Dalam minggu ini, Dion akan sangat sibuk dengan banyak hal. Selain persiapan pensiun dini dan upacara pelepasan purna bakti beberapa anggota Polisi termasuk Dion yang sudah dimasukkan ke dalam daftar anggota Kepolisian yang akan menjalani acara tersebut mulai membereskan sisa-sisa pekerjaannya.
Untuk saat Dion masih melakukan tugasnya termasuk memimpin apel anggota Sabhara Dalmas dan mengawasi latihan fisik para anggotanya. Sementara itu, Jasman dan Peter telah berdiskusi untuk membuat acara perpisahan bagi Dion yang akan segera melepaskan seragamnya.
“Lo udah ngomong belom sama Pak Kapolres?” tanya Jasman separuh berbisik pada Peter. Peter celingukan dan mengangguk.
“Beres! Pokoknya skenarionya dia bakalan kita kerjain abis-abisan!” jawab Peter sembari berbisik pada Jasman. Jasman mengangguk-angguk dan mendengarkan seluruh rencana Peter untuk membuat acara perpisahan Dion jadi berkesan.
“Oke, gue siap! Tapi jangan tanggung y
Venus membuka matanya perlahan. Ia tersenyum kala melihat jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Tubuhnya sudah jauh lebih segar setidaknya dibandingkan kemarin.Tangannya otomatis meraba perut sambil masih berbaring belum sepenuhnya ingin bangun. Meskipun sudah menerima keguguran yang dialaminya, tapi Venus belum bisa sepenuhnya menghapus rasa kehilangan dan penyesalan dalam hatinya.“Uh, aku gak boleh sedih lama-lama. Nanti malah menangis lagi,” gumam Venus sembari bangun dari ranjangnya dan sedikit mengerakkan tubuhnya. Venus merasa seperti pasien di rumah sakit. Ia belum boleh berolahraga dan kembali berlatih bernyanyi. Padahal ia sudah merindukan suasana panggung dan kembali bernyanyi.Setelah membersihkan diri dan mengganti pakaiannya, Venus keluar untuk menemui orang tuanya. Kening Venus mengernyit kala melihat ayah dan ibunya begitu santai dengan pakaian kasual seakan tidak pergi bekerja.“Morning, Mom? Dad? Kalian gak berangkat
Venus Harristian sudah duduk dengan manis di salah satu ruangan yang dipersiapkan khusus untuk Rei di Golden Dragon beberapa jam sebelum ia akan bertarung. Venus datang dan menemani Rei bersama Chloe serta kekasih Rei yaitu Jewel. Sementara orang tua mereka telah berada di aula utama tempat pertarungan berlangsung. Biar bagaimana pun, Venus harus memberikan dukungan pada kakaknya Rei agar ia bisa menang melawan Ares."Kakak yakin mau bertarung habis-habisan seperti ini?" tanya Chloe dengan nada meremehkan. Rei hanya menanggapinya dengan manyun dan terus mengunyah permen karet. Mata Chloe lantas melirik pada Venus yang hanya tersenyum kecil."Ares itu kan gila, Kak!" tambah Chloe lagi separuh berbisik menakut-nakuti Kakaknya. Rei balik menoleh dan mendelik pada Chloe. Wajahnya tidak tersenyum sama sekali dan memang terlihat cemas seperti akan terjadi sesuatu yang buruk."Kamu bukannya dukung Kakak malah nakut-nakutin!" hardik Rei balik memarahi Chloe. Chloe pun h
Dari layar ponsel, terlihat Venus seperti menyerahkan ponselnya untuk dibawa oleh Brema.“Dion, ini gue! Lu mau nonton kan?” tukas Brema menyengir ke arah kamera. Dion tersenyum dan mengangguk. Brema pun mengarahkan ponsel itu kembali pada Rei kemudian keluar.Selain Brema, Devon, dan Andrew yang duduk di kursi roda juga mendampingi Rei. Dion begitu serius menyimak dan agak tegang.Andrew terlihat tak berhenti menyengir menyaksikan Rei akan dihajar habis-habisan oleh Ares. Begitu melihat jika Dion berada di layar ponsel, Andrew langsung melambaikan tangan dengan antusias.“Kamu harus menyaksikan pertarungan ini sampai selesai, mengerti?” tunjuk Andrew pada Dion yang hanya bisa menyengir.Sementara dari sudut lain, Brema mengarahkan kamera pada Ares King yang datang didampingi oleh Jupiter, Aldrich dan Arion.Sementara teman-teman mereka yang lain dan seluruh anggota The Seven Wolves hadir untuk menyaksikan perta
Sementara Arjoona hanya bisa meringis dan melepaskan napas. Ia menggelengkan kepalanya saat melihat Rei kehabisan napas dan bangun setelah di lerai oleh Han. Bibirnya berdarah karena kuatnya pukulan Ares. Ares menggeleng kuat sebelum bersiap untuk bertarung lagi.Ares yang juga terengah mulai berkeringat hebat. Ia meludahkan aliran keringat yang menyentuh bibirnya kemudian memasang kuda-kuda kembali. Dion menelan ludahnya berkali-kali melihat pertarungan tersebut. Baik Rei maupun Ares sudah sama-sama berdarah.Rei pun mulai bergerak untuk mengeluarkan teknik tinjunya melawan Ares yang berusaha mengeluarkan pertarungan jurus pendek. Keduanya bergumul lagi. Ares mencoba mengunci leher dengan siku dan Rei mencoba melepaskan diri dengan menyikut Ares yang begitu kuat mencekiknya.Rei mencekal bagian bawah tubuh Ares sampai ia bisa menindih dan memukulnya lagi. Han tetap menjaga agar pukulan Rei tak melukai bagian vital. Waktu habis dan keduanya harus saling melepas.
