Miley mengangkat alisnya tinggi-tinggi. "Jangan bilang kamu takut?" ledeknya menarik tangan Zhin berjalan cepat-cepat menuju mobil. Melihat hari juga sudah malam. "Bukan, tapi aku belum bisa melupakan Mami," dalihnya senyum-senyum kecil."Iya, mau di rumahku juga tinggal selamanya gak ada masalah. Yang jadi masalah mungkin Theo, takut cinta lama berkobar kembali," celetuk Miley menghenyakkan duduknya bersisian dengan Zhin sembari menunggu Abian di dalam mobil.Wajah Zhin langsung merona merah, bersamaan dengan Theo yang masuk ke mobil. Tentu pria itu jelas mendengar celotehan Miley barusan."Gila kau!" bisik Zhin menggeram kesal seraya menutup mulut Miley. Lebih kesalnya lagi, tadi Aland menyuruh mereka pulang bersama Abian, tapi Miley malah membawanya masuk ke mobil Theo."Perasaan Tuan Muda Aland menyuruh kita pulang bareng Abian, Miley!" bisik Zhin kesal."Yah, ini mobil Abian," jawab Miley tidak bisa menjaga nada suaranya. "Benar, Non. Kebetulan Tuan Muda Abian juga ikut dengan
Miley menatap iba dan bertanya hati-hati, "Apa ada ucapan Theo yang menyakitimu?"Zhin meletakkan sendok dan melipat kedua tangannya di sisi meja makan, sembari mengangkat kepala menatap Miley. "Gak, kok," sahutnya disertai gelengan kecil.Namun, jelas di wajahnya tergambar kepedihan yang mendalam. "Zhin, katakan padaku. Kalau kamu mau aku bisa bicarakan ini dengan Theo," ujar Miley bangkit menghampirinya. Tangannya menepuk pelan bahu Zhin seolah meyakinkannya akan berhasil membujuk Theo kembali kepadanya."Gak ada lagi yang penting dibicarakan padanya, Miley." Zhin bersiap beranjak dari sana. "Malam sudah larut, aku tidur duluan, ya," katanya buru-buru mengakhiri obrolan mereka."Tunggu, Zhin," panggil Miley. "Katakan apa alasan Theo menolak kembali padamu?" Suara Miley itu menghentikan langkah Zhin menuju kamarnya. Gadis itu berbalik cepat menghampiri Miley lantas menutup mulut Miley dengan telapak tangannya. "Stt, jangan kencang-kencang, Miley! Aku tidak mau Theo mendengar perca
Miley menelan liur kesulitan. "Setelah kamu mendapatkan Jason, serahkan bajingan itu padaku!" Sesaat Aland mengerutkan kening sebelum kemudian tertawa kecil, dan mengacak-acak rambut Miley. Walau Miley tidak memintanya, dia akan membawa Jason ke hadapan Miley. Membiarkan istrinya itu menumpahkan dendamnya selama ini. "Hmm, sudah tentu aku akan membawanya padamu, Sayang," sahutnya melepas tangannya. Lalu, melorotkan tubuhnya hingga terlentang menghadap ke atas. "Aku bersumpah tidak butuh lama menemukan bedebah itu, Miley!"Miley menatapnya dengan serius, ingin menertawakan Aland yang belum tahu siapa sebenarnya Jason. Yang bahkan dia jelas-jelas telah membunuh Adira waktu itu, dan meski saat itu Jason masih tetap berada di rumah induk Kakeknya. Namun, tidak ada yang berani melumpuhkannya, dan pada akhirnya menghilang begitu saja.Miley melakukan hal yang sama. Menurunkan tubuhnya hingga terlentang menghadap langit-langit kamar. Entahlah, hatinya saat ini bukan dendam atas kematian
Theo mengerutkan dahi. Merasa Miley cuma bercanda, maka dia pun hanya mengabaikannya saja."Apa Anda membutuhkanku sekarang, Non?" tanya Theo mengalihkan pembicaraan mereka. Menarik badan hingga berdiri tegak menatap Miley. "Hmm, kamu mau ke mana?" Miley balik bertanya seraya menumpulkan pandangannya di wajah Theo."Tidak ke mana-mana, Non. Mungkin keluar juga setelah ada perintah dari Tuan Muda Aland.""Ohh, kalau begitu antarkan aku ke perusahaan saja, ya," sahut Miley gegas meraih tasnya dan meninggalkan meja makan.Theo hanya mengangguk, mendahuluinya keluar untuk mempersiapkan mobil.Di mobil Miley coba menghubungi Aland, namun tidak kunjung di angkat. Miley berinisiatif untuk meninggalkan pesan saja kalau dirinya ke perusahaan sekarang."Miley, apa Tuan Muda Aland tidak melarang mu keluar rumah?" tanya Theo setelah melihatnya tidak sibuk dengan ponselnya lagi."Tak ada. Malah aku tidak tahu dia berangkat tadi. Kenapa emang?""Yah, takut saja Jason dan orang-orangnya melakukan h
