"Ikan buruan nyusul." Erick bergumam tidak jelas.Cecilia memang mematikan sambungan panggilnya videonya dengan Erick dan Nana, tetapi mereka berdua masih tersambung dan melanjutkan percakapan mereka."Ish, sabarlah bang. Masih belum beres kerjaanku." Nana tertawa pelan melihat ekspresi si kucing garong yang masih setengah terpejam."Abang bobok gih." Sarannya pada pria yang masih menelungkup di bantal sembari setengah terpejam tetapi mendengarkan setiap ucapannya."Temanilah Abang bobok." Pintanya pada Nana dengan gaya manja sekaligus memelas."Aku masih di toko Bang, mana bisa temenin bobok. Nanti ya kalau sudah tutup toko." Nana membujuknya dengan senyum semanis mungkin."Oke, Abang bobok dulu ya. Sudah nggak kuat mata Abang melek." Erick menguap pelan."Oke, good night mpuss." Nana tersenyum dan melambaikan tangan.Erick tidak membalasnya lagi dan kembali tertidur. Selisih waktu di Eropa dan Asia memang lebih lambat sekitar lima atau enam jam di saat musim gugur. Di Singapura dan
Erick perlahan bangun dari tempat tidurnya. Memutar pinggang dan lengannya yang terasa pegal-pegal.Ditatapnya pemandangan di luar jendela kamarnya, di bawah sana. Perkebunan anggur yang cukup luas yang daun-daunnya mulai memerah. Spanyol telah memasuki musim gugur awal bulan lalu.Angin dingin mulai bertiup tapi masih terasa sejuk bukan dingin yang menusuk tulang. Erick meraih rokok dan Zipponya, menyalakan sebatang dan duduk di depan jendela."Erick!" Suara Nino, sepupunya terdengar dari balik pintu kamarnya yang tertutup."Masuklah!" Erick berteriak memintanya untuk masuk karena pintu kamarnya tidak terkunci."Astaga, aku kira kau masih tidur bang. Rupanya sedang menikmati rokok." Nino tertawa dan duduk di kursi tidak jauh dari tempat tidur di mana Erick tengah duduk sambil merokok.Erick hanya tersenyum menatap sepupunya itu. Selintas mereka hampir mirip. Nino lebih mirip dirinya bahkan dibandingkan dua adiknya, Hans dan Brian. Keduanya masih memiliki ciri khas pria dari suku-suk
@Nana[Abang]Pesan dari Nana menjadi yang pertama dibaca Erick saat dia memiliki kesempatan untuk membuka smartphone-nya. Cukup sibuk seharian ini, dia tidak sempat untuk bermain dengan gadgetnya dan membiarkan pesan dan panggilan masuk tidak terjawab.@Erick[Iya ikan][Maaf ya baru balas][Sibuk banget hari ini]Erick tidak berharap Nana segera membalas pesannya. Mungkin saja wanita cantik itu sudah terlelap atau justru tengah sibuk di tokonya.@Nana[Ada kolegaku yang tertarik dengan timnya Brian][Tetapi dia ingin bertemu langsung dengan owner dan juga Brian]Rupanya Nana masih terbangun, meski mungkin di sana sudah larut malam. Dia segera membalas pesannya.@Erick[Abang kasih kontak mereka saja bagaimana?][Biar mereka berkomunikasi dan bernegosiasi sendiri][Mungkin Abang dampingi Brian saja nanti]Erick mengambil rokoknya yang tergeletak di meja dan menyulutnya. Duduk sembari merokok dan menunggu balasan pesan dari ikan, membuatnya merasa sedikit santai dan tenang.@Nana[Oke
