Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 63By : Leni Maryati#Ridho****"Wah... Shinta ternyata semakin manis dan cantik ya sekarang," puji ibu-ibu yang memakai kerudung hijau saat Shinta mencium tangannya. Wanita yang umurnya sebaya dengan umur Budhe Ratna. Shinta yang di puji-puji hanya tersenyum tipis. "Budhe Komala bisa aja, cantik karena ibunya juga cantik," kekeh Budhe Ratna. "Iya, kamu memang tercantik sekompleks, tapi lihatnya dari sedotan ya... hehehe," canda Budhe Komala. Keduanya tertawa bersama. Budhe Ratna dan Budhe Komala memang bestie sejak remaja. Jadi saat mereka saling bercanda tak ada yang dimasukkan hati. "Oh ya sampai lupa, Shinta kenalan dulu! Ini Ridho anak pertama Budhe. Umurnya mungkin jaraknya jauh ya sama kamu, dia tahun ini umurnya sudah 35 tahun. Maklumlah... Ridho ini anaknya pemalu, takut sama perempuan," Budhe Ratna berbisik diakhir kalimatnya, namun masih bisa terdengar oleh Ridho. Ridho hanya tersenyum kaku seraya salah tingkah dengan perkataan
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 64By : Leni Maryati#Bertemu*****"Hai, Dek Niken... Sini!" Supri melambaikan tangannya. Ia sudah duduk disalah satu kursi, di meja yang paling ujung timur. Niken berjalan mendekat, "Sudah lama?" Supri melihat jam dipergelangan tangannya, "Ehm... Paling sekitar 15 menit yang lalu.""Udah pesan minuman dan makanan?" Niken mencari-cari pelayan disekitar mereka. "Ngobrol dululah dek Niken, jangan langsung makan. Aku kangen berat sama kamu." Supri memegang telapak tangan Niken, namun buru-buru langsung dihempaskan Niken. Wajah Supri menjadi pias. Menyadari Supri raut wajahnya berubah Niken tak menggubrisnya dan pura-pura cuek."Niken... Kamu hanya anggap aku mainan begitu?"Niken memelototkan matanya dengar ucapan Supri, "Maksudnya?""Ya kamu hanya mempermainkanku, lebih tepatnya hanya memanfaatkan. Aku hanya kau anggap orang bodoh karena bucin, yang mau saja mengirimu pulsa, mentraktir makan, dan memberimu uang. Kau sangat jahat ternyata,""K-K
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 65By : Leni Maryati#Mantan*****Siang hari Alika berkutat di dapur Ia sedang membuat minuman. Panas-panas begini memang cocok buat minuman yang segar-segar. Pekerjaannya hampir selesai, tinggal memasukkan biji selasih dan irisan lemon."Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.""Wa'alaykumussalam warrahmatullahi wabarakatuh, ayah!""Bunda... Sedang buat apa?" tanya Farrel yang baru pulang dari masjid. "Oh ini, buat es kuwut. Ayah mau?" Farrel menarik kursi disamping Alika dan mendudukinya, "Tentu saja mau," Alika tersenyum, "Tapi ayah ganti baju dulu gih dan temani Chacha mainan di ruang keluarga. Minuman kuwutnya dikasih es dulu biar dingin, selain itu bunda mau buat cemilan sebentar biar minumannya ada temannya.""Oke deh, bun." Farrel menarik hidung bangir Alika pelan. Alika hanya terkekeh. "Nanti kalau sudah siap, minuman dan cemilannya bunda bawa ke ruang keluarga."Farrel mengacungkan jempolnya. Setelah berkutat selama 15 menit,
