mana."Mah... kok lantainya masih tanah sih," tanya anak kedua mbak Niken.Saat ini kami sedang duduk di teras rumah mereka. Duduk diatas kursi dari beberapa bambu yang digabungkan jadi satu."Iya sih mas, masih berdebu," ucap mbak Niken sambil mencebilkan bibir.Aku dan budhe Nur hanya saling berpandangan mendengar penuturan mbak Niken tadi. Padahal disana masih ada Mbah Harso dan Mbah Karni."Sabar ya Dito, nanti kalau bapak sudah dapat kerjaan kita perbaiki rumahnya," ucap mas Basuki bijak."Iya, Dito.. Do'ain moga bapakmu cepat dapat kerja." tambah mbah Karni."Tapi di Bandung tempat tinggal kita keramik loh, nek..." tukas Dito."Di Bandung lantainya keramik tapi itu bukan rumah kita, setiap bulan kita harus bayar. Kalau tidak bayar kita bakal diusir dari rumah itu.sedangkan kalau disini walaupun masih sederhana, ini rumah kita. Ga perlu bayar dan tidak takut diusir." mas Basuki mencoba memberi pengertian ke anak-anaknya itu."Aku mau istirahat dulu mas, capek!" mbak Niken masuk ke dalam kamar dan mengajak putri kecilnya untuk ikut masuk ke dalam rumah.Muka mbak Niken kenapa terlihat seperti marah ya, apa perasaanku saja.Aku dan budhe Nur Akhirnya pamit pulang karena masih ada beberapa pekerjaan rumah yang belum terselesaikan.Begitupun Mbah Harso dan Mbah Karni mereka juga pulang nebeng naik mobil pick yang tadi.Pyarr...Saat aku hendak menutup pintu dapur terdengar suara seperti gelas atau ntah apa yang terbuat dari kaca pecah."Rumah seperti kandang kambing!!!" terdengar samar-sama suara perempuan berteriak dari arah rumah mas Basuki.Apa yang berteriak itu mbak Niken? Kenapa ya?Aku menggeleng lemah, mungkin anaknya yang memecahkan gelas. Aku langsung menutup pintu dapur. Chacha juga sudah mengantuk, ini waktunya dia untuk tidur siang.TbcTetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 02 A#Ayam gorengku lenyapBy : Leni MaryatiPyarr... Saat aku hendak mau menutup pintu dapur terdengar seperti gelas atau ntah apa yang terbuat dari kaca pecah."Rumah seperti kandang kambing!!!" terdengar samar-sama suara perempuan berteriak dari arah rumah mas Basuki. Apa yang berteriak itu mbak Niken? Kenapa ya?Aku menggeleng lemah, mungkin anaknya yang memecahkan gelas. Aku langsung menutup pintu dapur. Chacha juga sudah mengantuk, ini waktunya dia untuk tidur siang.*****Author PovPyarr Niken melempar gelas bekas yang ia gunakan untuk minum. Ia benar-benar kecewa dengan keadaan rumah yang akan ia dan keluarganya tempati. Rumah masih bata merah kasar belum di semen apalagi di cat, lantai masih berupa tanah. Sedangkan sekarang ia duduk di ruang tamu beralaskan tikar anyam dengan suaminya. Kedua anaknya Dito dan Dita sudah terlelap tidur siang di kamar, mungkin kecapekan perjalanan dari Bandung, karena mereka naik bus umum, sedangkan an
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 02 BBy : Leni Maryati *****Malam harinya setelah Chaca sudah tidur. Alika menceritakan kejadian tadi sore ke suaminya. Suaminya juga merasa kurang wajar tetangga main ambil-ambil saja begitu."Mungkin karena mbak Niken itu terbiasa hidup di Kota jadi begitu ya mas, kalau di desa sini pasti masih ada rasa malu atau sungkan.""Ya, mungkin bun. Di kota tempatnya sana mungkin sudah terbiasa saling tukar lauk-pauk, bun,""Kalau tadi mah bukan tukar