Melihat wajahnya mendadak memucat, cepat-cepat Theo meminta maaf. "Miley semua itu tidak benar. Tapi terlalu jahat rasanya menuduh Jenny berbohong, tapi sudah lupakan saja," ucapnya tenang. "Aku juga sudah menjelaskannya pada Zhin, tapi dia tetap tidak percaya. Yah, dia malah memaksaku mengaku punya istri dan anak. Untuk menyenangkan hatinya aku pun melakukannya.""J-jadi kamu belum memiliki istri dan anak? Lalu, kamu bercerita berkabung tadi untuk siapa?" tanya Miley membulatkan kedua matanya. Baru beberapa menit yang lalu Theo mengakuinya."Bukannya baru beberapa menit yang lalu kamu mengakui istri dan anakmu? Jadi apa yang tidak benar, Theo?""Aku berkabung untuk istri dan putraJose, abangku," jawabnya menelan liurnya. "Yah, sama seperti yang dilakukan oleh Tuan Muda Aland dengan Jenny saat itu, aku juga melakukan hal yang sama dengan istri Jose, tapi dalam tujuan yang sangat berbeda," ungkapnya serius.Miley tidak sanggup menahan rasa penasarannya. Mana selama ini Aland tidak per
Seperti tersadar telah lepas kontrol emosi, sesaat Miley membeku di pelukan Theo. Setelahnya, buru-buru menarik drinya seraya mendorong Theo ke belakang.“Maaf,” ucapnya buang muka. Kemudian menyuruh Theo melanjutkan perjalanan pulang.Sepanjang perjalanan Miley tidak membuka suara, ia masih malu ditambah hatinya masih belum bisa tenang dari rasa kesalnya.Setiba di rumah tampak Zhin juga baru saja sampai di sana. Melihatnya turun, Zhin langsung menghampiri Miley.“Ayo gegas, masuk. Aku mau menunjukkan bukti kalau Jason benar datang ke pemakaman Mami kemarin,” katanya menarik tangan Miley yang pasrah saja mengikutinya. “Harusnya Daddy segera memberikan teguran kepada para security berjaga di rumah sakit, sampai-sampai kecolongan manusia iblis itu masuk gedung!” Zhin terus mengomel.Di ruang tamu, Zhin segera menunjukkan rekaman yang ia simpan di ponselnya. “Ini lihat, Miley,” katanya menunjukkan pergerakan Jason dalam rekaman.“Yah, memang saat di dalam ruangan, Jason menutupi hampi
"Yah, kamu tahu aku harus menjaga nama baikku dalam tiga bulan ke depan. Sementara Tuan Benjamin juga sama. Apa ada yang salah dengan ucapanku tadi, Abian?" tanya Aland menoleh Abian yang duduk di belakang kursinya."Aku tahu itu, Aland. Tapi bagaimana dengan para pengawal? Juga security di rumah sakit Queen? Bukankah mereka juga tahu kita sedang mengejar Jason?""Aku sudah menghentikan para pengawal ikut mencari Jason. Tapi bagaimana dengan para security Anda, Tuan Benjamin?" tanya Aland sesaat menggeser pandangannya kepada Tuan Benjamin.Tuan Benjamin menarik napas. "Kamu saja yang menyuruh mereka berhenti mengejar Jason, Aland. Karena sampai kita mendapatkan Jason baru aku bisa menunjukkan wajahku di sana. Katakan itu perintahku," jawab Tuan Benjamin tetap tidak mau membongkar keberadaannya yang masih ada di kota itu.Sebenarnya Aland tidak tahu pasti apa maksud Tuan Benjamin harus menutupi kepada semua orang, kalau dia masih tinggal di kota ini. Yang bahkan Zhin dan Miley juga ti