"Omil!" Nana berteriak girang saat memasuki halaman villanya.Kucing-kucingnya yang tengah bermain di taman berlarian menyambutnya. Mereka sudah diantarkan pihak veterinarian tempat mereka dititipkan selama ini kemarin sore.Kanjeng Mami yang masih duduk di ruang makan hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah putri tunggalnya itu."Na, nggak kangen Kanjeng mamikah?" Adelia, kakak iparnya berteriak sembari tersenyum kecil saat melihat adik iparnya itu kerepotan dikerubuti kucing-kucingnya."Nggak!" Sahut Nana dengan santai, tapi senyumnya lebar dan melirik sang ibunda yang hanya tersenyum tipis."Mami! Mbak Adel!" Begitu bisa melepaskan diri dari hewan-hewan berbulu itu, Nana berlari dan memeluk kakak iparnya bergantian dengan Kanjeng Mami.Travel bag dan semua barang bawaannya ditinggalkannya begitu saja di halaman berumput. Mbak Siti bergegas membawa barang-barang itu ke kamar Nana, sedangkan kucing-kucingnya kembali mengikuti Nana."Ih, lihat tuh anak-anakmu cemburu." Adelia te
@Erick[Ikan oh ikan]Pesan dari Erick membangunkan Nana yang baru saja terlelap. Meski masih setengah terpejam, dibalasnya pesan dari si kucing garong.@Nana[Iya mpuss]@Erick[Ikan lagi ngapain?]@Nana[Baru saja bobok][Mpuss lagi ngapain?]@Erick[Abang ganggu dong?][Ini baru nyampai]Sebuah foto dikirimkan si kucing garong, berpose bersama Brian sang adik. Nana tersenyum melihat foto yang memperlihatkan kedekatan si kucing garong dengan adik bungsunya itu.@Nana[Nggak kok mpuss][Ini juga mau bangun terus mandi][Mau ngajak jalan-jalan Kanjeng Mami dan Mbak Adel ke Canggu][Weh kalian rukun banget ya kakak adek]@Erick[Iya ajak jalan-jalanlah mumpung berkumpul][Kemarin nggak sempat ngajak Kanjeng Mami jalan-jalan kan?][Oh iya dong, kami selalu rukun]Nana berguling dan menelungkup di atas bantal gulingnya. Kembali sibuk dengan smartphone-nya dan berbalas pesan dengan si kucing garong. Kali ini dia mengirimkan foto Omil dan kucing-kucingnya yang lain.Erick tergelak saat mel
Tania tercenung menatap mobil-mobil yang terparkir di pelataran villa milik Nana. Perlahan diperlambatnya laju mobilnya."Sepertinya dia sudah kembali. Villanya ramai." Gumamnya dalam hati.Lampu-lampu villa yang biasanya hanya bagian luar saja yang menyala, kini hampir semua terang menyala. Bahkan pintu gerbangnyapun tampak terbuka lebar.Tania kembali mempercepat laju kendaraannya saat melihat Nana keluar dari pintu gerbang. Sekilas dapat dilihatnya wanita itu berbicara dengan tetangga sebelah yang menyapanya.Tania memarkirkan mobilnya di carport, dan kembali keluar dari halaman rumahnya. Kebetulan Mbak Hani tengah menyirami bunga di luar pagar villanya."Eh, ibu. Tumben pulang sorean." Mbak Hani tersenyum dan menyapanya dengan canggung."Iya, saya agak tidak enak badan mbak. Tumben sebelah ramai mbak?" Tania mendekati Mbak Hani dan mengajaknya mengobrol.Sepengetahuannya asisten rumah tangganya itu cukup akrab dengan asisten rumah tangga tetangga sebelah. Mereka berasal dari daera
Brian, hanya menundukkan kepalanya dan sesekali melirik sang kakak yang tengah berbincang dengan pihak manajemen tim dan juga pihak sponsor. Sedari tadi dia hanya mengikuti pembicaraan mereka tanpa mencampurinya.Dia mempercayai sang kakak yang pasti akan mendahulukan kepentingan dirinya. Apalagi jika itu berhubungan dengan masa depannya sebagai atlet E-sport. Erick tidak akan segan melakukan apapun selama masih dalam jalur yang lurus.Cukup lama mereka berbincang-bincang. Brianpun hanya mendengarkan saja dengan seksama meski sebagian isi pembicaraan mereka tidak begitu dipahaminya."Brian, ayo kita kembali ke apartemen!" Erick menepuk bahunya pelan, saat pembicaraan mereka berakhir."Sudah selesai bang?" Brian menatap sang kakak juga orang-orang yang satu persatu menyalaminya dan menepuk bahunya dengan ramah.Erick merangkulnya dan mengajaknya keluar dari ruang pertemuan. Brian hanya menurut dan mengikuti sang kakak."Bagaimana bang? Sesuai harapankah?" Brian kembali bertanya dengan
