Ketika Raka membaca dengan seksama isi dari sobekan kertas dari kitab Wektu Parwa tersebut, ia terkejut bahwa dirinya mampu memahami bahasa yang ditulis menggunakan huruf sansekerta kuno.
Ia membaca dari paragraf pertama hingga ke paragraf akhir. Dan ketika hampir mencapai penutup, Raka baru sadar bila ada kalimat yang pernah ia baca sebelum dirinya masuk ke dalam dunia itu."Ki Demang, kenapa kalimat di setiap paragraf seperti tembang nasehat tanpa kesimpulan. Apa ini semacam mantra?" Pikir Raka."Tidak, itu lebih mirip ke kontrak segel. Ketika sang pahlawan membacanya, maka ia membuka akses khusus ke level selanjutnya. Di sini dijelaskan bila kau bakal mampu mengendalikan energi dari alam untuk memasok energimu ketika kau meminjam barang," ungkap Ki Demang."Jadi yang ditingkatkan adalah caraku untuk mengambil energi di alam?" Raka masih belum mengerti."Bukan hanya itu. Di sini ada upgrade skill khusus, diTanpa disadari oleh Raka, ajakan dari orang asing berwajah sangat mirip dengan Jayabhaya itu telah membuatnya berada di dalam kereta kuda yang ternyata adalah milik dari kerajaan Medang Raya. Ia masih tidak percaya berada satu kereta kuda dengan orang asing yang begitu mirip dengan ketua perkumpulan klan pendekar. Di sepanjang perjalanan, orang asing itu terus menatap ke arah Raka sambil tersenyum. "Ada apa? Kenapa kau melihatku sampai seperti itu?" Raka merasa risih. "Tidak, hanya saja aku terkejut karena kau mengenal saudara kembarku, Jayabhaya. Bagaimana menurutmu? Apa ia orang yang berguna ketika menjadi ketua perkumpulan klan pendekar?" Orang asing itu menatap Raka. "Entahlah, aku hanya tidak suka ketika ia selalu ikut campur urusan orang dengan menggunakan mata Hanacaraka miliknya," ungkap Raka. "Benar juga … ia masih memiliki mata itu. Memang agak membuat orang lain ribet, namun ia sangat baik dan revolusioner. Kau akan mengerti maksudnya ketika hal itu terjadi," pikirnya.
Dengan kemampuan ruang dan waktu miliknya, Raka membawa pergi iblis itu bersama dirinya sebelum tangan satunya mencengkeram erat leher dari Adityawarman. Mereka berdua berpindah tempat agak jauh sekitar satu kilometer dari keberadaan kereta kuda dan pangeran Medang Raya. Ki Demang yang tetap berada di pundak Raka pun memberi aba-aba kepada pemuda itu untuk menggunakan pena saktinya. "Sekarang!" Teriak Ki Demang yang saat itu sedang berada dalam wujud seekor belalang sembah. Dalam keadaan masih tercekik, Raka menulis sesuatu di lengan tangannya. Karena ia sudah berhasil mengupgrade kekuatan dari pena peminjam barang ketika di Sundapura, senjata yang baru saja muncul dan di genggam dari tangan kirinya pun langsung diayunkan ke arah Nagashura. SLASH!!!AAAARGH!!!Tangan dari iblis itu terpotong. Raka berusaha menghindar untuk menjaga jarak. "Dasar bajingan kau!" Tangan yang terpotong
Ki Demang berteriak begitu keras dan mencoba merubah wujudnya menjadi seekor macan putih. Ia melompat ke arah Nagashura yang hendak menebas kepala Raka. Namun ketika pedang itu hampir mengenai tubuh Ki Demang, tiba-tiba iblis hitam muncul entah dari mana dan menendang begitu keras bagian dada dari Nagashura.BRAK!!!IbIis berpangkat pengawal pribadi Raja iblis lantai satu itu pun terlempar jauh hingga menabrak pepohonan di belakangnya. "Kau?!" Ki Demang terkejut akan kedatangan dari iblis hitam. "Apa kau bisa membantuku untuk mengobatinya?!" Iblis hitam langsung membawa keduanya pergi menjauhi area terbuka. Ia menyembunyikan Raka dan Ki Demang di balik pepohonan jauh di dalam hutan. Iblis hitam melesak cepat dan berpindah tempat menggunakan kecepatan bayangannya untuk menghindari kejaran Nagashura. "Aku akan menggunakan riak waktu untuk menghentikan pendarahannya." Ki Demang segera melapisi tubuh Raka dengan energi berwarna hijau lumut yang merupakan riak waktu. Teknik tersebut m
Lantai dasar di menara Kalpawreksa merupakan area hutan lebat nan liar dengan begitu banyak semak-semak tinggi yang tertata rapi. Tumbuhan-tumbuhan yang hidup di dalam lantai tersebut sangatlah berbeda dengan tumbuhan di dunia luar. Banyak sekali binatang dan serangga yang dapat ditemukan di dalam lantai dasar itu. Tidak ada bedanya, postur tubuh dan bentuk dari para binatang dan serangga yang hidup di lantai dasar itu sama persis dengan dunia luar. "Aku ingin bertanya. Kenapa di dalam menara ini ada para binatang dan serangga yang sama seperti di dunia luar? Kukira penampilan mereka akan sedikit berbeda." Raka bersama Indrajit Mahashura menyusuri hutan lebat yang mereka sendiri tidak tahu di mana ujungnya. "Para hewan dan serangga liar itu sebenarnya diperuntukkan untuk makanan kami. Namun banyak iblis yang merasa tidak puas hanya memakan darah dari serangga atau pun hewan lainnya. Karena itu, banyak yang berburu diluar menara," ungkap Indrajit Mahashura. Iblis itu juga menjelask
