@Erick[Ikan oh ikan]Pesan dari Erick membangunkan Nana yang baru saja terlelap. Meski masih setengah terpejam, dibalasnya pesan dari si kucing garong.@Nana[Iya mpuss]@Erick[Ikan lagi ngapain?]@Nana[Baru saja bobok][Mpuss lagi ngapain?]@Erick[Abang ganggu dong?][Ini baru nyampai]Sebuah foto dikirimkan si kucing garong, berpose bersama Brian sang adik. Nana tersenyum melihat foto yang memperlihatkan kedekatan si kucing garong dengan adik bungsunya itu.@Nana[Nggak kok mpuss][Ini juga mau bangun terus mandi][Mau ngajak jalan-jalan Kanjeng Mami dan Mbak Adel ke Canggu][Weh kalian rukun banget ya kakak adek]@Erick[Iya ajak jalan-jalanlah mumpung berkumpul][Kemarin nggak sempat ngajak Kanjeng Mami jalan-jalan kan?][Oh iya dong, kami selalu rukun]Nana berguling dan menelungkup di atas bantal gulingnya. Kembali sibuk dengan smartphone-nya dan berbalas pesan dengan si kucing garong. Kali ini dia mengirimkan foto Omil dan kucing-kucingnya yang lain.Erick tergelak saat mel
Tania tercenung menatap mobil-mobil yang terparkir di pelataran villa milik Nana. Perlahan diperlambatnya laju mobilnya."Sepertinya dia sudah kembali. Villanya ramai." Gumamnya dalam hati.Lampu-lampu villa yang biasanya hanya bagian luar saja yang menyala, kini hampir semua terang menyala. Bahkan pintu gerbangnyapun tampak terbuka lebar.Tania kembali mempercepat laju kendaraannya saat melihat Nana keluar dari pintu gerbang. Sekilas dapat dilihatnya wanita itu berbicara dengan tetangga sebelah yang menyapanya.Tania memarkirkan mobilnya di carport, dan kembali keluar dari halaman rumahnya. Kebetulan Mbak Hani tengah menyirami bunga di luar pagar villanya."Eh, ibu. Tumben pulang sorean." Mbak Hani tersenyum dan menyapanya dengan canggung."Iya, saya agak tidak enak badan mbak. Tumben sebelah ramai mbak?" Tania mendekati Mbak Hani dan mengajaknya mengobrol.Sepengetahuannya asisten rumah tangganya itu cukup akrab dengan asisten rumah tangga tetangga sebelah. Mereka berasal dari daera
Brian, hanya menundukkan kepalanya dan sesekali melirik sang kakak yang tengah berbincang dengan pihak manajemen tim dan juga pihak sponsor. Sedari tadi dia hanya mengikuti pembicaraan mereka tanpa mencampurinya.Dia mempercayai sang kakak yang pasti akan mendahulukan kepentingan dirinya. Apalagi jika itu berhubungan dengan masa depannya sebagai atlet E-sport. Erick tidak akan segan melakukan apapun selama masih dalam jalur yang lurus.Cukup lama mereka berbincang-bincang. Brianpun hanya mendengarkan saja dengan seksama meski sebagian isi pembicaraan mereka tidak begitu dipahaminya."Brian, ayo kita kembali ke apartemen!" Erick menepuk bahunya pelan, saat pembicaraan mereka berakhir."Sudah selesai bang?" Brian menatap sang kakak juga orang-orang yang satu persatu menyalaminya dan menepuk bahunya dengan ramah.Erick merangkulnya dan mengajaknya keluar dari ruang pertemuan. Brian hanya menurut dan mengikuti sang kakak."Bagaimana bang? Sesuai harapankah?" Brian kembali bertanya dengan
Erick perlahan menyeret travel bagnya menelusuri koridor menuju keluar dari bandar udara Jerez sembari menelepon Nino dengan smartphone. Dia baru saja tiba dan meminta Nino untuk menjemputnya."Abang!" Tiba-tiba sebuah teriakan mengejutkannya.Suara yang sangat dikenalnya. Erick menoleh mencari sumber suara yang memanggilnya. Dia tertegun saat melihat sosok yang dirindukannya berdiri tidak jauh darinya, tersenyum manis dan melambaikan tangan padanya."Ikan?" Erick masih setengah tidak percaya dengan yang dilihatnya."Abang! Kangen!" Nana berlari mendekatinya dan memeluknya, sembari berteriak tanpa mempedulikan orang-orang yang menatapnya dengan aneh."Eh ikan!" Erick yang tidak siap menerima bobot tubuh Nana terhuyung dan hampir saja terjatuh."Abang kok diem?" Nana seketika cemberut saat menyadari ekspresi si kucing garong yang justru tanpa ekspresi."Ikan bagaimana bisa sudah sampai di sini?" Erick menatapnya dengan bingung."Bisa dong!" Nana tertawa dan memeluknya erat-erat."Abang