Dion langsung mengusap wajah dengan kecewa menunduk. Ia sudah bisa menyangka hasilnya. Rei akan sangat sulit menang melawan Ares. Ares adalah petarung yang kuat dengan ketahanan fisik yang luar biasa. Ia menguasai nyaris lima jenis ilmu bela diri dengan sabuk tertinggi. Pukulannya bisa sangat mematikan dan Dion paling cemas jika Ares marah. Ia bisa sangat brutal memukul lawan. Untungnya ia tidak melakukannya pada Rei.Berakhir sudah pertarungan tersebut atas kemenangan Ares. Itu artinya Rei harus siap ditolak. Ares terlihat datang lalu memeluk Rei tanpa ada dendam dan masalah. Rei hanya tersenyum tipis dan turun dari arena bersamanya.Rei yang terengah lalu memeluk Jewel yang tengah ia perjuangkan. Napas Dion agak sesak melihatnya. Lalu bagaimana dengan dirinya sekarang?Tidak hanya dari Jewel, Rei ikut mendapatkan pelukan dari sang ibu, Claire. Meskipun kalah, Rei mendapatkan senyuman hormat dari James."Aku ...""Obati lukamu! Aku tidak ingin mel
Dion tergopoh-gopoh separuh berlari ke samping bangunan Polres untuk melihat apa yang terjadi. Laporan dari salah satu anggota mengatakan jika Jasman dan Peter berkelahi. Dan benar saja, sewaktu Dion tiba, keduanya tengah bergumul. Beberapa anggota Dalmas malah menyoraki dan bertepuk tangan dengan riuh.“Hei ... hei, apa-apaan ini! berhenti!” tukas Dion langsung menerobos masuk. Ia sampai terbelit tali yang entah dari mana sampai membuatnya tersungkur.“Ah ... “ Dion meringis kesakitan. Peter dan Jasman sontak berhenti dan kaget.“Hah, Komandan! Komandan!” seru Peter dengan panik. Ia mencoba membantu tapi malah terpeleset dan jatuh ke atas tubuh Dion yang masih terduduk kesakitan.“Aduh ...” Dion meringis makin sakit ditimpali oleh Peter. Jasman yang semula ikut berbelit dengan tali yang membelit Dion ikut jatuh ke atas punggung Peter. Jadilah Dion harus menahan dua beban berat badan orang dewasa sekaligus.
“Lu sih! Gue udah bilang ntar Komandan marah, lu gak percaya!” tunjuk Jasman langsung menyalahkan Peter. Peter spontan mendelik pada Jasman.“Enak aja gue doang yang disalahin. Lo kan yang punya ide!”“Ya tapi kan cuma becanda doang!” Dion memejamkan mata mendengar para anggota mulai bertengkar. Tak cukup Jasman dan Peter, anggota lain jadi ikut-ikutan mengomel. “Ini gara-gara kalian berdua! Kita jadi dihukum semua! Kagak bisa naik pangkat sudah gue!”“Sudah cukup!” bentak Dion berbalik dan berkacak pinggang. Seluruh perdebatan itu sontak berhenti. Dion masih mendelik pada seluruh anggotanya yang ada di tempat itu.“Apa sih yang kalian inginkan sebenarnya? Mau berantem? Mau sok jagoan? Apa yang mau dibuktikan coba?” tukas Dion dengan nada kesal dan mulai tinggi.“Kita cuma iseng, Dan.”“Iseng? Ini yang kalian bilang iseng! Kalian ber
“Pokoknya kalau Mas gak mau penuhi ini semua. Kita batal saja deh nikahnya!” “Jangan begitu dong! Kita pasti menikah, aku kan sudah janji sama kamu!” jawab Dion masih lembut dan memelas.“Ya, apa kek usahanya! Pinjem uang di bank kek atau apa gitu! Jangan diem saja kayak batu!” “Aku gak diem, Sayang. Aku sedang usaha buat nabung!”“Alah, nabung apa cuma dapetnya 40 juta!” tukas Laras dengan ketus. Dion mengurut keningnya dan tak tahu harus menjawab apa. Tak lama, pintu ruangannya diketuk oleh salah seorang anggotanya yang memintanya untuk masuk ke ruangan kepala polisi.“Sayang, aku menghadap Pak Kepala dulu ya. Nanti kita bicara lagi!” ujar Dion hendak pamit pada kekasihnya sekejap.“Trus gimana jadinya?”“Iya, aku akan temui Rico. Aku akan minta tolong dia mencarikan pinjaman,” jawab Dion akhirnya menyerah. Setelah menutup sambungan telepon, Dion menghela napas panjang untuk menemui kepala polisi.“Iptu. Dion melapor, Pak!” kepala polisi mempersilahkan Dion yang langsung memberika