Miley tersenyum penuh kemenangan. Akhirnya Jenny tersudut dan tidak bisa membuat alasan untuk tidak menuruti keinginannya."Ini ponselmu," katanya mengembalikannya kepada Zhin. "Ingatkan Jenny agar pulang lusa ini, ya. Kadang dia suka lupa," ucapnya melambaikan tangan kepada Zhin yang membatu. Miley tergesa keluar dari butik setelah memesan ojol. Ia menuju salon yang ada didekat di mana Theo menurunkannya tadi. Benar saja baru saja turun dari ojol, Theo sudah meneleponnya. Miley melirik jam tangannya."Astaga, dua jam juga," keluhnya bingung pulang saja atau harus ke salon lagi. Tapi melihat hari sudah sore, Miley memutuskan untuk pulang saja. Ia ingin mengumpulkan berkas-berkas yang akan ia berikan kepada Jenny saat bertemu nanti."Jemput sekarang, ya," titah Miley dan segera ditanggapi 'iya' dari Theo di ujung telepon.Miley merapikan riasan wajah dan rambutnya. Dengan penampilannya yang seperti itu, semua orangpun yakin ia bukan baru saja keluar dari salon. "Peduli amat!" ketusn
Miley menggerutu tidak jelas. Berkali-kali menyambung ke ponsel Jenny namun ibunya itu tidak kunjung mengangkatnya. Pesan yang ia kirimkan sejak semalam belum juga di baca. "Sudah?" tanya Aland melihat Miley masih saja sibuk dengan ponselnya. Pria itu bersiap masuk ke pesawat.Miley terpaksa mengangguk. Ia tidak mungkin menunggu sampai Jenny mengangkat telponnya. Ia menurut saja mengikuti Aland. Keduanya pun melakukan penerbangan menuju kediaman Tuan Daniel. Ketika ia dan Aland sibuk dengan penerbangan mereka, Jenny juga melakukan penerbangan dari Paris untuk menemui Miley.Hingga Jenny tiba di villa Halton. Wanita itu tampak sangat gusar. "Ke mana gadis bodoh itu?" geram Jenny mencampakkan ponselnya kasar ke atas sofa. "Gadis jalang itu benar-benar membuatku tidak bisa menahan emosi!"Dia coba lagi menyambungkan ke nomor Miley namun tak kunjung di angkatnya juga. Karena rasa kesalnya, raut wajahnya pun berubah memerah bak kepiting rebus saja."Seenak hatinya saja menunda pertemua
Merasa dirinya tidak punya harga diri, Jenny hanya bisa menggeram menahan amarahnya. Jason memang bukan tandingannya, pria itu kasar dan tidak sopan, juga tidak mudah menaklukkan hatinya.Jenny menggeser duduknya menjaga jarak dari Jason. Namun, dia tetap berusaha tetap tenang, hanya karena begitulah Jason akan berhenti mengganggunya."Yah, aku membuat penawaran denganmu karena ini juga untuk memudahkan rencanamu, Jason," kata Jenny melembutkan suaranya."Rencanaku? Hmm ... aku lupa ada punya rencana, Jenny! Apa kamu bisa menjelaskannya?" sahut Jason tidak berhenti meledeknya. Pria itu menjatuhkan diri merapat di samping Jenny. "Ingatkan aku, Sayang, rencana apa? Aku semakin penasaran," bisik Jason menyibakkan rambut blonde panjang Jenny.Seketika wanita paruh baya itu bergidik, lantas berdiri menjauh dari Jason. Aroma alkohol dari mulut Jason itu membuatnya mual.Jenny berpegangan pada sandaran sofa, dalam hati tidak berhenti mengutuki dirinya yang nekat menemui Jason, si manusia i
Setelah melangsungkan pertunangan mereka, Miley dan Aland segera pulang. Untuk menghindari Tuan Daniel menanyai tentang keluarga Miley. Pertunangan keduanya juga berjalan mulus tanpa ada gangguan ancaman dari orang suruhan Jason maupun Jenny.Tuan Daniel dan semua keluarga besar Halton juga tidak keberatan, jika keluarga dari pihak Miley datang saat pernikahan mereka nanti saja. Meski diawal Tuan Daniel sedikit memaksa harus ada perkenalan keluarga sebelum pertunangan. Memang tradisi di dalam keluarga Halton turun temurun itu, saat salah seorang putra keluarga Halton melakukan pertunangan, sebelumnya ada tradisi pinangan calon anggota keluarga besar Halton, yaitu mengundang keluarga si calon pengantin."Aku langsung ke perusahaan, ya," kata Aland setelah tiba di bandara."Jadi maksudmu kita pisah mobil, Aland?" tanya Miley melihat Aland yang naik ke mobil pengawal lain, sementara ia di suruh masuk ke mobil pengawal Theo. "Apa maksudnya begini?"Gadis itu mendengus kesal, raut wajah
