"Maafin aku," ucap Aland tidak menyangka rasa cintanya yang besar telah mengubah dirinya menjadi seorang monster bagi Miley.
"Tidak perlu minta maaf. Aku cukup minta satu hal padamu," ujarnya, karena itu yang ia takutkan saat mereka tiba nanti.Ia bingung akan tinggal di mana nantinya."Yah, apa itu?""Izinkan aku tetap tinggal di apartemen kemarin. Kamu bisa memotong uang sewanya dari gajiku nanti."Aland tersentak, hatinya teriris mendengar itu.Dia tidak menyangka Miley sampai kepikiran ke sana. Padahal dia sendiri yang membuang ponsel dan dompetnya, yang sebenarnya dia tahu cuma itu barang milik Miley.Aland tidak berhenti mengutuki dirinya hanya menyulitkan Miley karena rasa cintanya yang semakin menggila. Rasa takut kehilangannya membuatnya menjadi egois. Beruntung saat ini Miley masih sabar dengan sikap gilanya itu."Maaf, apartemen tempatmu itu sudah ditempati orang lain," dustanya hanya karena tidak ingin MMelihat Miley kelepasan kontrol emosinya, Aland berusaha membujuknya. Sebenarnya pun dia tidak ingin menyakiti perasaan Miley, hanya dia tidak tahu mengungkapkan rasa cintanya."Miley, kita makan, yuk," ajak Aland merasa bersalah padanya. Miley berpura-pura tidak mendengar, pura-pura fokus dengan pekerjaannya. Sampai Aland harus beranjak untuk menghampirinya. Pria itu langsung memelukku dari belakang namun Miley bergeming. "Maafin aku, Sayang. Karena telepon dari Tommy tadi, aku lupa membawamu serapan," bisiknya meletakkan dagunya di bahu kanan Miley.Uhh, dia pikir dengan merayuku seperti ini hatiku luluh? Tidak. Rasa kesal ku jauh lebih besar dari rasa lapar. Lebih baik dia segera sadar yang hanya menyusahkan itu. Setidaknya memikirkan tempat tinggal ku nanti."Miley, ayolah.""Aku tidak lapar.""Oke, kita ke ---""Bisa berhenti menggangguku? Kau tidak lihat tumpukan pekerjaan ini? Siapa yang mengerjakannya
Hingga pukul enam sore, Miley masih menunggu Aland. Tetapi di dalam perusahaan hanya tinggal para petugas kebersihan yang tengah sibuk bersih-bersih. Ia berpindah tempat ke gerbang masuk, kebetulan di sana ada security bisa teman mengobrol."Kenapa belum pulang Non?" tanya security melihatnya duduk di kursi kayu panjang."Maaf, bisa saya menunggu teman di sini, Pak?" tanyanya lantas kembali berdiri, dan meminta izin dulu sebelum menghenyakkan duduknya lagi. Ia sendiri pun bingung teman siapa yang akan datang menjemputnya ke sana."Lho, kenapa tidak menunggu di rumah saja, Non? Ini juga sudah sore," ujar pria tersebut memperlihatkan jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Bukankah jam empat tadi semua pegawai sudah pulang. Kenapa Nona tidak ikut yang lain saja tadi?"Miley meneguk liur kesulitan, rumah mana? Setelah sejaman lebih menunggu Aland di ruangan, tapi gak kunjung datang. Ia ke pos security berniat meminjam uang namun tiba-ti
"Kamu tinggal di mana, Non?" tanya Theo melihat Miley tidak memberi alamat ke mana akan diantar. "Villa New Golden, ya.""Rumah Nyonya Jenny, 'kan? Kamu yakin ke sana, Non?" tanyanya memperlambat laju motornya, sesekali menoleh ke belakang seperti tidak yakin. Miley pun dibuat kebingungan menjawab. Ia tidak yakin bakal tinggal di sana, atau rumah itu sudah di jual. "S- sebenarnya aku, uhh, uhh," tangis Miley menjatuhkan kepalanya di punggung Theo. Percuma juga terus berpura-pura menutupi keadaannya, jujur saja lebih baik, mungkin Theo bisa membantunya."Kamu kenapa, Non?" tanya Theo kaget, dan menghentikan motor di sisi jalan.Dia pun turun melihat Miley yang masih sesenggukan. "Katakan ada apa, Non?" tanyanya menatap intens wajahnya yang kusut dan sembab."Sedari pagi aku belum makan," ucapnya merasa tidak perlu malu lagi mengatakan itu."Apa? Bukankah tadi pagi kamu dengan Tuan Aland tiba dari Jepang? Kenapa tidak ma