"Kalian sudah bertemu dengan saudara kembarku, Jayabhaya, giliranku untuk memperkenalkan diri." Sang pangeran tersenyum sambil menundukkan kepalanya ke mereka semua. "Aku adalah Adityawarman, pangeran kerajaan Medang Raya."Seketika raut wajah para tamu asing yang mencoba merangsak masuk ke istana itu pada terdiam dengan mata melotot. Mereka tidak mengira bila orang yang ada di hadapan mereka adalah seorang pangeran. "Pangeran Adityawarman, aku kenal nama itu. Ayahku pernah menceritakan tentang seorang pangeran berbudi luhur yang berada di kerajaan seberang," ungkap Rara Kencana.Adityawarman tidak tahu bila dirinya bisa sebegitu terkenalnya. Namun sayangnya ia tidak mengetahui identitas dari wanita yang begitu menyanjungnya."Maaf, Anda siapa?" Adityawarman merasa penasaran.Raut wajah Rara Kencana langsung mengecil. Ia begitu jengkel karena ternyata pangeran Adityawarman tidak mengenal dirinya. "Wah, ternyata sekelas pangeran Adityawarman saja tidak mengenal putri Rara Kencana," b
Rintik hujan dan udara dingin mendekap tubuh pemuda yang terlihat sedang meringkuk di bawah pohon rindang. Suara tetesan air yang datang bergerombol itu terus mendengung di kedua telinga Raka. "Hujannya lebat sekali," ungkap Raka yang menatap kosong ke arah genangan air di dekatnya."Aku sudah melihat ke area sekitar sini. Sepertinya ada satu energi besar yang terkumpul di arah timur. Aku rasa di sana adalah tempat gua bawah tanah berada," pikir Iblis hitam yang duduk di samping tubuh pemuda itu. "Baiklah … nanti kita akan ke sana…." Raka terlihat begitu lemas dan malas bergerak. Ia hanya ingin meringkuk diam dengan mengenakan selimut tebal yang ia pinjam. Begitu jengkelnya, Indrajit Mahashura langsung menarik selimut itu dan menyuruh pemuda malas itu untuk berdiri. Kurang ajarnya, Raka malah menyapa Indrajit Mahashura dengan menguap lebar. Ia bahkan mengucek matanya yang masih terlihat sayup. "Cobalah untuk fokus! Kita sedang berada di wilayah para iblis, bukan di hutan dekat ker
"Eh, tidak kena!" Raka meledek dengan menghindari ayunan pedang dari tengkorak itu. Ia menendang iblis tengkorak yang mengayunkan pedang ke lehernya hingga jatuh ke dalam jurang. Di sisi lain, iblis hitam menggunakan teknik pengikat bayangan untuk menghentikan serangan dari tombak iblis tengkorak. Sekujur tubuh iblis itu diikat oleh tali yang tercipta dari bayangan yang berasal dari bawah kaki sang iblis. Dengan sekejap, iblis tengkorak itu ditarik paksa dan masuk ke dalam penjara bayangan milik Indrajit Mahashura. Namun serangan para iblis tengkorak tidak berhenti di situ. Puluhan iblis lainnya mendatangi keduanya seakan ingin meminta tanda tangan kepada idolanya. "Mereka datang lagi!" Iblis hitam menggunakan bayangannya dan menciptakan sebuah pedang hitam. "Mereka para kumpulan tulang yang menyebalkan! Aku punya satu senjata yang cocok untuk membantai kalian!" Raka mulai kesal. Ia menulis sesuatu di telapak
Lima puluh prajurit yang menjaga raja iblis Sharabha bergerombol dan maju menyerang Raka dan iblis hitam secara bersamaan. Mereka semua mengangkat senjata sambil berteriak dengan lantang seraya mengaum bagaikan seekor singa. "Lucu sekali, kalian ini iblis kambing, tapi kenapa suara kalian malah justru seperti seekor singa kelaparan?" Raka mengeluarkan photon saber miliknya. Ia menggunakan skill tambahan dengan meminjam kemampuan psikis dari salah satu karakter pendekar pedang luar angkasa kesukaannya. Kemampuan untuk melakukan telekinesis ini membuat pemuda itu bisa menghentikan laju para kambing-kambing iblis berbulu hitam dan berzirah biru tua itu dalam sekejap. "Indrajit!" Raka memberi tanda kepada temannya. Iblis hitam melesak cepat dengan mempergunakan bayangan dari para iblis kambing. Ia muncul secara tiba-tiba dari bawah kaki mereka dan menebas leher masing-masing dari para pengawal raja Sharabha. SLASH! SLASH! SLASH!Indrajit seperti menari dalam latar panggung yang semua