menukar lauk pauk, tapi ngerampok. Chaca aja sampai nangis sesenggukan cemilannya dihabiskan Dita--Anaknya mbak Niken. Waktu bunda sibuk di dapur saat mbak Niken ambil-ambil lauk Bunda." Alika mencebilkan bibirnya. Ia menumpahkan kekelannya ke suaminya. "Ga apa-apa bun, mereka kan baru pindahan tadi pagi. Pasti belum beres apa-apanya, masih harus bersihin rumah. Jadi ga sempat masak.""Iya sih yah. Bunda sih ga apa-apa kalau hanya sekali ini saja." "Udah ngantuk bun, tidur yuk dah malam."Alika dan suam
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 03 A#Tetangga ParasitBy : Leni MaryatiAlika kembali ke dapur untuk mencuci piring. Beberapa saat kemudian beberapa piring dan gelas itu sudah tercuci bersih berpindah ke rak. Alika paling tidak suka ada piring atau gelas kotor yang menumpuk lama-lama di washtafel. "Ah...selesai!" gumam Alika. Tok tok tok"Mbak Alika... Mbak Alika... buka pintunya!"Alika terperanjat pintu dapurnya diketok-ketok kencang lebih kearah digedor-gedor. Suaranya sepertinya tidak asing. Siapa?'Mbak Niken'? tanya Alika dalam hati.Untuk apa mbak Niken ke rumah Alika???.Kriet....Alika membuka pintu dapur dapur yang memisahkan dapur dengan teras rumah. Niken sudah terlihat berdiri di depan pintu."Lama amat bukanya! Pasti tidur lagi ya? Mentang-mentang suami kerja ga ada di rumah jam segini tidur lagi." Cerocos Niken."Apaan sih mbak... Nih lihat tanganku masih basah habis cuci piring!" Alika menyodorkan kedua tangannya di depan mukanya Niken, tercium bau sinlight da
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 03 Bby : Leni Maryati#Bayari Jajan Anak Tetangga *****Pukul 2 siang, Alika sedang melipat baju harian di depan televisi. Sedangkan Chaca asyik sendiri dengan mainannya. Bocah berumur 3 tahun itu sedang mewarnai buku gambar dengan crayon. Untuk baju harian biasanya Alika langsung melipatnya, sedangkan untuk baju-baju untuk keluar rumah seperti gamis atau baju kerja suaminya ia akan memanggil budhe Yati untuk menyetrikanya. Hitung-hitung bantu tetangga, apalagi budhe Yati itu suaminya hanya kerja serabutan kadang ada kerjaan kadang juga cuman nganggur di rumah. Ngek Ongek ongek Tung..Tung..Tung..Terdengar penjual es krim jadul keliling, selain menjual es krim, bapaknya juga menjual cilok."Bun.. es klim..." Pinta Chaca. Anak itu paling suka es krim jadul daripada es krim yang dijual di toko-toko atau supermarket. "Beli yuk..." Chacha mengangguk. Alika langsung menggedong Chaca keluar rumah untuk membeli es krim dan cilok."Beli bang... Sepe
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 04 ABy : Leni MaryatiLagi-lagi Alika hanya mengelus dada, anak baru berumur 5 tahun sudah diajari orang tuanya berhutang. Ya ampun Niken bagaimana caranya ia mendidik anak. Padahal anaknya sudah 3. Kemarin Niken juga bilang kalau diberi uang mertuanya sejuta. Lah uang itu buat apa? Anak minta jajan es krim saja ga dibelikan. Alika bertanya-tanya dalam hati.*****Sore hari sepulang dari sawah Basuki langsung mandi untuk membersihkan dirinya yang banyak terkena lumpur sawah. Selesai mandi ia duduk-duduk di teras."Bu..Bu'e.." Panggil Basuki ke istrinya yang ada di dalam. Kalau Basuki memanggil istrinya Bu'e, namun anak-anaknya memanggil Niken mamah. Itu atas permintaan Niken sendiri. Kala Niken meminta Basuki memanggil mamah, Ia menolaknya. Katanya malu kayak orang gedongan aja dipanggil mamah."Bue... Buatin teh manis panas, bu...!" Basuki memanggil istrinya tapi tidak ada sahutan sama sekali.Basuki masuk ke dalam rumahnya langsung menuju kam