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 66By : Leni Maryati#Peringatan******PlokPlokPlokTerdengar suara tepuk tangan disamping mereka.Niken penasaran siapa yang bertepuk tangan, matanya melotot tak menyangka melihat siapa yang sedang berdiri dihadapannya. "Wow... Pemandangan yang sangat romantis sekali, aku sampai termehek-mehek," ujar seseorang yang menghampiri meja Niken. Niken langsung menarik tangannya yang dipegang oleh Supri. Ia jadi salah tingkah, seolah tertangkap basah telah melakukan dosa. "Kalian berduaan bagai sepasang kekasih, seperti romeo dan juliet yang sedang dimabuk cinta, Oh... So sweet." Orang itu terkekeh seolah mengejek. Niken memicingkan matanya sinis. Niken tak menyangka akan bertemu orang itu disini. "Jangan sembarangan bicara kamu, siapa yang sepasang--""Kenalkan! Aku Supri kekasih Niken! Aku harap kau tidak mencari masalah dengan kekasihku," ucapan Niken tertelan oleh sahutan Supri yang mengaku kekasihnya. Mati sudah Niken, telah ketahuan ada m
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 67By : Leni Maryati#Ditangkap polisi******"Ah.. itu dia.""Siapa?""Rekan bisnisku menyusulku kesini, itu yang memakai sweater biru. Orang yang berdiri tak jauh dari motormu,""Oh..""Ayo kesana,"Supri dan orang bersweater biru itu saling bertransaksi. Supri memberikan sesuatu barang pada orang itu dan ditukar dengan lembaran uang berwarna merah. Saat Supri hendak menghitung uang yang diterimanya terdengar teriakan menggema."JANGAN BERGERAK, ANGKAT TANGAN!"Supri dan Niken langsung gelagapan, terkejut sekaligus panik ada 3 polisi yang menghadang mereka. Salah satunya langsung memborgol tangan Supri. Anehnya laki-laki yang bersweater biru terlihat santai saja. Polisi tak ada yang memborgolnya. .Kesimpulannya laki-laki bersweater biru yang hendak membeli barang haram supri ternyata seorang polisi yang menyamar menjadi pembeli."Kalian berdua kami tangkap karena telah mengedarkan barang haram!"Niken melotot kaget dituduh sebagai pengedar ba
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 68By : Leni Maryati#Lunch*****Diruangan yang remang-remang, tembok dengan warna hijau tosca, nampak Niken terduduk di pojokan ruang tersebut. Ia menekuk kedua lututnya, merangkulnya dengan kedua tangannya. Menumpukan dagunya pada salah satu lututnya. Pikirannya berkecamuk, khawatir, cemas, takut dan pikiran-pikiran negatif lainnya. Ia begitu ketakutan jika hukumannya sangat berat. Walaupun ia tak terlibat dalam penjualan narkoba, namun bukti mengarah padanya. Apalagi Supri malah berdusta jika Ia terlibat dan bagian dari komplotannya. Beberapa tahun lalu, Niken melihat berita di televisi ada ibu-ibu yang tertangkap tangan mengedarkan narkoba dan tertangkap di bandara dengan barang bukti didalam tasnya. Setelah melalui persidangan yang cukup lama akhirnya perempuan itu divonis hukuman mati. Jadwal penembakan juga disiarkan di televisi nasional. Niken benar-benar takut, bagaimana jika hukumannya sangat berat? Hukuman seumur hidup atau bahkan
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 69By : Leni Maryati#Merasa klik*****Shinta tak menyangka Ridho akan mengatakan konten berunsur dewasa. Terlihat Ridho menaik-turunkan kedua alisnya dan terkekeh pelan. Shinta jadi salah tingkah, wajahnya mungkin sekarang sudah memerah seperti tomat. Malu. Jadi penilaiannya tak sepenuhnya benar pada pertemuan pertama mereka, ternyata Ridho tidak sepolos yang Ia pikirkan. Diam-diam menghanyutkan. Shinta harus banyak mencari tahu tentang Ridho, mungkin kedepannya akan banyak kejutan yang tak terduga. "Kenapa kau memandangku seperti itu?" tanya Ridho tak nyaman. "O-Oh... Nggak..""Hey, jangan bilang kau berpikiran macam-macam tentangku. Shinta, soal aku tahu konten dewasa, kamu tahulah sekarang teori apa-apa mudah sekali ditemukan di internet. Aku laki-laki dewasa yang perlu juga melepaskan hormon kelelakianku. Namun, jangan pernah berpikiran kalau aku melakukan free sex. No! Aku belum pernah mempraktekkannya sama sekali. Nanti kalau sudah p