Mendengar itu Theo ternganga, hatinya benar-benar teriris pilu hanya mendengarnya saja. Dia juga kaget ternyata sikap buruk Aland belum sepenuhnya hilang. "Apa Tuan Aland menyakitimu, Miley?" tanyanya menyentuh lembut bahu Miley, untuk menenangkannya yang tiba-tiba histeris."Aku tidak tahu bagaimana mengatakannya lagi, Theo. Tapi aku bisa bertanya?" tanyanya menaikkan pandangannya pada Theo."Yah, tanyakan saja, Miley.""Apa kamu tahu apa yang dilakukan Aland sebelum membawaku ke Jepang?" tanyanya mengorek kejujuran Theo. Karena terakhir ia ingat Aland bersama Theo masuk ke dalam lift. "Terakhir di ingatanku ada di dalam lift bersamamu dan Aland." Theo terlihat mencacau lantas membuang wajahnya, dia takut Miley menuduhnya. Diawal, dia juga sudah melarang Aland melakukan itu, tapi Tuan Muda mereka itu mengotot dan mengancamnya. Dia pun hanya bisa mengikuti semua perintahnya. "Aku tidak tahu," jawabnya menjauhkan muka menghindari Miley.
Miley tidak menyahutinya. Ia segera menyibukkan diri di meja kerjanya. Rasa kesalnya kepada Aland juga masih belum hilang."Apa kau tuli, hakh? Kau tahu tidak, siapa yang sedang bicara, Miley?" Aland semakin berang saja. Di beberapa menit yang lalu, ia telah memikirkan cara elegan untuk meminta maaf. Tapi setelah berhadapan dengan Miley, sikap dengan isi kepalanya mendadak berubah.Apa? Siapa yang bicara? Pria yang tidak punya hati. Harusnya dia memikirkan dirinya yang tidak bertanggung jawab itu. Kalau bukan karena butuh uang, ditambah juga kehilangan semua berkas-berkas pentingnya, lebih baik melarikan diri saja.Miley tidak terusik dengan ocehan-ocehan pedas Aland itu, meski kemungkinan Aland semakin bertambah marah atau mengancam akan memecatnya. Yah, itu yang ia tunggu. Setidaknya mendapat pesangon.Melihat Miley bergeming, tidak juga menyahutinya. Aland menghampirinya dengan wajah bak kepiting rebus karena kesalnya. "Miley! Di mana kau tidur
"Wah, benar-benar hebat!" Aland tepuk tangan mengitari Miley yang menatapnya garang. "Yah, kamu bekerja untukku, dan harus menuruti semua perintahku. Bukankah itu janjimu beberapa menit lalu, Miley!""Yahh, apa kamu sudah memenuhi kewajibanmu sebagai pimpinan? Kau bukan pimpinan tapi pencuri, psikopat, pria gila!""Hahkk! Beraninya kau ---""Stop! Yang terhormat Tuan Aland Halton, di mana ada seorang pimpinan mencuri uang dan ponsel sekretaris pribadinya? Mencekoki minumannya dengan obat tidur dalam dosis tinggi? Membawanya alasan urusan kerja di luar negeri tapi menyiksanya? Mencuri barang-barangnya? Lalu, memaksanya harus mau menjadi kekasihnya?" geram Miley memotong ucapan Aland."Miley, ini bukan sekedar antara pimpinan dan sekretaris pribadi! Kau juga tahu aku sangat mencintaimu!" ucap Aland tidak bisa menahan rasa dalam hatinya."Haha! Sangat miris nasib gadis yang menjadi kekasih Anda nanti, Tuan Aland Halton."