Melihat kedatangannya di sana, Zhin Huang menyambut Miley dengan senyuman manisnya. Namun, raut wajah Miley tetap saja mengeras dan tidak bersahabat."Mana Jenny?" tanyanya meninggi serta mengabaikan keramahan Zhin. "Kenapa menanyakannya padaku, Miley? Bukankah itu Ibumu?" sahut Zhin menyindir dengan sikap yang tidak sopan. Gadis itu mempermainkan kuku jemari tangannya dengan menjentikkannya ke depan. Seakan ingin menunjukkan rasa tidak senangnya dengan Miley.Miley terkaget mendengar jawaban itu dari Zhin. Tidak menyangka dia akan bicara se-ketus itu padanya. Niatnya pun tadi mau mempengaruhi Zhin agar mau membujuk Jenny.Tidak bisa menyangkal rasa kagetnya, sesaat Miley membatu sebelum kembali bersikap biasa dengan memaksakan tawa kecilnya. Sementara otaknya terus berpikir keras bagaimana cara menaklukkan Zhin."Yah, dia memang ibuku, tapi ---""Tapi kamu putri yang tidak tahu diri, 'kan?" potong Zhin sampai Miley harus membelalakkan kedua matanya, melotot kepada gadis lancang di
"Jaga sikapmu, Jason!" tegas Jenny berdiri dan menjauh darinya. Jenny menggertakkan gerahamnya pertanda tidak senang dengan sikap Jason yang lancang itu. Ekspresi wajahnya juga berubah masam.Namun, pria itu hanya tertawa terbahak-bahak. Kemudian ikut berdiri dan mulai mendekati Jenny."Kenapa, Sayang? Percayalah Benjamin tidak akan melihat kita di sini," bujuk Jason mengeram penuh damba. Pria itu hendak menarik bahu Jenny yang terus bergerak menghindarinya. Dengan gesit Jenny mengelak, dan lolos dari jangkauan tangan Jason. Kemudian berlari ke arah pintu ruangan berniat mau keluar saja ketimbang menjadi pelampiasan bejat Jason. Namun, dengan cepat Jason melompat mendahuluinya ke pintu, kemudian mengunci pintu ruangan dengan sekali ceklek. Kuncinya dilemparkannya sembarang."Apa yang kau lakukan ini, Jason? Kenapa kau membuang kuncinya?" berang Jenny segera mencari-cari kunci di dalam ruangan Jason yang sangat berantakan tersebut."Haha, kenapa sekesal itu, Jenny? Bukankah bagus un
Miley memutar otak kembali ke butik Zhin Huang saja. Ia berniat ingin mengikuti Zhin saat pulang nanti. Tanpa berpikir lama-lama, ia pun kembali melajukan mobilnya menuju butik Zhin.Namun, kali ini Miley menunggu beberapa meter jaraknya dari butik. Agar security yang tadi itu tidak melihatnya di sana, ataupun Zhin sendiri. "Puncak dicinta ulam pun tiba," gumamnya. Baru beberapa menitan tiba di sana, tampak mobil Zhin keluar dari butik. Miley tidak menyia-nyiakan kesempatan segera mengikuti mobil Zhin yang mengarah ke jalan pusat kota."Hmm, benar juga dia tidak tinggal di villa Jenny," ucapnya bermonolog sendiri dengan matanya fokus dengan mobil di depannya.Sepertinya Zhin juga tidak menyadari ada seseorang yang mengikutinya, hingga dengan santai gadis cantik itu menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah mewah. Kemudian turun dan masuk ke dalam rumah ituMiley juga turut berhenti di belakang mobil Zhin. Rumah mewah di depan matanya itu sangat menarik perhatiannya. Otaknya berpik
"Kita mau ke mana?" tanyanya tidak tahu Aland akan membawanya ke mana."Mmm, rencananya mau ke rumah Theo tadi, tapi katanya dia lagi ada urusan," jawab Aland menutupi sesuatu dari Miley.Hmm, pantas saja Theo gak pulang bersama Aland tadi. Tapi hal penting apa yang membuat Aland ingin ke rumah Theo ya. "Hei, malah bengong," panggil Aland menyikut pelan lengannya."Ehh, iya? A-aku lapar sebenarnya, hehe," sahut Miley asal saja. Memang tadi siang dia tidak sempat makan karena sibuk mengintai villa Jenny dan tinggal Zhin. Tapi ia juga tidak terlalu lapar sebenarnya.'Zhin?' gumamnya dalam hati. Ia teringat dengan rumah mewah yang jadi tinggal putri tiri Jenny itu. Yang juga ia duga kalau rumah mewah itu diberikan Aland ke Jenny."Jadi kita makan saja?" tanya Aland kali ini bersikap lebih manis dan lembut.Sesaat Miley terdiam seperti memikirkan bagaimana caranya mengorek informasi tentang ruang mewah Zhin tadi."Yah, tapi kita makan di restoran Kenanga dekat komplek Orchid itu saja, ya