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 70By : Leni Maryati#Gosip cepat menyebar*****Shinta menyelonjorkan kakinya di atas ranjang. Ia menggulir layar ponselnya, bermain media sosial berlogo F warna biru. Sepulang dari pertemuannya dengan Ridho Ia lalu mandi dan mengistirahatkan dirinya di kamar. Saat sampai rumah, ibunya masih ditempat pengajian salah satu ibu-ibu komplek. Jadi rumah sepi hanya dirinya sendiri.Shinta scroll-scroll akun sosmed milik Ridho, mulai dari akun sosmed Shinta mencoba mencari tahu bagaimana Ridho diluaran sana. Setiap status Ridho yang ada komentarnya ia baca satu persatu. Sampai status di wall pribadi yang ditulis beberapa tahun silam. Shinta juga membuka foto-foto yang diupload Ridho maupun yang ditandai oleh temannya. Tak ada yang aneh-aneh. Kebanyakan teman Ridho laki-laki. Ada foto bersama perempuan itupun foto secara bareng-bareng. Belum pernah Ridho foto berdua dengan perempuan. Komentar-komentar dari temannya tak ada yang negatif, tak juga me
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 84#Murka sekaliBy : Leni Maryati*****10 Menit kemudian terdengar suara chacha yang menangis dengan kencang. Tak lama kemudian juga terdengar suara pecahan kaca.Alika dengan cepat-cepat keluar dari toilet. Tubuhnya mematung melihat apa yang ada dihadapannya. Chacha telihat menangis tersedu-sedu, dengan kening atas kanan terlihat benjol. Kaca jendela juga pecah berkeping-keping. Selain itu yang membuat mata Alika membulat sempurna terlihat layar LCD TV yang retak seperti habis terkena pukulan benda tumpul. Gambar di layar TV hanya tinggal setengah saja yang terlihat. Alika dengan cepat mengangkat Chacha yang masih menangis tersedu-sedu. Ia menenangkan Chacha untuk berhenti menangis. Dita dan Dito masih kejar-kejaran dan tembak-tembakan. Dita sedang memegang Ulekan batu, ulekan yang biasanya didapur ia gunakan untuk menghaluskan bumbu dapur. Kenapa ulekan itu bisa sampai di ruang TV. Alika geleng-geleng kepala, rumahnya seperti kapal pecah.
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 83#Menunggu lewatBy : Leni Maryati*****Sore hari jam 5 sore seperti hari-hari sebelumnya nongkrong di perempatan jalan bersama Dian dan beberapa ibu-ibu lainnya. Keempat ibu-ibu itu asyik mengobrol. Bergosip dari gosip yang masih hangat dan juga nyinyir hal-hal yang sudah lewat. Seperti saat ada suami budhe Nur yang lewat naik sepeda di depannya, langsung keempatnya ghibah keluarga budhe nur. "Budhe nur... Kasihan ya, ditinggal mancing suaminya terus, bahkan pulangnya sampai larut malam," Niken melirik suami budhe yang sedang mengayuh sepeda kebonya, berjalan semakin jauh. "Iya... Anaknya juga habis sakit, padahal ibunya juga belum lama opname." timpal seseibu yang ada disitu. "Dia ga kerja, suaminya ya cuman mancing dan ke sawah. Kerja kalau ada yang ngajakin, kalau ga ada yang ngajak ya nganggur." jawab Niken lagi. "Nganggur gimana, ke sawah kok... Kalau panen gabahnya dijual ngasilin duit. Lagian juga punya beberapa kambing, ngurus kam