Erick perlahan menyeret travel bagnya menelusuri koridor menuju keluar dari bandar udara Jerez sembari menelepon Nino dengan smartphone. Dia baru saja tiba dan meminta Nino untuk menjemputnya."Abang!" Tiba-tiba sebuah teriakan mengejutkannya.Suara yang sangat dikenalnya. Erick menoleh mencari sumber suara yang memanggilnya. Dia tertegun saat melihat sosok yang dirindukannya berdiri tidak jauh darinya, tersenyum manis dan melambaikan tangan padanya."Ikan?" Erick masih setengah tidak percaya dengan yang dilihatnya."Abang! Kangen!" Nana berlari mendekatinya dan memeluknya, sembari berteriak tanpa mempedulikan orang-orang yang menatapnya dengan aneh."Eh ikan!" Erick yang tidak siap menerima bobot tubuh Nana terhuyung dan hampir saja terjatuh."Abang kok diem?" Nana seketika cemberut saat menyadari ekspresi si kucing garong yang justru tanpa ekspresi."Ikan bagaimana bisa sudah sampai di sini?" Erick menatapnya dengan bingung."Bisa dong!" Nana tertawa dan memeluknya erat-erat."Abang
Hingga beberapa saat mereka berdua masih menikmati pemandangan dari puncak perbukitan Wayag. Erick dan Nana duduk bersisian sembari sesekali mengambil foto dan video berlatarbelakang pemandangan bak surga di Wayag."Untuk foto prewedding bagus ya?" Nana tertawa saat melihat beberapa hasil jepretan kamera smartphone mereka."Iya, maukah dibikin untuk foto prewedding?" Erick menyimpan smartphone-nya ke dalam ransel."Nggak perlu bang. Aku tidak begitu menyukai sesuatu yang spektakuler untuk urusan yang sakral." Nana tersenyum dan menyangklong ranselnya ke bahu setelah mengeluarkan dua bungkus coklat.Memberikannya sebuah untuk Erick, dan membuka satu kemudian dilahapnya. Erick tertawa dan menerima coklatnya, turut mengunyah sepotong."Maksudmu, kau lebih menyukai sesuatu yang sederhana namun bermakna? Untuk sesuatu yang sakral seperti pernikahan?" Erick bertanya, memastikan dia tidak salah memahami ucapan Nana barusan."Iya," sahut Nana singkat."Kita turun sekarang?" lanjutnya bersiap u
"Sudah siap?" Erick melirik Nana yang masih sibuk berkemas."Sebentar lagi bang," sahutnya sembari memasukkan botol lotion sunscreen yang baru saja dipakainya."Nggak usah bawa bulu mata palsu anti badai, ikan," celetuk Erick menggodanya."Astaga!" Nana tertawa tergelak-gelak.Dapat dibayangkannya seandainya dia serepot dan seheboh itu. Segala macam make up dan skin care belum lagi pakaian dan aksesoris. Rasanya kucing garong akan lebih senang meninggalkannya di homestay daripada mengajaknya berjalan-jalan ke Wayag."Sudah bang! Ayo berangkat!" Nana menyangklong tas ranselnya di kedua bahunya dan siap berangkat."Sudah dibawa semua? Pakaian ganti, obat, sunscreen, kopi dan camilan?" Erick bertanya sekali lagi memastikan tidak ada yang tertinggal."Sudah semua Ndan!" Nana mengangkat tangannya ala tentara.Erick terkekeh dan kemudian merengkuh bahunya. Bersama-sama mereka keluar dari kamar menuju speedboat yang telah menunggu mereka.Nana menaiki kapal dengan dibantu Erick. Ini bukan per