Nana menatap bangunan di depannya. Setelah tadi puas dengan kota Jerez yang didominasi bangunan-bangunan tua yang indah dan bersejarah, kini di hadapannya berdiri sebuah rumah yang mengingatkannya pada rumah-rumah di pedesaan pedalaman Eropa umumnya.Rumah pertanian yang sebagian beratap jerami dan sejauh mata memandang hamparan perkebunan anggur di selingi bangunan-bangunan tua memanjakan matanya."Suka?" Erick bertanya dan menepuk bahunya pelan."Cantik banget rumahnya. Suka banget mpus!" Nana berseru dan berlari ke perkebunan anggur.Berputar-putar dan sesekali berhenti memetik beberapa bunga liar yang masih tersisa dari musim panas lalu. Erick tertawa melihatnya sedangkan Nino hanya menggelengkan kepalanya."Nino, Erick masuklah! Makan siang sudah siap!" Bibi Rossa, ibu tiri Nino berteriak memanggil mereka dari dapur."Ikan! Sini!" Erick berteriak memanggil Nana yang tengah asyik mengobrol dengan salah satu pekerja perkebunan.Wanita itu menoleh dan setelah berpamitan dengan pria
Jerez adalah sebuah kota kecil di bagian selatan Spanyol yang berdekatan dengan laut yang membatasi Benua Eropa dengan Benua Afrika. Nana hampir tidak pernah tertarik mengunjungi kota ini meski ada dua hal yang selalu menjadi perhatiannya di kota ini.Sirkuit dan Sherry, dua hal yang digemarinya, merupakan dua hal yang juga menjadi kebanggaan kota tua ini. Namun Nana tidak memiliki alasan mengunjungi kota ini meski telah beberapa kali singgah di Madrid, Barcelona bahkan Ibiza.Mungkin karena dia tidak memiliki seseorang yang cukup dekat dengannya yang berasal dari kota ini. Kini di kunjungan pertamanya, dia tidak ingin menyia-nyiakan waktunya hanya dengan berdiam diri di penginapan ataupun di rumah pertanian.Berbekal kamera, smartphone dan buku panduan yang kucing garong berikan tadi pagi, Nana menelusuri jalanan kota Jerez. Erick dan Nino memiliki janji dengan seseorang dan tidak bisa menemaninya.Nana meyakinkan Erick bahwa dia bisa berjalan-jalan sendiri dan akan baik-baik saja. T
Tania menatap deretan foto-foto itu dengan seksama. Diamatinya satu persatu foto dan video yang baru saja diunggah oleh sang pemilik akun.Entah sejak kapan dia selalu mengamati perkembangan apapun yang dilakukan oleh sang pemilik akun media sosial dengan nick name yang biasa saja, @nana. Akun milik tetangga sebelah rumahnya itu menarik perhatiannya tanpa sengaja saat dia mencoba untuk mencari tahu tentang Nana melalui media sosial.Berbekal akun media sosial resmi milik toko kue wanita itu, Tania menemukan akun pribadinya. Sebuah akun yang cukup berbeda baik tampilan, kemasan ataupun isinya dengan akun milik toko kuenya."Kak, dari tadi lihat apaan sih? Scroll medsos mulu." Jeny sang adik menegurnya saat melihat sang kakak justru sibuk dengan smartphone-nya."Dia di Jerez juga lho Jen." Tania menyahut Omelan sang adik tanpa mengalihkan perhatiannya dari smartphone-nya.Foto Nana yang tengah berpose di depan katedral Jerez menyita perhatiannya. Dia berpose seorang diri dan hasil foton
Erick menatap smartphone-nya tanpa berkedip. Sekali lagi dibacanya pesan dari Tania. Keningnya berkerut, seakan tengah berpikir cukup keras."Tania baik-baik saja bukan?" Gumamnya dalam hati sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.Tidak biasanya istrinya itu mengirimkan pesan bernada mesra apalagi diiringi sebuah swafoto yang membuat Erick tidak tahu harus berkomentar apa. Hingga saat ini dia belum membalas pesan dari Tania."Abang!" Suara Nana memanggilnya membuatnya terkejut."Lho Abang kenapa?" Nana menatapnya lekat-lekat."Nggak apa-apa. Kenapa?" Erick tersenyum kikuk dan memasukkan smartphone-nya ke dalam saku celananya."Nggak apa-apa, cuma mau bilang aku mau beli sesuatu di sana." Nana tersenyum manis dan menunjuk ke sebuah toko di sudut Calle Larga.Erick mendesah lega, rupanya wanita itu hanya ingin berpamitan saja. Pesan dari Tania tadi membuatnya merasa sedikit gugup saat berhadapan dengan Nana."Iya, pergilah. Nanti Abang menyusul. Abang minum dulu ya." Erick mengecu