"Tuan Daniel menanyakan mu yang tak berada di perusahaan induk, Aland. Katanya Daddy ingin bicara padamu, sedari tadi ponselmu di hubungi tak kamu angkat-angkat," sahut Abian meletakkan ponselnya di atas meja, kemudian mendorongnya ke arah Aland. "Lalu, apa kamu jawab?" tanya Aland tidak menghiraukan ponsel Abian. Matanya terus melotot tajam pada Abian.Abian menggeleng. "Aku cuma bilang akan segera menemui mu, Aland. Karena Daddy juga tidak tahu aku di sini.""Sial! Kenapa hanya aku yang dicarinya," gumamnya menggeram kecil. "Abian, kamu harus bantu aku menjawab pertanyaan Daddy ini nanti," pintanya setengah memohon. Tak mungkin juga kembali ke perusahaan induk saat ini. Mereka bertiga sudah berjanji akan segera mengepung Jason di tempat persembunyiannya."Aku juga tidak tahu, Aland. Kamu tahu sendiri kalau Tuan Daniel tidak pernah main-main bertindak. Bisa-bisanya langsung datang ke perusahaan induk. Tapi aku juga bingung rencana kita dengan Tuan Benjamin mengejar ---""Diamlah,
Tuan Daniel yang kesal menunggu Aland di perusahaan induk, dan malah menyuruhnya harus ke sana, tidak bisa menguasai emosinya.Lantas pria kaya raya tersebut memangkas jarak dengan Aland. Namun, Tuan Daniel tidak kalah kaget melihat Abian juga ada di sana bersama Aland. "Untuk apa kamu kemari, Abian? Apa kamu pikir bisa seenaknya meninggalkan kewajibanmu di perusahaan-perusahaan yang kamu tangani?" berang Tuan Daniel menatap tajam putra tirinya itu. Tuan Daniel cuma menyuruh Aland ke perusahaan induk Halton, untuk melakukan tanggungjawabnya sebagai pewaris kekayaan keluarga Halton, tidak ikut Abian.Lebih kagetnya lagi, keduanya malah senyum-senyum melihatnya yang marah-marah itu."Dad, kami minta maaf karena tidak langsung ke perusahaan induk Halton, tapi kami ingin memberikan hadiah besar ini untuk Daddy," ucap Aland membuka pintu dan mempersilahkan Tuan Daniel masuk. Tuan Daniel yang tadinya emosi tiba-tiba berubah kebingungan. Padahal dia pun tidak sedang ulang tahun hari ini. T
Dua minggu lebih berlalu. Setelah mendapatkan semua bukti-bukti, akhirnya Miley berhasil mengambil kembali perusahaan Adira dan New Adira."Aku mengganti nama menjadi perusahaan triple A,"ucap Miley tegas. "Kenapa tidak tetap jadi perusahaan Adira saja, Miley?" tanya Aland bingung dengan nama asing tersebut."Itu gabungan nama ayah dan nama kecil mamaku, Aland. Adira Ashkelon dengan nama kecil Jenny itu Agatha. Aku gabung menjadi triple A. Sekalian mengenang mereka, Aland." Sesaat Miley tertunduk seperti memendam rindu kepada mereka yang telah meninggal dunia. "Aku akan merawat perusahaan triple A ini untuk kedua orangtuaku."Aland merangkul pundaknya."Oo, begitu. Kita sama-sama menjaganya untuk mereka," ucap Aland menyeka airmata Miley. "Sudah tidak usah sedih-sedih lagi, semua yang telah berlalu tidak dapat diulang. Mereka juga sudah kembali kepada Sang Penciptanya," lanjut Aland menenangkan hati Miley."Iya, Aland. Seenggaknya aku sudah membalaskan dendam mamaku kepada Jason
"Untuk apa kau kemari? Jangan berpikir kau masih terdaftar sebagai anggota keluarga kita!" sarkas pria tua bertubuh buncit.Miley yang baru saja berdiri di pintu ruang ayahnya itu, disambut sarkas oleh Wisnu, adik Kakek dari ayahnya, yang biasa ia panggil Kakek muda dulunya. "Yah, itu jauh lebih baik! Sejak kematian ayahku, aku bukan lagi daftar keluarga besarmu!" sahut Miley santai mengedikkan kedua bahunya bersamaan. "Seharusnya aku menanyakan kabarmu Kakek muda, setelah sekian tahun kita tak pernah bertemu," lanjut Miley tidak terusik dengan kesarkasan Wisnu. Miley menarik napas panjang sembari memangkas jarak dengan pria yang berdiri di pintu, menghalanginya masuk. "Berhenti di situ! Atau kau akan mati!"Miley tertawa kecil mendengarnya. "Mati? Maksudmu, Jason yang akan membunuhku? Haaa, ku pastikan dia tidak berkutik lagi bertemu denganku," ucap Miley sombong.Jelas saja Jason tidak akan bertemu dengannya di sana. Karena pria itu telah di tangan Abian saat ini. Tapi Miley t