"Wah seafood!" Nana berseru gembira, saat melihat aneka seafood terhidang di meja mereka."Suka?" Erick berbisik di telinganya, menggodanya seperti biasanya setiap kali dia menyajikan sesuatu yang baru untuk Nana si imut."Suka banget mpus." Nana pun berbisik sembari duduk di kursi yang ditarikkan oleh kucing garong untuknya."Kalau begitu habiskan, nikmati sepuasmu!" Erick mengambilkan sebuah kepiting berlumur saos tiram ke atas piringnya."Siap mpus!" Nana mengacungkan jarinya.Erick terkekeh dan mematahkan cangkang kepiting serta mengupasnya dan menyisihkan dagingnya di atas piring kosong."Makanlah!" Disodorkannya piring berisi daging kepiting itu ke hadapan Nana.Nana tersenyum manis dan mengambil daging kepiting di piring. Keduanya menikmati makan malam mereka sembari mengobrol."Mau lobster?" Erick menawarinya, saat pelayan datang dengan lobster aneka kerang."Mau sih, tapi aku lebih suka udang mpus." Nana menunjukkan seekor udang bakar yang tengah dikupasnya."Eh, lobster favor
Deburan ombak ditingkahi deru mesin kapal, serta semilir angin laut yang sejuk, membuat Nana sedikit pusing. Cukup lama dia tidak pernah menaiki kapal."Ikan, kenapa? Mabuk laut?" Erick menatapnya dengan cemas."Nggak mpus, aku takut lihat air," sahutnya sembari tersenyum kecut."Eh, maksudnya?" Erick terkejut mendengar ucapannya."Terkadang aku takut melihat air yang begitu luas, tapi tidak setiap saat sih." Nana menjelaskan."Oh, makanya Abang kaget. Perasaan waktu di Jimbaran juga nggak apa-apa kan?" Erick menatapnya lagi dengan serius."Sekarang takut?" tanyanya lagi."Agak sih, mungkin karena baru pertama kali ke sini atau mungkin karena sudah lama sekali tidak naik kapal." Nana tersenyum kecut."Abang rasa itu karena kau baru turun dari pesawat dan bersambung naik kapal laut, semacam jetlag." Erick mengerutkan keningnya, seperti tengah berpikir."Mungkin saja," sahut Nana sembari merebahkan kepalanya di bahu Erick."Ya sudah, bobok saja. Nanti kalau sudah sampai, Abang bangunin."
"Ini gimana bang? Kok nggak bisa pas?" Nana menatap figurin Optimus Prime di depannya."Ehm, sebentar, mungkin salah pasang kita Non." Erick tertawa dan mengambil figurin yang kini sudah setengah menjadi robot Optimus Prime."Kenapa kau suka Transformers?" tanyanya sembari melepaskan bagian belakang robot."Aku suka baca komiknya. Dulu kan ada di komik bersambung di majalah Bobo," sahut Nana dengan santai."Eh sama ya." Erick tertawa pelan."Makanya saat dibuat versi filmnya, aku suprise banget bang. Sampai bela-belain antri lho waktu mau nonton." Nana terkikik geli ingat kekonyolannya waktu itu."Iya, kan waktu itu habis dilarang to film luar diputar di bioskop Indonesia. Eh sudah nonton Avatar 2?" Erick masih sibuk mengubah posisi beberapa item agar truk Optimus Prime berubah menjadi robot."Sudah kok, One Piece juga sudah. Tinggal nunggu Detektif Conan terbaru." Nana tersenyum sembari menunjukkan sesuatu di smartphone-nya."Dasar wibu, sampai jadwal film anime semua di save." Erick
"Mbak Siti! Ada tamu sepertinya! Dari tadi ketok-ketok pintu gerbang, tolong bukain!" teriak Nana dari jendela kamarnya memanggil asisten rumah tangganya."Iya Bu!" Mbak Siti tergopoh-gopoh setengah berlari menuju pintu gerbang samping."Eh, silakan masuk pak! Sebentar saya panggilkan Bu Nana." Terdengar suara renyah Mbak Siti mempersilakan tamunya masuk.Nana yang baru saja selesai berganti pakaian dan kini tengah menyapukan bedak di wajahnya, tertegun. Tamu di pagi hari, itu di luar kebiasaan. Sangat jarang ada yang betandang ke villanya di pagi hari."Ibu, ada tamu, saya suruh nunggu di ruang makan." Mbak Siti muncul di pintu kamarnya sembari tersenyum kecil."Siapa mbak?" Tanya Nana penasaran."Ada deh Bu, buruan temuin dulu Bu." Mbak Siti menyahut dengan kata-kata penuh teka-teki."Iya sebentar lagi mbak. Tolong buatkan teh atau kopi ya, sekalian sama saya." Nana tersenyum dan berdiri, mematut diri di depan cermin."Siaap Bu!" Mbak Siti bergegas kembali ke dapur.Setelah yakin pen