"Benar, tapi Anda jangan melupakan keberadaan Tuan Abian Halton, Tuan."Miley mengernyitkan dahi mendengar nama yang di sebut Theo barusan. 'Bukannya Aland putra tunggal Tuan Daniel?' batinnya karena tidak pernah mendengar Aland menyebut nama Abian.."Hakh! Dia cuma putra tiri Tuan Daniel, aku yakin Daddy tidak akan berani menjadikannya Sang ahli waris keluarga Halton! Cam kan itu!""Awalnya begitu, Tuan. Tapi ada beberapa syarat dari Tuan Daniel yang belum Anda penuhi. Sementara Tuan Abian sudah memenuhinya lebih dulu dari Anda. Tuan Abian memiliki calon istri, tidak pernah terlibat skandal apapun, selalu bersikap jujur, tidak pernah terlibat pertengkaran dengan Tuan Daniel dan Nyonya Melora, memiliki kemampuan yang handal mengembangkan perusahaan dalam pimpinannya. Sementara Anda sendiri, kasus pernikahan kontrak dengan Jenny, hubungan yang tidak baik dengan Tuan Daniel dan Nyonya Melora, berdebat dengan Tuan Abian hingga bermusuhan, dan beberapa perusa
"Pria itu sendiri mengaku suruhan Jenny, Tuan. Jadi, saya rasa dia benar suruhan Jenny, Tuan," jawab pengawal yang mencarinya tadi."Bukti apa yang bisa dia tunjukkan?" tanya Theo terlihat tenang dan bijak. Tidak seperti Aland yang langsung terbawa emosi hingga menggebrak meja."Pria itu menunjukkan foto-foto pernikahan kontrak Tuan Aland dengan Jenny, juga berkas kontrak perjanjian kontrak pernikahan kalian, Tuan Aland.""What? Sial! Yah, itu pasti ulah Jenny. Arghh! Apa mau dia sekarang?" Bukan hanya Aland dan Theo saja yang kaget. Miley pun sama, sampai melompat dari kursinya. Ia bingung apa yang membuat Jenny masih mengusik kehidupan Aland. Padahal dia pun sudah bersuami lagi."Apa benar Aland yang mengambil diam-diam perusahaan New Adira? Tapi ... untuk apa? Bukankah Aland memiliki perusahaan-perusahaan besar?" gumam Miley, tapi tidak berani menanyakan itu kepada Aland.Ia tidak mau mencampuri urusan private Aland den
Tuan Daniel yang kesal menunggu Aland di perusahaan induk, dan malah menyuruhnya harus ke sana, tidak bisa menguasai emosinya.Lantas pria kaya raya tersebut memangkas jarak dengan Aland. Namun, Tuan Daniel tidak kalah kaget melihat Abian juga ada di sana bersama Aland. "Untuk apa kamu kemari, Abian? Apa kamu pikir bisa seenaknya meninggalkan kewajibanmu di perusahaan-perusahaan yang kamu tangani?" berang Tuan Daniel menatap tajam putra tirinya itu. Tuan Daniel cuma menyuruh Aland ke perusahaan induk Halton, untuk melakukan tanggungjawabnya sebagai pewaris kekayaan keluarga Halton, tidak ikut Abian.Lebih kagetnya lagi, keduanya malah senyum-senyum melihatnya yang marah-marah itu."Dad, kami minta maaf karena tidak langsung ke perusahaan induk Halton, tapi kami ingin memberikan hadiah besar ini untuk Daddy," ucap Aland membuka pintu dan mempersilahkan Tuan Daniel masuk. Tuan Daniel yang tadinya emosi tiba-tiba berubah kebingungan. Padahal dia pun tidak sedang ulang tahun hari ini. T
Dua minggu lebih berlalu. Setelah mendapatkan semua bukti-bukti, akhirnya Miley berhasil mengambil kembali perusahaan Adira dan New Adira."Aku mengganti nama menjadi perusahaan triple A,"ucap Miley tegas. "Kenapa tidak tetap jadi perusahaan Adira saja, Miley?" tanya Aland bingung dengan nama asing tersebut."Itu gabungan nama ayah dan nama kecil mamaku, Aland. Adira Ashkelon dengan nama kecil Jenny itu Agatha. Aku gabung menjadi triple A. Sekalian mengenang mereka, Aland." Sesaat Miley tertunduk seperti memendam rindu kepada mereka yang telah meninggal dunia. "Aku akan merawat perusahaan triple A ini untuk kedua orangtuaku."Aland merangkul pundaknya."Oo, begitu. Kita sama-sama menjaganya untuk mereka," ucap Aland menyeka airmata Miley. "Sudah tidak usah sedih-sedih lagi, semua yang telah berlalu tidak dapat diulang. Mereka juga sudah kembali kepada Sang Penciptanya," lanjut Aland menenangkan hati Miley."Iya, Aland. Seenggaknya aku sudah membalaskan dendam mamaku kepada Jason