"Ke mana kamu membawaku, Aland?" tanya Miley tergopoh-gopoh menyeimbangi langkah Aland yang menarik tangannya.Beberapa menit lalu Aland bilang mau ke perusahaan untuk menyelesaikan pekerjaannya, tapi Aland malah menyuruhnya meninggalkan tas berisi berkas-berkas perusahaan Aland Corp."Masuklah!" titah Aland membukakan pintu mobil untuknya. "Kamu mau mengambil kembali perusahaanmu, kan?" tanya Aland menaikkan salah satu alisnya.Miley tersentak, memang iapun tidak ingin berlama-lama lagi mengambil alih perusahaan Adira dan New Adira. "Kamu tidak bercanda, kan?" tanya Miley urung masuk, berdiri menatap Aland seolah meminta penjelasannya."Itu!" Aland menunjuk tas yang terletak di dasar mobil. "Berkas-berkas perusahaan WinJason ada di dalamnya."Miley mengikuti jari telunjuk Aland. Memang ia menyimpan berkas-berkas perusahaan WinJason di dalam tas tersebut. Miley segera masuk, rasanya sudah tidak sabar segera mengusir adik perempuan ayahnya dari perusahaan WinJason.'Tunggu aku melempa
Sekilas melihat rumah itu saja terasa menyeramkan. Memang rumahnya mewah, tapi tidak terawat. Pohon dan tanaman merambat hampir menutupi pintu rumah tersebut. Selain jauh dari pemukiman warga juga dan beberapa pohon besar hampir menutupi keberadaan rumah tersebut."Masuklah!" titah Jason cukup puas melihat ketiga orang bersamanya heran dengan penampakan rumahnya yang terkesan angker itu. Mereka tidak tahu saja kalau Jason dengan sengaja membuat rumah induknya seperti itu untuk mengelabui siapapun yang sedang mencarinya.Terbukti bertahun-tahun dia selamat dari kejaran polisi dan orang-orang pimpinan Turbo XX dengan bersembunyi di rumah induknya. "Kau jangan coba-coba mempermainkan kita!" berang Abian menarik Jason dengan kasar dari dalam mobil. "Ingat! Aku tidak segan-segan menembak kepalamu itu!" lanjutnya mengarahkan ujung sepatu kulitnya ke pinggang Jason yang tersungkur di tanah.Jason hanya meringis kecil, tidak berdaya melawan karena kedua tangannya terikat kuat ke belakang.
Miley gegas menemui Theo, meminta pria itu mengantarnya ke perusahaan WinJason. Tapi Theo menolak karena tadi Aland berpesan dan tidak mengizinkannya mengantar Miley keluar."Aku mau bertemu dengan wanita itu, Theo?" geram Miley mencondongkan badannya ke depan seraya menumpulkan pandangannya ke wajah Theo. Tekad Miley sudah bulat akan bertemu dengan adik perempuan ayahnya, yang saat ini menghandle sepenuhnya perusahaan WinJason. Dengan semua bukti yang telah ia dapatkan wanita itu tidak akan berani mengelak lagi."Miley, Tuan Muda Aland tidak mengizinkanmu ke sana! Itu yang diperintahkan Tuan Muda Aland tadi kepadaku!" "Jangan mengada-ada ya! Aland tidak ada mengatakan seperti itu tadi!" Miley yang tersulut kesal itu mengeluarkan berkas-berkas perusahaan WinJason dari dalam tasnya. "Ini! Aku sudah mendapatkan semua berkas yang ku perlukan untuk mengambil alih perusahaan WinJason! Sekarang tugasmu hanya mengantarku ke sana, Theo!"Tapi Theo tetap saja tidak mau mengantarnya ke sana.