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 04 BBy : Leni MaryatiTok tok tokPintu rumah Alika dan Farrel ada yang mengetuk.Sepasang suami istri itu saling pandang. "Siapa ya yah, yang bertamu malam-malam begini?" tanya Alika."Bentar ya bun, Ayah bukain pintu dulu! Nanti kalau tamu keperluannya lama, bunda buatkan minuman ya..""Siap bos..."Farrel menuju pintu dapur, tamu-tamu yang dayang seringnya mengetuk pintu dapur. Soalnya pintu utama ruang tamu mereka terbuat dari besi, karena Farrel berharap kalau ada acara besar di rumah, ruang tamu bisa terbuka lebar. KriettFarrel membuka pintu dapur."Eh mas Basuki, silahkan masuk mas...!" "Disini aja, mas. Cuman ada perlu sebentar," Basuki duduk di kursi teras diikuti oleh Farrel duduk di sampingnya. "Gimana mas kabarnya?" Farrel membuka obrolan, agar tidak terlalu canggung. Mas Basuki kenapa terlihat seperti orang bingung begitu, pikirnya. "Alhamdulillah baik mas. Mas sendiri sudah punya anak berapa? Maaf ya mas sudah pindahan beberap
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 05 A#Numpang nonton TVBy : Leni MaryatiSudah 2 hari ini Basuki kerja di toko utama milik Farrel. Basuki terlihat rajin dan masuk kerja tepat waktu. Di toko Farrel sistem penggajian seminggu sekali. Biasanya sehari diberi upah 70 ribu. Jadi, diakumulasi gaji seminggu 490 ribu kalau tidak izin libur.Tok tok tokBasuki mengetok pintu ruang kerja Farrel. Terlihat si bos masih sibuk berkutat dengan komputer, menulis pembukuan dana masuk dan keluar. Farrel menghentikan aktivitasnya dan menyuruh Basuki untuk masuk ke ruangannya. "Permisi mas, maaf menggangu!" ujar Basuki saat sudah duduk di kursi depan meja kerja Farrel."Iya, mas Basuki. Ada perlu apa mas?" tanya Farrel. Soalnya karyawan yang lain sudah pada pulang, kenapa mas Basuki belum juga pulang."Gini mas, sebenarnya saya malu mau mulai bicara gimana!" Basuki menunduk malu. "Saya sudah ga pegang uang sama sekali, kata istriku sudah ga ada yg bisa dimakan untuk besok. Saya malu jika masih
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 05 B#Numpang nonton tvBy : Leni MaryatiPintu rumah Alika terketuk. Ia meninggalkan Chaca yang masih asyik melihat kartun. Alika membuka pintunya, ternyata Dita--anaknya Niken yang datang."Tante... kata mamah... aku di suruh nonton tipi ke rumah tante, mamah sibuk soalnya." tutur bocah 5 tahun itu.Alika berpikir sejenak, Niken sibuk apa ya, bukannya tadi masih asyik membalas chat ibu-ibu di group satu persatu."Ayuk masuk..." Ketika Dita hendak masuk. Alika mencegatnya. " Eh..tunggu! Sandalnya dilepas ya sayang!" pinta Alika lembut."Iyah tante, soalnya di rumah selalu pakai sandal." Dita melepas sandalnya dan meletakkan di rak sandal. Alika langsung mengajak Dita masuk ke ruang tipi."Mamam bun..." kata Chaca."Chaca sudah lapar ya sayang... Bunda ambilkan makan ya sayang," Alika mengambikan nasi, lauk sayur bening dan bandeng goreng tepung yang sudah di masaknya. Ia duduk di samping Chaca dan menyuapinya."Dita.. mau makan sekalian ga?"