"Untuk apa kau kemari? Jangan berpikir kau masih terdaftar sebagai anggota keluarga kita!" sarkas pria tua bertubuh buncit.Miley yang baru saja berdiri di pintu ruang ayahnya itu, disambut sarkas oleh Wisnu, adik Kakek dari ayahnya, yang biasa ia panggil Kakek muda dulunya. "Yah, itu jauh lebih baik! Sejak kematian ayahku, aku bukan lagi daftar keluarga besarmu!" sahut Miley santai mengedikkan kedua bahunya bersamaan. "Seharusnya aku menanyakan kabarmu Kakek muda, setelah sekian tahun kita tak pernah bertemu," lanjut Miley tidak terusik dengan kesarkasan Wisnu. Miley menarik napas panjang sembari memangkas jarak dengan pria yang berdiri di pintu, menghalanginya masuk. "Berhenti di situ! Atau kau akan mati!"Miley tertawa kecil mendengarnya. "Mati? Maksudmu, Jason yang akan membunuhku? Haaa, ku pastikan dia tidak berkutik lagi bertemu denganku," ucap Miley sombong.Jelas saja Jason tidak akan bertemu dengannya di sana. Karena pria itu telah di tangan Abian saat ini. Tapi Miley t
"Ke mana kamu membawaku, Aland?" tanya Miley tergopoh-gopoh menyeimbangi langkah Aland yang menarik tangannya.Beberapa menit lalu Aland bilang mau ke perusahaan untuk menyelesaikan pekerjaannya, tapi Aland malah menyuruhnya meninggalkan tas berisi berkas-berkas perusahaan Aland Corp."Masuklah!" titah Aland membukakan pintu mobil untuknya. "Kamu mau mengambil kembali perusahaanmu, kan?" tanya Aland menaikkan salah satu alisnya.Miley tersentak, memang iapun tidak ingin berlama-lama lagi mengambil alih perusahaan Adira dan New Adira. "Kamu tidak bercanda, kan?" tanya Miley urung masuk, berdiri menatap Aland seolah meminta penjelasannya."Itu!" Aland menunjuk tas yang terletak di dasar mobil. "Berkas-berkas perusahaan WinJason ada di dalamnya."Miley mengikuti jari telunjuk Aland. Memang ia menyimpan berkas-berkas perusahaan WinJason di dalam tas tersebut. Miley segera masuk, rasanya sudah tidak sabar segera mengusir adik perempuan ayahnya dari perusahaan WinJason.'Tunggu aku melempa
Sekilas melihat rumah itu saja terasa menyeramkan. Memang rumahnya mewah, tapi tidak terawat. Pohon dan tanaman merambat hampir menutupi pintu rumah tersebut. Selain jauh dari pemukiman warga juga dan beberapa pohon besar hampir menutupi keberadaan rumah tersebut."Masuklah!" titah Jason cukup puas melihat ketiga orang bersamanya heran dengan penampakan rumahnya yang terkesan angker itu. Mereka tidak tahu saja kalau Jason dengan sengaja membuat rumah induknya seperti itu untuk mengelabui siapapun yang sedang mencarinya.Terbukti bertahun-tahun dia selamat dari kejaran polisi dan orang-orang pimpinan Turbo XX dengan bersembunyi di rumah induknya. "Kau jangan coba-coba mempermainkan kita!" berang Abian menarik Jason dengan kasar dari dalam mobil. "Ingat! Aku tidak segan-segan menembak kepalamu itu!" lanjutnya mengarahkan ujung sepatu kulitnya ke pinggang Jason yang tersungkur di tanah.Jason hanya meringis kecil, tidak berdaya melawan karena kedua tangannya terikat kuat ke belakang.
Miley gegas menemui Theo, meminta pria itu mengantarnya ke perusahaan WinJason. Tapi Theo menolak karena tadi Aland berpesan dan tidak mengizinkannya mengantar Miley keluar."Aku mau bertemu dengan wanita itu, Theo?" geram Miley mencondongkan badannya ke depan seraya menumpulkan pandangannya ke wajah Theo. Tekad Miley sudah bulat akan bertemu dengan adik perempuan ayahnya, yang saat ini menghandle sepenuhnya perusahaan WinJason. Dengan semua bukti yang telah ia dapatkan wanita itu tidak akan berani mengelak lagi."Miley, Tuan Muda Aland tidak mengizinkanmu ke sana! Itu yang diperintahkan Tuan Muda Aland tadi kepadaku!" "Jangan mengada-ada ya! Aland tidak ada mengatakan seperti itu tadi!" Miley yang tersulut kesal itu mengeluarkan berkas-berkas perusahaan WinJason dari dalam tasnya. "Ini! Aku sudah mendapatkan semua berkas yang ku perlukan untuk mengambil alih perusahaan WinJason! Sekarang tugasmu hanya mengantarku ke sana, Theo!"Tapi Theo tetap saja tidak mau mengantarnya ke sana.