"Sudah cukup, Miley?" tanya Aland melihatnya membawa tas berisi berkas-berkas perusahaan WinJason menjauh dari kursi Jason."Sudah, aku sudah mendapatkan semua yang ku butuhkan. Sekarang lemparkan saja dia ke penjara, Aland," ucap Miley berdiri di samping Zhin. "Kamu, Zhin?" tanya Aland.Disahuti gelengan kepala cepat dari Zhin. "Cuma lihat wajahnya saja aku sudah takut," ujarnya mencengkeram erat lengan tangan Miley. Kemudian menarik Miley segera meninggalkan tempat itu. "Ayolah, Miley! Aku tidak suka di dalam sini," pintanya menarik-narik tangan Miley."Oke, sekarang aku antar kalian pulang," ucap Aland melemparkan sesuatu dari tangannya kepada Abian."Lakukan seperti rencana kita, ya," pesan Aland sebelum turut mengikuti Miley dan Zhin keluar.Abian mengangguk. Ini kesempatan dirinya membalaskan dendam kematian ayahnya kepada Jason. Tapi niatnya itu segera dihentikan oleh Tuan Benjamin, yang segera keluar dari tempat persembunyiannya setelah Miley dan Zhin pergi dari sana."Kena
Miley berjingkat memutar badan cepat, melihat kearah ranjang, Aland tidur ada di sana."Jam berapa ini?" tanyanya menggeser pandangannya ke jam dinding. "Astaga! Jam sepuluh?" pekiknya tertahan, kemudian menggeser matanya kepada Zhin. Seolah meminta Zhin menjelaskannya."Kamu kenapa, seh? Tinggal mandi saja, lalu, turun," kata Zhin menarik sudut bibirnya kesal dengan sikap Miley yang linglung."Makanya malam itu tahu waktu bergulat panas! Jangan pula sampai pagi, sampai-sampai tak ingat bangun," celetuk Zhin lantas dijawab Miley dengan melempar bantal ke arahnya."Otak mesum!" ketusnya terus melemparinya dengan bantal-bantal. "Kamu juga bakal tahu rasanya setelah menikah ---"Zhin tidak ingin mendengar ocehan Miley, segera berlari keluar kamar. "Cepat mandi sebelum ditinggal!" teriaknya sebelum menutup pintu kamar.Miley mendengus kesal, kemudian mengambil handuk untuk membersihkan tubuhnya. Wajahnya masih terasa panas karena ocehan Zhin tadi, ia malu karena tidak sadar dengan diriny
"I-itu, dia ..." Theo menenggak liurnya. Semua ucapan Miley tadi benar. Miley sudah menjadi istri Tuan Muda Aland, mustahil bisa mendapatkan hatinya. Lagi pula selama ini Miley tidak pernah menanggapi perasaannya. Meski telah berulang kali menunjukkan sikapnya yang hangat.Theo menenggak liurnya. Ada perasaan bersalah telah bersikap kasar kepada Zhin. Melihat gadis cantik itu begitu tulus mencintainya, lalu, hubungan mereka berakhir juga bukan karena Zhin yang tidak lagi mencintai dirinya. Tapi semata-mata karena ancaman Jenny yang tidak pernah menyukainya dekat dengan Zhin. 'Aku egois, tapi ...'"Iya tidak apa-apa, Theo. Tapi aku juga tidak memaksa kalau kamu tidak mau memberitahu. Maafkan aku selalu mengusik ketenanganmu," kata Zhin bangkit berdiri hendak berlalu dari sana. Hatinya sudah bulat melupakan Theo. Percuma juga memaksanya harus kembali, toh Theo pun sudah tak mencintainya. Itu jauh lebih menyakitkannya nanti."Tunggu, Zhin!" panggil Theo refleks menarik tangan Zhin.