Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 57By : Leni Maryati#Dikejar Berondong*****Kenapa Supri meneleponnya pagi-pagi begini, apakah ingin mengajak ketemuan lagi. Jangan sampai Supri tahu di mana letak rumahnya. Bisa berabe kalau Basuki salah paham.Setelah Basuki berangkat kerja, Niken lalu menghidupkan ponselnya. Banyak pesan masuk dari Supri.[Wow... Enak tuh rendangnya!][Kalau suamimu sudah berangkat kerja, aku mau juga sarapan di rumahmu.][Niken... Angkat! Aku mau telpon!][Makan enak harus bagi-bagi.][Cepat angkat telponnya!][Malah centrang satu 😥]Banyak lagi pesan-pesan dari Supri. Baru juga Niken hendak mengetik pesan balasan, dering telponnya sudah berbunyi. Supri meneleponnya kembali. [Halo!][Susah banget sih dihubungi!] Suara tinggi Supri terdengar di telinga Niken. [Kenapa? Lagian situ pagi-pagi ganggu aja. Orang lagi sarapan di telponin melulu!][Ya Maaf... ] Supri mulai melunakkan suaranya. [Aku kan juga pengen nyobain masakanmu, aku lihat di stori WA, sepert
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 58By : Leni Maryati#Menyerang****[Halo, Supri!][Gimana dek Niken? Ini Aa sudah siap-siap mau berangkat, dek Niken sudah sampai lokasi?][Ehm... Supri maaf ya... Sepertinya hari ini kita ga jadi ketemuan,] cicit Niken. [APA?] teriak Supri. Setelah itu hening tak ada suara lagi. [Halo... Halo...] tak ada tanggapan dari seberang sana. Supri pasti marah pikir Niken. Jadi apa yang harus diperbuat Niken. [Jangan marah ya, ga ada motornya. Motor bututku di bawa suami kerja. Mau pinjam motor tetangga ga boleh, tetanggaku pelit orangnya. Ketemuannya ditunda dulu ya. Lagian aku kan tadi juga belum janji bisa datang,] ucap Niken panjang lebar. Terserahlah Supri marah. Yang terpenting Ia sudah mengabari Supri kalau tak bisa datang. [Ya sudah, aku tutup saja telponnya. Diajak ngomong malah diam saja,] sewot Niken. Ia langsung mematikan ponselnya. Moodnya sedang tak baik-baik saja. Sebal sama Alika sekaligus Supri. Alika yang pelit, lihat saja nant
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 59By : Leni Maryati#Penyesalan*****Terlihat Budhe Ratna memegang dada kirinya. Ia menghirup napas dalam-dalam. "Budhe Ratna ga apa-apa?" Alika terlihat panik. Begitupun dengan Budhe Nur.Apakah jantung Budhe Ratna kumat lagi? Alika sangat takut kalau Budhe Ratna sampai pingsan lagi seperti dulu dan harus opname di rumah sakit. "Budhe... A-aku ambilkan air hangat dulu ya untuk minum." Alika langsung lari ke dalam rumah mengambil air putih agak panas untuk Budhe Ratna. "Coba diminum pelan-pelan." Alika membantu meminumkan segelas air putih itu. Budhe Ratna masih berusaha rileks dengan menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan."Apa yang dirasa, Budhe?""U-udah mendingan, tadi jantungku berdebar sangat kencang. Makasih mbak Alika. Kalau gitu Budhe pulang dulu ya. Udah sore ini, mau masak juga.""Ayo, aku antar sampai rumah," ajak Budhe Nur. "Ga usah, cuman dekat ini," tolaknya dengan halus. Namun Budhe Nur langsung memegang le