"Sudah cukup, Miley?" tanya Aland melihatnya membawa tas berisi berkas-berkas perusahaan WinJason menjauh dari kursi Jason."Sudah, aku sudah mendapatkan semua yang ku butuhkan. Sekarang lemparkan saja dia ke penjara, Aland," ucap Miley berdiri di samping Zhin. "Kamu, Zhin?" tanya Aland.Disahuti gelengan kepala cepat dari Zhin. "Cuma lihat wajahnya saja aku sudah takut," ujarnya mencengkeram erat lengan tangan Miley. Kemudian menarik Miley segera meninggalkan tempat itu. "Ayolah, Miley! Aku tidak suka di dalam sini," pintanya menarik-narik tangan Miley."Oke, sekarang aku antar kalian pulang," ucap Aland melemparkan sesuatu dari tangannya kepada Abian."Lakukan seperti rencana kita, ya," pesan Aland sebelum turut mengikuti Miley dan Zhin keluar.Abian mengangguk. Ini kesempatan dirinya membalaskan dendam kematian ayahnya kepada Jason. Tapi niatnya itu segera dihentikan oleh Tuan Benjamin, yang segera keluar dari tempat persembunyiannya setelah Miley dan Zhin pergi dari sana."Kena
Miley berjingkat memutar badan cepat, melihat kearah ranjang, Aland tidur ada di sana."Jam berapa ini?" tanyanya menggeser pandangannya ke jam dinding. "Astaga! Jam sepuluh?" pekiknya tertahan, kemudian menggeser matanya kepada Zhin. Seolah meminta Zhin menjelaskannya."Kamu kenapa, seh? Tinggal mandi saja, lalu, turun," kata Zhin menarik sudut bibirnya kesal dengan sikap Miley yang linglung."Makanya malam itu tahu waktu bergulat panas! Jangan pula sampai pagi, sampai-sampai tak ingat bangun," celetuk Zhin lantas dijawab Miley dengan melempar bantal ke arahnya."Otak mesum!" ketusnya terus melemparinya dengan bantal-bantal. "Kamu juga bakal tahu rasanya setelah menikah ---"Zhin tidak ingin mendengar ocehan Miley, segera berlari keluar kamar. "Cepat mandi sebelum ditinggal!" teriaknya sebelum menutup pintu kamar.Miley mendengus kesal, kemudian mengambil handuk untuk membersihkan tubuhnya. Wajahnya masih terasa panas karena ocehan Zhin tadi, ia malu karena tidak sadar dengan diriny
"I-itu, dia ..." Theo menenggak liurnya. Semua ucapan Miley tadi benar. Miley sudah menjadi istri Tuan Muda Aland, mustahil bisa mendapatkan hatinya. Lagi pula selama ini Miley tidak pernah menanggapi perasaannya. Meski telah berulang kali menunjukkan sikapnya yang hangat.Theo menenggak liurnya. Ada perasaan bersalah telah bersikap kasar kepada Zhin. Melihat gadis cantik itu begitu tulus mencintainya, lalu, hubungan mereka berakhir juga bukan karena Zhin yang tidak lagi mencintai dirinya. Tapi semata-mata karena ancaman Jenny yang tidak pernah menyukainya dekat dengan Zhin. 'Aku egois, tapi ...'"Iya tidak apa-apa, Theo. Tapi aku juga tidak memaksa kalau kamu tidak mau memberitahu. Maafkan aku selalu mengusik ketenanganmu," kata Zhin bangkit berdiri hendak berlalu dari sana. Hatinya sudah bulat melupakan Theo. Percuma juga memaksanya harus kembali, toh Theo pun sudah tak mencintainya. Itu jauh lebih menyakitkannya nanti."Tunggu, Zhin!" panggil Theo refleks menarik tangan Zhin.