"Tante Nana!" Alvin berseru memanggil dan melambaikan tangannya."Hei Alvin! Mau berangkat sekolah?" tanya Nana dan mengurungkan niatnya hendak segera meluncur dengan mobilnya."Iya Tante! Bye Tante, bye Omil! Nanti sore main lagi ya!" seru bocah itu lagi dari balik jendela mobil."Berangkat dulu ya Na!" Mami juga melambaikan tangannya.Nana balas melambai dan menatap mobil itu hingga menghilang di tikungan. Kemudian dia menggiring kucing-kucingnya kembali masuk ke dalam villa.Setelah menutup dan mengunci kembali pintu gerbang, Nana pun meninggalkan villa dengan mengendarai mobilnya. Hari ini dia akan pergi daerah Pecatu untuk mengecek lokasi kedai kopinya yang baru.Berbeda dengan toko rotinya yang telah memiliki cukup banyak cabang, kedai kopinya hingga saat ini hanya ada satu saja yang berlokasi di salah satu pusat keramaian kota Denpasar, Jalan Teuku Umar.Nana melajukan mobilnya membelah By pass Ngurah Rai menuju Nusa dua. Jalanan mulai ramai meski tidak macet.Salah satu hal yan
Nana menatap hujan yang turun dengan deras dari tempatnya duduk. Sesekali disesapnya kopi panasnya. Hujan di pagi hari membuatnya enggan untuk beraktivitas.Untungnya Denpasar tidak terlalu sering diguyur hujan sekalipun sebagian besar wilayah di Indonesia telah memasuki musim penghujan."Meow!Meow!" Omil dan Yuki mengeong-ngeong, duduk di kursi dan turut menatap hujan yang turun dengan deras."Kalian bosan ya, nggak bisa main ke Alvin?" Nana tersenyum melihat kegelisahan kedua kucing itu."Meow!Meow!" Yuki mengeong seperti menyahut ucapannya."Tiduran gih sama Glacie dan Tony." Nana menggaruk kepala Yuki dan Omil bergantian.Kedua kucing itu melompat turun dari kursi dan bergabung dengan Glacie, Tony, Cleo dan Kimy yang tengah tiduran di sudut dapur yang hangat. Nana tersenyum melihat tingkah kucing-kucingnya yang lucu dan menggemaskan. Dia pun enggan untuk pergi kemana pun di tengah hujan seperti ini. Meski ada selasar beratap pergola yang menghubungkan dua sayap bangunan villa, di
@Mami[Nyong][Serius sama tetangga sebelah?]Pesan dari mami mengejutkan Erick saat terbangun di pagi hari yang dingin. Untuk beberapa saat dia termangu, ragu untuk membalas pesan sang ibunda.@Erick[Tetangga mana Mami?]@Mami[Tetangga sebelah][Nana yang imut dan manis]Astaga! Erick tergelak membaca balasan pesan dari Mami. Terkadang wanita yang telah melahirkannya itu memiliki selera humor yang bagus.@Erick[Ah Mami bisa saja][Tapi memang sih Nana imut dan manis][Hehehehe]@Mami[Iya][Kau serius atau main-main saja nyong]@Erick[Serius dong Mam][Mami mau kan punya menantu manis cem Nana?]@Mami[Mami sih terserah nyong][Yang penting nyong bahagia][Dan yang terpenting dia bisa menerima keadaan Alvin][Sudah cukup itu bagi Mami]@Erick[Iya Mam][Pasti Mami sudah lihat kan gimana hubungan Alvin dan Nana?]@Mami[Iya][Kemarin seharian Mami ngobrol sama Nana][Dia lucu ya][Suka bercanda][Dan kucingnya itu lho lucu][Tapi dia sibuk juga Mami lihat][Hari ini dari pagi dia s