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 60By : Leni Maryati#Niken sudah jatuh tertimpa tangga****"Ya nanti mamang ga balik modal atuh neng.""Lagian ini manisnya juga karena gula. Coba kalau ga dikasih gula pasti airnya juga masih pesing, ga manis alami. Kalau jualan itu barangnya yang bagus sekalian, biar pelanggan ga pada lari. Boleh ya, ini yang ku minum bonus aja." Mamang penjual es degan hanya diam saja. Apakah mamang penjual es degan bakal memberikan bonus untuk Niken? Berhasilkan Niken merayu mamangnya. Lumayan dapat bonus satu es degan."Ga bisa neng... Mamang tetap hitung 5 bungkus ya. Jadi total 50 ribu.""Ih... Mamang pelit!" Niken sebal ga bisa mendapatkan gratisan. Kalo dapat gratis 1 setidaknya cuman bayar 40 ribu. Bagi mamang penjual es degan, mending dikatakan pelit daripada Ia ga dapat untung. "Ini neng 4 es degan yang dibungkus," ujar mamangnya seraya meletakkan sekantong plastik hitam diatas meja hadapan Niken. "Nih uangnya." Niken menyerahkan uang 50 ribuan
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 61By : Leni Maryati#Malu*****Niken melotot tak percaya. Ternyata ada yang merekam saat Ia jatuh tadi. "Mana... Mana Rama lihat donk," ujar Budhe Nur antusias.Keempat ibu-ibu disana langsung mendekat ke Rama, penasaran dengan video Niken jatuh ke lumpur. Terlihat Niken penuh lumpur ditarik naik ke atas oleh bapak-bapak. "Hahaha... Ya ampun... Kok bisa nyemplung ke sawah to mbak Niken," Ibu-ibu tertawa terbahak. Haduh... Malu sekali. Rasanya Niken mau terjun saja ke dalam sumur."Jadi Mbak Niken jatuh ke dalam lumpur sawah bahkan sama motornya juga kecebur.... Mbak Niken basah kuyup bukan karena ulang tahun melainkan mandi lumpur, ya ampun," ujar budhe sarni. "Ini yang namanya karma, perempuan yang menyakiti perempuan lain." celetuk Budhe Ratna. "Ngomong apaan sih! Ga jelas banget," sungut Niken, melirik sinis ke Budhe Ratna. "Makanya mbak Niken hati-hati kalau naik motor, besok-besok lagi omongannya dengan yang lebih tua juga lebih dija
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 62By : Leni Maryati#Shinta vs Niken****Shinta berdiri dari duduknya. Kedua tangannya terkepal. Emosinya benar-benar dipuncak, "Mbak Niken tolong dijaga ya bicaranya," tegas Shinta. Niken hanya tersenyum meremehkan. "Apa? Ga terima dicap sebagai pe-la-kor?"Shinta semakin mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih. "Kurasa mbak Niken ga ngerti arti menikah siri, menikah yang diakui oleh agama." "Menikah sah tapi tetap menyakiti hati wanita lain ya sama saja dosa," "Oh... Mbak Niken tahu juga tentang dosa, paham juga kalau menyakiti orang lain itu dosa, terus apa yang mbak Niken lakukan kemarin pada ibuku itu bukan dosa? Mbak Niken secara sengaja menyerang ibuku dengan kasusku yang viral, hampir saja penyakit jantung ibuku kumat. Mbak Niken juga bicara soal karma, coba instrospeksi diri kejadian kecebur dilumpur kemarin mungkin juga karma instan dari do'a ibuku!"Shinta menghela napasnya sejenak untuk meminimalisir emosinya yang
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 63By : Leni Maryati#Ridho****"Wah... Shinta ternyata semakin manis dan cantik ya sekarang," puji ibu-ibu yang memakai kerudung hijau saat Shinta mencium tangannya. Wanita yang umurnya sebaya dengan umur Budhe Ratna. Shinta yang di puji-puji hanya tersenyum tipis. "Budhe Komala bisa aja, cantik karena ibunya juga cantik," kekeh Budhe Ratna. "Iya, kamu memang tercantik sekompleks, tapi lihatnya dari sedotan ya... hehehe," canda Budhe Komala. Keduanya tertawa bersama. Budhe Ratna dan Budhe Komala memang bestie sejak remaja. Jadi saat mereka saling bercanda tak ada yang dimasukkan hati. "Oh ya sampai lupa, Shinta kenalan dulu! Ini Ridho anak pertama Budhe. Umurnya mungkin jaraknya jauh ya sama kamu, dia tahun ini umurnya sudah 35 tahun. Maklumlah... Ridho ini anaknya pemalu, takut sama perempuan," Budhe Ratna berbisik diakhir kalimatnya, namun masih bisa terdengar oleh Ridho. Ridho hanya tersenyum kaku seraya salah tingkah dengan perkataan
