"Eh, tidak kena!" Raka meledek dengan menghindari ayunan pedang dari tengkorak itu.
Ia menendang iblis tengkorak yang mengayunkan pedang ke lehernya hingga jatuh ke dalam jurang.Di sisi lain, iblis hitam menggunakan teknik pengikat bayangan untuk menghentikan serangan dari tombak iblis tengkorak. Sekujur tubuh iblis itu diikat oleh tali yang tercipta dari bayangan yang berasal dari bawah kaki sang iblis.Dengan sekejap, iblis tengkorak itu ditarik paksa dan masuk ke dalam penjara bayangan milik Indrajit Mahashura. Namun serangan para iblis tengkorak tidak berhenti di situ. Puluhan iblis lainnya mendatangi keduanya seakan ingin meminta tanda tangan kepada idolanya."Mereka datang lagi!" Iblis hitam menggunakan bayangannya dan menciptakan sebuah pedang hitam."Mereka para kumpulan tulang yang menyebalkan! Aku punya satu senjata yang cocok untuk membantai kalian!" Raka mulai kesal. Ia menulis sesuatu di telapakLima puluh prajurit yang menjaga raja iblis Sharabha bergerombol dan maju menyerang Raka dan iblis hitam secara bersamaan. Mereka semua mengangkat senjata sambil berteriak dengan lantang seraya mengaum bagaikan seekor singa. "Lucu sekali, kalian ini iblis kambing, tapi kenapa suara kalian malah justru seperti seekor singa kelaparan?" Raka mengeluarkan photon saber miliknya. Ia menggunakan skill tambahan dengan meminjam kemampuan psikis dari salah satu karakter pendekar pedang luar angkasa kesukaannya. Kemampuan untuk melakukan telekinesis ini membuat pemuda itu bisa menghentikan laju para kambing-kambing iblis berbulu hitam dan berzirah biru tua itu dalam sekejap. "Indrajit!" Raka memberi tanda kepada temannya. Iblis hitam melesak cepat dengan mempergunakan bayangan dari para iblis kambing. Ia muncul secara tiba-tiba dari bawah kaki mereka dan menebas leher masing-masing dari para pengawal raja Sharabha. SLASH! SLASH! SLASH!Indrajit seperti menari dalam latar panggung yang semua
Pedang milik Sharabha berhasil ditahan oleh Raka. Meski begitu, pemuda itu terlihat kesulitan untuk menahan beban yang begitu besar milik Sharabha yang terus menekannya hingga terpojok ke lantai. "Raka!" Teriak Iblis hitam.Ia hendak menolong pemuda itu, namun tiba-tiba Sharabha menarik pedangnya dan kembali mengayunkannya ke arah Raka. Pemuda itu segera menghunuskan tombak Trium, yang merupakan senjata gabungan dari petir milik Zeus, trisula milik Poseidon dan tombak garpu tala milik Hades ke arah Sharabha. JEGEEER!!!Kilatan petir putih menyeruak dan menyerang tubuh raja iblis itu hingga membuatnya terlempar jauh ke belakang. Petir yang menyambar tubuh Sharabha begitu besar dan membuat iblis itu terlihat kesakitan. "Ku–kurang ajar!" Sharabha tidak mengira akan datangnya serangan itu. "Jangan hanya gunakan kekuatan senjata itu, tapi gunakan juga kemampuan psikis para dewa yang memiliki senjata itu," ungkap Ki Demang."Aku tahu itu, namun bayarannya terlalu besar. Energiku akan l
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Iblis hitam."Masih sedikit pusing. Sekarang lebih baik kau membantu Ki Demang untuk menemukan sobekan dari kitab Wektu Parwa. Sepertinya sobekan itu berada di sekitar istana ini," ungkap Raka. "Baiklah, tetaplah diam di situ sampai kami kembali." Iblis hitam segera menyusul serigala hitam itu. Ketika Raka ditinggal sendiri, ia membayangkan hidupnya sebelum dirinya terjebak di dalam dunia asing itu. Kedua matanya tertutup, pikirannya melayang membelah alam bawah sadar. Ia teringat dengan kursi dan meja kantornya. Banyak hal yang terpajang di sana. Namun ketika Raka mencoba melihat sebuah foto yang tergeletak di atas meja, orang yang di foto tersebut malah hanya terlihat sebagai siluet hitam saja. Tanpa sadar, air matanya terjatuh membasahi pipinya. Ia merasakan kesedihan yang tidak ia mengerti. Dirinya merasa kehilangan sesuatu yang menurutnya penting. Anehnya semakin ia mengingatnya, justru Raka semakin meneteskan air mata. "Apa ini? Kenapa air mataku