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 82#TamuBy : Leni Maryati****Tiba-tiba pintu rumah Farrel diketuk dari luar. Sepertinya ada tamu. Keduanya saling lirik seolah bertanya siapa tamunya. Siapakah tamu mereka, apakah ada masalah ataukah hanya ada keperluan silaturahmi saja.TokTokTok"Assalamualaikum.... "kriet "Wa'alaykumussalam warrahmatullahi wabarakatuh," Farrel membuka pintu, melihat siapa tamu malam-malam begini. Ternyata seorang ibu-ibu. "Ehm... Budhe Sarni. Ada perlu apa ya? Atau ada perlu dengan Alika, sebentar saya panggilkan." "I-iya,"Farrel kembali masuk ke dalam memanggil istrinya. Ketiganya sekarang duduk di kursi teras rumah. Farrel dan Alika Duduk dikursi panjang, sedangkan Budhe Sarni duduk disamping, kursi single. "Mba Alika dan Mas Farrel, maaf sebelumnya kalau kedatangan budhe mengganggu waktu istirahat kalian." Budhe Sarni mulai membuka mulutnya. Mencoba menjelaskan tujuan kedatangannya. "Iya budhe ga apa-apa," jawab Alika tersenyum. "Ada perlu apa
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 81#Gratis ajaBy : Leni Maryati ****"Gratis aja mb Alika, ini juga daripada mubazir."Alika menggelengkan kepala. "Ayo... Ke halaman rumahku." Akhirnya budhe marni nurut aja. Budhe Nur juga sudah pamit pulang ke rumahnya. Budhe Marni menurunkan box kue ke teras rumah Alika. Terlihat ChaCha langsung asyik memasukkan beberapa kue kedalam kantong plastik. "Ini budhe... Teh manis anget." ujar Alika sambil meletakkan segelas teh dan beberapa kudapan. "Ayo minum dulu, ChaCha milihnya pasti lama,""Mba Alika kok malah repot-repot,""Ga repot kok, budhe." Keduanya langsung asyik mengobrol sana-sani. Sambil menunggui ChaCha yang masih memilih kue-kue, kadang kala balita itu terlihat terdiam dan berpikir dalam memilih kue. "Budhe... Kok kuenya dibagikan gratis begitu? Itu sesekali apa tiap hari, kok mba Niken dan Dian seakan tahu budhe mau bagi-bagi kue gratis?"Budhe Marni terlihat menghela napas sejenak. Raut mukanya terlihat sedih, "Awalnya mema
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 80By : Leni Maryati#IparShinta dan Ridho sedang istirahat di dalam kamar. Setelah makan siang yang terlambat, mereka berdua hanya makan dengan telur ceplok, oreg tempe dan kuah pedas manis yang jelas tanpa udang. Keduanya ngobrol ringan seputar kegiatan Ridho saat ditempat kerja. Shinta juga sedang mencari-cari kerja yang cocok dan tidak sampai malam. Ridho bakalan keberatan jika dirinya bekerja menjadi SPG seperti dulu yang pulang larut malam. Disebelah kamar mereka berdua terdengar samar-samar ibu Komala sedang memarahi Shinta. Beberapa menit yang lalu Ibu Komala baru pulang dari arisan. Ia langsung menuju kamar Dela, penasaran ingin menanyakan perihal makanan untuk Shinta dan Ridho. Anak laki-lakinya itu tadi sempat mengirimkan pesan bergambar menanyakan perihal makanan kesukaan istrinya ditaruh dimana. Karena hanya tersisa kuah saja yang ada di atas meja. Ibu Komala yang berniat menanyakan itu pada Dela terpaku di depan pintu saat meliha
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 79By : Leni Maryati#KontenNiken cemberut jadi bahan tertawaan ibu-ibu. Seolah tak terjadi apa-apa Ia langsung berdiri dan kembali bergoyang. Sepertinya video saat Ia jatuh tadi bakalan Ia upload saja di aplikasi tok-tok. Lumayan kalau banyak yang terhibur. Beberapa hari kemudian, Di sore hari sesuai kesepakatan Niken akan membuat konten masak cemilan bersama Alika. Dengan setengah hati Alika memperbolehkan Niken membantunya membuat cemilan. Hari ini Alika akan membuatkan suami dan anaknya cemilan risol mayo. "Mba... Ini hapenya aku taruh disini ya.... Biar aktivitas kita memasak terlihat jelas. Sebenarnya lebih bagus lagi kalau ada kamera dari sudut yang berbeda. Mba Alika... Pinjam handphonenya ya, buat videoin juga."Alika menghentikan aktifitasnya yang sedang mengaduk adonan untuk membuat kulit risol, "Sesuai perjanjian, mba Niken hanya membantu memasak dan tidak menyusahkan. Oke?" kata Alika penuh tekanan dan tak mau diganggu gugat. Ni