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 64By : Leni Maryati#Bertemu*****"Hai, Dek Niken... Sini!" Supri melambaikan tangannya. Ia sudah duduk disalah satu kursi, di meja yang paling ujung timur. Niken berjalan mendekat, "Sudah lama?" Supri melihat jam dipergelangan tangannya, "Ehm... Paling sekitar 15 menit yang lalu.""Udah pesan minuman dan makanan?" Niken mencari-cari pelayan disekitar mereka. "Ngobrol dululah dek Niken, jangan langsung makan. Aku kangen berat sama kamu." Supri memegang telapak tangan Niken, namun buru-buru langsung dihempaskan Niken. Wajah Supri menjadi pias. Menyadari Supri raut wajahnya berubah Niken tak menggubrisnya dan pura-pura cuek."Niken... Kamu hanya anggap aku mainan begitu?"Niken memelototkan matanya dengar ucapan Supri, "Maksudnya?""Ya kamu hanya mempermainkanku, lebih tepatnya hanya memanfaatkan. Aku hanya kau anggap orang bodoh karena bucin, yang mau saja mengirimu pulsa, mentraktir makan, dan memberimu uang. Kau sangat jahat ternyata,""K-K
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 84#Murka sekaliBy : Leni Maryati*****10 Menit kemudian terdengar suara chacha yang menangis dengan kencang. Tak lama kemudian juga terdengar suara pecahan kaca.Alika dengan cepat-cepat keluar dari toilet. Tubuhnya mematung melihat apa yang ada dihadapannya. Chacha telihat menangis tersedu-sedu, dengan kening atas kanan terlihat benjol. Kaca jendela juga pecah berkeping-keping. Selain itu yang membuat mata Alika membulat sempurna terlihat layar LCD TV yang retak seperti habis terkena pukulan benda tumpul. Gambar di layar TV hanya tinggal setengah saja yang terlihat. Alika dengan cepat mengangkat Chacha yang masih menangis tersedu-sedu. Ia menenangkan Chacha untuk berhenti menangis. Dita dan Dito masih kejar-kejaran dan tembak-tembakan. Dita sedang memegang Ulekan batu, ulekan yang biasanya didapur ia gunakan untuk menghaluskan bumbu dapur. Kenapa ulekan itu bisa sampai di ruang TV. Alika geleng-geleng kepala, rumahnya seperti kapal pecah.
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 83#Menunggu lewatBy : Leni Maryati*****Sore hari jam 5 sore seperti hari-hari sebelumnya nongkrong di perempatan jalan bersama Dian dan beberapa ibu-ibu lainnya. Keempat ibu-ibu itu asyik mengobrol. Bergosip dari gosip yang masih hangat dan juga nyinyir hal-hal yang sudah lewat. Seperti saat ada suami budhe Nur yang lewat naik sepeda di depannya, langsung keempatnya ghibah keluarga budhe nur. "Budhe nur... Kasihan ya, ditinggal mancing suaminya terus, bahkan pulangnya sampai larut malam," Niken melirik suami budhe yang sedang mengayuh sepeda kebonya, berjalan semakin jauh. "Iya... Anaknya juga habis sakit, padahal ibunya juga belum lama opname." timpal seseibu yang ada disitu. "Dia ga kerja, suaminya ya cuman mancing dan ke sawah. Kerja kalau ada yang ngajakin, kalau ga ada yang ngajak ya nganggur." jawab Niken lagi. "Nganggur gimana, ke sawah kok... Kalau panen gabahnya dijual ngasilin duit. Lagian juga punya beberapa kambing, ngurus kam
