Melihat Miley kelepasan kontrol emosinya, Aland berusaha membujuknya. Sebenarnya pun dia tidak ingin menyakiti perasaan Miley, hanya dia tidak tahu mengungkapkan rasa cintanya.
"Miley, kita makan, yuk," ajak Aland merasa bersalah padanya.Miley berpura-pura tidak mendengar, pura-pura fokus dengan pekerjaannya. Sampai Aland harus beranjak untuk menghampirinya. Pria itu langsung memelukku dari belakang namun Miley bergeming."Maafin aku, Sayang. Karena telepon dari Tommy tadi, aku lupa membawamu serapan," bisiknya meletakkan dagunya di bahu kanan Miley.Uhh, dia pikir dengan merayuku seperti ini hatiku luluh? Tidak. Rasa kesal ku jauh lebih besar dari rasa lapar. Lebih baik dia segera sadar yang hanya menyusahkan itu. Setidaknya memikirkan tempat tinggal ku nanti."Miley, ayolah.""Aku tidak lapar.""Oke, kita ke ---""Bisa berhenti menggangguku? Kau tidak lihat tumpukan pekerjaan ini? Siapa yang mengerjakannyaHingga pukul enam sore, Miley masih menunggu Aland. Tetapi di dalam perusahaan hanya tinggal para petugas kebersihan yang tengah sibuk bersih-bersih. Ia berpindah tempat ke gerbang masuk, kebetulan di sana ada security bisa teman mengobrol."Kenapa belum pulang Non?" tanya security melihatnya duduk di kursi kayu panjang."Maaf, bisa saya menunggu teman di sini, Pak?" tanyanya lantas kembali berdiri, dan meminta izin dulu sebelum menghenyakkan duduknya lagi. Ia sendiri pun bingung teman siapa yang akan datang menjemputnya ke sana."Lho, kenapa tidak menunggu di rumah saja, Non? Ini juga sudah sore," ujar pria tersebut memperlihatkan jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Bukankah jam empat tadi semua pegawai sudah pulang. Kenapa Nona tidak ikut yang lain saja tadi?"Miley meneguk liur kesulitan, rumah mana? Setelah sejaman lebih menunggu Aland di ruangan, tapi gak kunjung datang. Ia ke pos security berniat meminjam uang namun tiba-ti
"Kamu tinggal di mana, Non?" tanya Theo melihat Miley tidak memberi alamat ke mana akan diantar. "Villa New Golden, ya.""Rumah Nyonya Jenny, 'kan? Kamu yakin ke sana, Non?" tanyanya memperlambat laju motornya, sesekali menoleh ke belakang seperti tidak yakin. Miley pun dibuat kebingungan menjawab. Ia tidak yakin bakal tinggal di sana, atau rumah itu sudah di jual. "S- sebenarnya aku, uhh, uhh," tangis Miley menjatuhkan kepalanya di punggung Theo. Percuma juga terus berpura-pura menutupi keadaannya, jujur saja lebih baik, mungkin Theo bisa membantunya."Kamu kenapa, Non?" tanya Theo kaget, dan menghentikan motor di sisi jalan.Dia pun turun melihat Miley yang masih sesenggukan. "Katakan ada apa, Non?" tanyanya menatap intens wajahnya yang kusut dan sembab."Sedari pagi aku belum makan," ucapnya merasa tidak perlu malu lagi mengatakan itu."Apa? Bukankah tadi pagi kamu dengan Tuan Aland tiba dari Jepang? Kenapa tidak ma
Mendengar itu Theo ternganga, hatinya benar-benar teriris pilu hanya mendengarnya saja. Dia juga kaget ternyata sikap buruk Aland belum sepenuhnya hilang. "Apa Tuan Aland menyakitimu, Miley?" tanyanya menyentuh lembut bahu Miley, untuk menenangkannya yang tiba-tiba histeris."Aku tidak tahu bagaimana mengatakannya lagi, Theo. Tapi aku bisa bertanya?" tanyanya menaikkan pandangannya pada Theo."Yah, tanyakan saja, Miley.""Apa kamu tahu apa yang dilakukan Aland sebelum membawaku ke Jepang?" tanyanya mengorek kejujuran Theo. Karena terakhir ia ingat Aland bersama Theo masuk ke dalam lift. "Terakhir di ingatanku ada di dalam lift bersamamu dan Aland." Theo terlihat mencacau lantas membuang wajahnya, dia takut Miley menuduhnya. Diawal, dia juga sudah melarang Aland melakukan itu, tapi Tuan Muda mereka itu mengotot dan mengancamnya. Dia pun hanya bisa mengikuti semua perintahnya. "Aku tidak tahu," jawabnya menjauhkan muka menghindari Miley.