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 78By : Leni Maryati#Cuan Setelah mendapatkan modal berjualan, Niken mulai fokus berjualan lagi. Mulai dari delivery jus buah dan Snack bakar-bakaran. Ia harus berusaha keras agar modal usahanya tetap berputar, selain untuk membantu kebutuhan rumah tangga juga untuk membayar setoran bank mekar setiap minggunya. Niken juga memiliki hobby baru atas ide dan masukan dari bestienya--Dian dalam menambah cuan. Sudah sebulan ini Niken menggeluti hobby barunya membuat konten-konten video di aplikasi toktok. Niken membuat konten-konten dengan tema muka ndeso rezeki kota. Ia sering membuat konten goyang-goyang didepan rumah Alika, dan mengakui sebagai rumahnya. Kadang kala kalau hari Minggu Niken juga membuat konten mencuci mobil Farrel. Keluarga Alika dan Farrel hingga sebulan ini tak merasa keberatan saat Niken membuat konten-konten itu. Selama Niken melakukannya diluar rumah dan tidak mengganggu ketenangan mereka. Untuk hutang ke Budhe Sarni, Niken
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 77By : Leni Maryati#Merayu Budhe Sarni ****Niken tersenyum tipis, sambil berpikir kata-kata yang cocok untuk memulai pembicaraan. "Ehm... Budhe... Kemarin-kemarin aku kena musibah, difitnah hingga masuk penjara karena polisi salah tangkap. Karena hal itu aku tak berjualan sampai hampir 2 Minggu.""Terus?" tanya Budhe Sarni lagi karena Niken malah terdiam. Ia mulai mengeluarkan jurus memelas dan menceritakan keadaannya yang menderita. Niken menghapus air matanya. "Begini Budhe, aku berniat meminjam uang budhe. Untuk bayar SPP Anton. Harus segera dilunasi Budhe. Kalau tidak, Anton tidak boleh ikut ujian kenaikan kelas," "Memang mau pinjam berapa?" "Satu juta saja!" Budhe Sarni menyipitkan matanya. Ia sedang menimbang-nimbang plus minus jika berurusan dengan Niken. Jika tak dipinjami, kasihan juga. Ia pernah mengalami dan merasakan bagaimana bingungnya sebagai orang tua jika anaknya belum bayar SPP."Sebenarnya uang Arisan itu mau aku gunak
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 76By : Leni Maryati#Tuduhan Dela*****Akhirnya Shinta dan Ridho melakukan brunch pukul 11.00. Sarapan sekaligus makan siang. Lagi-lagi Shinta harus mandi keramas lagi. Setelah makan siang Ibu Komala mengajak Ridho untuk mengantar makanan-makanan kering sisa hajatan kemarin ke beberapa saudara mereka yang dekat.Sudah satu jam Shinta rebahan mainan ponsel di kamar, Ia merasa bosan. Shinta berinisiatif menonton televisi saja di ruang keluarga. Kondisi rumah sepi, saat Ia membuka pintu kamar saja begitu terdengar. "Kemana ya Dela? Hmm mungkin menidurkan anaknya." cicit Shinta yang dijawabnya sendiri. Siang-siang begini memang waktunya bayi 9 bulan untuk tidur siang. Shinta duduk di sofa dan menyalakan televisi, memilih acara gosip artis. Didepan meja tersedia beberapa cemilan. Ah... Rasanya Ia selalu lapar karena tenaganya terkuras habis. Suaminya Ridho memang benar-benar tak terduga, menerkamnya terus-terusan. Coba saja tadi Bu Komala tak memint