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 82#TamuBy : Leni Maryati****Tiba-tiba pintu rumah Farrel diketuk dari luar. Sepertinya ada tamu. Keduanya saling lirik seolah bertanya siapa tamunya. Siapakah tamu mereka, apakah ada masalah ataukah hanya ada keperluan silaturahmi saja.TokTokTok"Assalamualaikum.... "kriet "Wa'alaykumussalam warrahmatullahi wabarakatuh," Farrel membuka pintu, melihat siapa tamu malam-malam begini. Ternyata seorang ibu-ibu. "Ehm... Budhe Sarni. Ada perlu apa ya? Atau ada perlu dengan Alika, sebentar saya panggilkan." "I-iya,"Farrel kembali masuk ke dalam memanggil istrinya. Ketiganya sekarang duduk di kursi teras rumah. Farrel dan Alika Duduk dikursi panjang, sedangkan Budhe Sarni duduk disamping, kursi single. "Mba Alika dan Mas Farrel, maaf sebelumnya kalau kedatangan budhe mengganggu waktu istirahat kalian." Budhe Sarni mulai membuka mulutnya. Mencoba menjelaskan tujuan kedatangannya. "Iya budhe ga apa-apa," jawab Alika tersenyum. "Ada perlu apa
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 81#Gratis ajaBy : Leni Maryati ****"Gratis aja mb Alika, ini juga daripada mubazir."Alika menggelengkan kepala. "Ayo... Ke halaman rumahku." Akhirnya budhe marni nurut aja. Budhe Nur juga sudah pamit pulang ke rumahnya. Budhe Marni menurunkan box kue ke teras rumah Alika. Terlihat ChaCha langsung asyik memasukkan beberapa kue kedalam kantong plastik. "Ini budhe... Teh manis anget." ujar Alika sambil meletakkan segelas teh dan beberapa kudapan. "Ayo minum dulu, ChaCha milihnya pasti lama,""Mba Alika kok malah repot-repot,""Ga repot kok, budhe." Keduanya langsung asyik mengobrol sana-sani. Sambil menunggui ChaCha yang masih memilih kue-kue, kadang kala balita itu terlihat terdiam dan berpikir dalam memilih kue. "Budhe... Kok kuenya dibagikan gratis begitu? Itu sesekali apa tiap hari, kok mba Niken dan Dian seakan tahu budhe mau bagi-bagi kue gratis?"Budhe Marni terlihat menghela napas sejenak. Raut mukanya terlihat sedih, "Awalnya mema
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 80By : Leni Maryati#IparShinta dan Ridho sedang istirahat di dalam kamar. Setelah makan siang yang terlambat, mereka berdua hanya makan dengan telur ceplok, oreg tempe dan kuah pedas manis yang jelas tanpa udang. Keduanya ngobrol ringan seputar kegiatan Ridho saat ditempat kerja. Shinta juga sedang mencari-cari kerja yang cocok dan tidak sampai malam. Ridho bakalan keberatan jika dirinya bekerja menjadi SPG seperti dulu yang pulang larut malam. Disebelah kamar mereka berdua terdengar samar-samar ibu Komala sedang memarahi Shinta. Beberapa menit yang lalu Ibu Komala baru pulang dari arisan. Ia langsung menuju kamar Dela, penasaran ingin menanyakan perihal makanan untuk Shinta dan Ridho. Anak laki-lakinya itu tadi sempat mengirimkan pesan bergambar menanyakan perihal makanan kesukaan istrinya ditaruh dimana. Karena hanya tersisa kuah saja yang ada di atas meja. Ibu Komala yang berniat menanyakan itu pada Dela terpaku di depan pintu saat meliha
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 79By : Leni Maryati#KontenNiken cemberut jadi bahan tertawaan ibu-ibu. Seolah tak terjadi apa-apa Ia langsung berdiri dan kembali bergoyang. Sepertinya video saat Ia jatuh tadi bakalan Ia upload saja di aplikasi tok-tok. Lumayan kalau banyak yang terhibur. Beberapa hari kemudian, Di sore hari sesuai kesepakatan Niken akan membuat konten masak cemilan bersama Alika. Dengan setengah hati Alika memperbolehkan Niken membantunya membuat cemilan. Hari ini Alika akan membuatkan suami dan anaknya cemilan risol mayo. "Mba... Ini hapenya aku taruh disini ya.... Biar aktivitas kita memasak terlihat jelas. Sebenarnya lebih bagus lagi kalau ada kamera dari sudut yang berbeda. Mba Alika... Pinjam handphonenya ya, buat videoin juga."Alika menghentikan aktifitasnya yang sedang mengaduk adonan untuk membuat kulit risol, "Sesuai perjanjian, mba Niken hanya membantu memasak dan tidak menyusahkan. Oke?" kata Alika penuh tekanan dan tak mau diganggu gugat. Ni