Miley tidak menyahutinya. Ia segera menyibukkan diri di meja kerjanya. Rasa kesalnya kepada Aland juga masih belum hilang."Apa kau tuli, hakh? Kau tahu tidak, siapa yang sedang bicara, Miley?" Aland semakin berang saja. Di beberapa menit yang lalu, ia telah memikirkan cara elegan untuk meminta maaf. Tapi setelah berhadapan dengan Miley, sikap dengan isi kepalanya mendadak berubah.Apa? Siapa yang bicara? Pria yang tidak punya hati. Harusnya dia memikirkan dirinya yang tidak bertanggung jawab itu. Kalau bukan karena butuh uang, ditambah juga kehilangan semua berkas-berkas pentingnya, lebih baik melarikan diri saja.Miley tidak terusik dengan ocehan-ocehan pedas Aland itu, meski kemungkinan Aland semakin bertambah marah atau mengancam akan memecatnya. Yah, itu yang ia tunggu. Setidaknya mendapat pesangon.Melihat Miley bergeming, tidak juga menyahutinya. Aland menghampirinya dengan wajah bak kepiting rebus karena kesalnya. "Miley! Di mana kau tidur
"Wah, benar-benar hebat!" Aland tepuk tangan mengitari Miley yang menatapnya garang. "Yah, kamu bekerja untukku, dan harus menuruti semua perintahku. Bukankah itu janjimu beberapa menit lalu, Miley!""Yahh, apa kamu sudah memenuhi kewajibanmu sebagai pimpinan? Kau bukan pimpinan tapi pencuri, psikopat, pria gila!""Hahkk! Beraninya kau ---""Stop! Yang terhormat Tuan Aland Halton, di mana ada seorang pimpinan mencuri uang dan ponsel sekretaris pribadinya? Mencekoki minumannya dengan obat tidur dalam dosis tinggi? Membawanya alasan urusan kerja di luar negeri tapi menyiksanya? Mencuri barang-barangnya? Lalu, memaksanya harus mau menjadi kekasihnya?" geram Miley memotong ucapan Aland."Miley, ini bukan sekedar antara pimpinan dan sekretaris pribadi! Kau juga tahu aku sangat mencintaimu!" ucap Aland tidak bisa menahan rasa dalam hatinya."Haha! Sangat miris nasib gadis yang menjadi kekasih Anda nanti, Tuan Aland Halton."
"Benar, tapi Anda jangan melupakan keberadaan Tuan Abian Halton, Tuan."Miley mengernyitkan dahi mendengar nama yang di sebut Theo barusan. 'Bukannya Aland putra tunggal Tuan Daniel?' batinnya karena tidak pernah mendengar Aland menyebut nama Abian.."Hakh! Dia cuma putra tiri Tuan Daniel, aku yakin Daddy tidak akan berani menjadikannya Sang ahli waris keluarga Halton! Cam kan itu!""Awalnya begitu, Tuan. Tapi ada beberapa syarat dari Tuan Daniel yang belum Anda penuhi. Sementara Tuan Abian sudah memenuhinya lebih dulu dari Anda. Tuan Abian memiliki calon istri, tidak pernah terlibat skandal apapun, selalu bersikap jujur, tidak pernah terlibat pertengkaran dengan Tuan Daniel dan Nyonya Melora, memiliki kemampuan yang handal mengembangkan perusahaan dalam pimpinannya. Sementara Anda sendiri, kasus pernikahan kontrak dengan Jenny, hubungan yang tidak baik dengan Tuan Daniel dan Nyonya Melora, berdebat dengan Tuan Abian hingga bermusuhan, dan beberapa perusa
"Pria itu sendiri mengaku suruhan Jenny, Tuan. Jadi, saya rasa dia benar suruhan Jenny, Tuan," jawab pengawal yang mencarinya tadi."Bukti apa yang bisa dia tunjukkan?" tanya Theo terlihat tenang dan bijak. Tidak seperti Aland yang langsung terbawa emosi hingga menggebrak meja."Pria itu menunjukkan foto-foto pernikahan kontrak Tuan Aland dengan Jenny, juga berkas kontrak perjanjian kontrak pernikahan kalian, Tuan Aland.""What? Sial! Yah, itu pasti ulah Jenny. Arghh! Apa mau dia sekarang?" Bukan hanya Aland dan Theo saja yang kaget. Miley pun sama, sampai melompat dari kursinya. Ia bingung apa yang membuat Jenny masih mengusik kehidupan Aland. Padahal dia pun sudah bersuami lagi."Apa benar Aland yang mengambil diam-diam perusahaan New Adira? Tapi ... untuk apa? Bukankah Aland memiliki perusahaan-perusahaan besar?" gumam Miley, tapi tidak berani menanyakan itu kepada Aland.Ia tidak mau mencampuri urusan private Aland den
"Yah. Sangat rumit, tanpa alasan yang jelas Jenny menuduh Tuan Aland telah menjalin hubungan denganmu sebelum mereka bercerai.""Iya, kalau masalah itu aku sudah tahu sewaktu masih di Jepang. Jenny menemui Aland ke rumah ---""Jenny mendatangi Tuan Aland ke hotel Halton, itu benar?" tanya Theo memotong ucapannya. "Apa kamu juga bertemu dengannya, Miley?" burunya dengan raut wajah cemas.Miley menggeleng. "Aland tidak mengizinkan ku bertemu denganmu. Tadi kamu bilang hotel ... Halton? Tetapi Aland bilang itu rumahnya. Aku juga tidak tahu karena ---" Yah, karena Miley tidak tahu ia di mana dan kapan berpindah tempat. Kadang sudah berada di kamar hotel, rumah dan villa. Kadang hari sudah pagi, malam dan sore."Karena apa, Miley?" gegas Theo tidak sabar."Ngg, maksudku mungkin karena masalah itulah Jenny mendatangi Aland ke sana. Aku juga melihat mereka bertengkar," jawab Miley asal sembari meneguk liur."Ahh, syukurlah. Tidak