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 78By : Leni Maryati#Cuan Setelah mendapatkan modal berjualan, Niken mulai fokus berjualan lagi. Mulai dari delivery jus buah dan Snack bakar-bakaran. Ia harus berusaha keras agar modal usahanya tetap berputar, selain untuk membantu kebutuhan rumah tangga juga untuk membayar setoran bank mekar setiap minggunya. Niken juga memiliki hobby baru atas ide dan masukan dari bestienya--Dian dalam menambah cuan. Sudah sebulan ini Niken menggeluti hobby barunya membuat konten-konten video di aplikasi toktok. Niken membuat konten-konten dengan tema muka ndeso rezeki kota. Ia sering membuat konten goyang-goyang didepan rumah Alika, dan mengakui sebagai rumahnya. Kadang kala kalau hari Minggu Niken juga membuat konten mencuci mobil Farrel. Keluarga Alika dan Farrel hingga sebulan ini tak merasa keberatan saat Niken membuat konten-konten itu. Selama Niken melakukannya diluar rumah dan tidak mengganggu ketenangan mereka. Untuk hutang ke Budhe Sarni, Niken
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 77By : Leni Maryati#Merayu Budhe Sarni ****Niken tersenyum tipis, sambil berpikir kata-kata yang cocok untuk memulai pembicaraan. "Ehm... Budhe... Kemarin-kemarin aku kena musibah, difitnah hingga masuk penjara karena polisi salah tangkap. Karena hal itu aku tak berjualan sampai hampir 2 Minggu.""Terus?" tanya Budhe Sarni lagi karena Niken malah terdiam. Ia mulai mengeluarkan jurus memelas dan menceritakan keadaannya yang menderita. Niken menghapus air matanya. "Begini Budhe, aku berniat meminjam uang budhe. Untuk bayar SPP Anton. Harus segera dilunasi Budhe. Kalau tidak, Anton tidak boleh ikut ujian kenaikan kelas," "Memang mau pinjam berapa?" "Satu juta saja!" Budhe Sarni menyipitkan matanya. Ia sedang menimbang-nimbang plus minus jika berurusan dengan Niken. Jika tak dipinjami, kasihan juga. Ia pernah mengalami dan merasakan bagaimana bingungnya sebagai orang tua jika anaknya belum bayar SPP."Sebenarnya uang Arisan itu mau aku gunak
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 76By : Leni Maryati#Tuduhan Dela*****Akhirnya Shinta dan Ridho melakukan brunch pukul 11.00. Sarapan sekaligus makan siang. Lagi-lagi Shinta harus mandi keramas lagi. Setelah makan siang Ibu Komala mengajak Ridho untuk mengantar makanan-makanan kering sisa hajatan kemarin ke beberapa saudara mereka yang dekat.Sudah satu jam Shinta rebahan mainan ponsel di kamar, Ia merasa bosan. Shinta berinisiatif menonton televisi saja di ruang keluarga. Kondisi rumah sepi, saat Ia membuka pintu kamar saja begitu terdengar. "Kemana ya Dela? Hmm mungkin menidurkan anaknya." cicit Shinta yang dijawabnya sendiri. Siang-siang begini memang waktunya bayi 9 bulan untuk tidur siang. Shinta duduk di sofa dan menyalakan televisi, memilih acara gosip artis. Didepan meja tersedia beberapa cemilan. Ah... Rasanya Ia selalu lapar karena tenaganya terkuras habis. Suaminya Ridho memang benar-benar tak terduga, menerkamnya terus-terusan. Coba saja tadi Bu Komala tak memint