Dua pria berbeda ras itu pun terdiam untuk sesaat. Ketika fokus mereka sedang melalang buana menjelajahi dunia tentang rumah aneh yang ternyata mobil karavan ala negeri uncle sam, tiba-tiba semuanya buyar oleh kedatangan iblis kucing yang malah dipenuhi oleh keimutan. "Ku–kucing!" Raka tidak merasa terancam. Matanya justru merekah bagai bunga yang baru saja mekar. Ingin rasanya ia mengelus bulu halus iblis itu. "Jangan mendekat!" Tegas iblis kucing itu. "Kau berasal dari klan mana? Apa kau tinggal di lantai satu ini?" Indrajit mencoba bernegosiasi dengan sosok asing itu. "Kau… kau adalah iblis, bukan? Kenapa bergaul dengan manusia?!" Ia merasa bingung. Tali busurnya ditarik erat dan ujung anak panahnya ia arahkan tepat ke wajah Indrajit Mahashura. Ia tampak gemetar dan takut ketika merasakan pancaran energi milik Indrajit Mahashura. Setahu dirinya, iblis yang memiliki energi sebesar ini hanyalah para bangsawan di atas lantai lima dan juga seorang raja. "Iya, aku adalah iblis." I
"Siapa namamu?" Indrajit menoleh ke iblis kucing itu. "Aku, Raksena. Apa menurutmu kita bisa mendekati istana bila menggunakan cara ini?" Raksana melihat kedua buronan itu mengenakan jubah hitam yang terbuat dari kulit hewan. Jubah tersebut dilengkapi oleh tudung untuk menutupi kepala keduanya. Sebelum digunakan, Indrajit mengguyur jubah itu dengan darah dari iblis lain yang ia bunuh. Dengan tambahan aksesoris dari Raka, mereka bisa menekan pancaran energi mereka agar tidak bisa dirasakan oleh sekitarnya. "Mungkin keberhasilannya sekitar delapan puluh persen." Raka sedang membuat list beberapa senjata yang harus ia gunakan. Maklum saja, pertarungan terakhir melawan raja Sharabha belum membuat energinya pulih sepenuhnya. "Itu adalah jalanan utama menuju ke ruang bawah tanah di gunung terbesar di lantai ini. Di sana ada istana raja Nimraha, kau harus mencapai aula utama sebelum sepuluh penunggang bayangan hitam," ungkap Raksena.Jalanan tersebut hanya berupa tanah tanpa aspal atau p
"Apa yang terjadi? Gelap sekali. Aku tidak bisa melihat cahaya," ungkap Raka yang masih hanyut di dalam ketidaksadarannya. Ia mengarungi alam bawah sadarnya sendiri, berada di dalam ruangan gelap, di mana sebagian dirinya mengambang di atas air yang dalamnya tidak berujung. Terus saja menatap ke arah atas, berusaha mencari titik cahaya yang tidak mungkin muncul. Efek ini terjadi setelah semua kebahagiaannya direnggut oleh sang penunggang bayangan hitam. Hampa, sunyi, sepi, seorang diri ia menanggapi gema suaranya sendiri. Namun ketika ia menoleh perlahan ke arah kiri, ada titik cahaya yang perlahan mendekat dan kian membesar. Dalam sekejap, Raka dibawa pergi dan semua ruangan gelap itu pun berubah menjadi sebuah ruangan di dalam kantor. Banyak orang yang lalu-lalang sambil mengenakan name tag. Raka melihat ada satu meja kosong uang dihiasi begitu banyak karangan bunga. Foto yang yang terpajang di atas meja kosong itu adalah dirinya sendiri. Mengenakan jas hitam dan tersenyum lepa
"Sepertinya kau tampak puas dengan keberadaanku. Apa baru pertama kali melihat makananmu yang akan balik justru memakanmu?" Raka menatap dengan sorot mata yang begitu tajam. Genggaman erat kedua gagang pedangnya menjadi lebih kuat. Ia masih membutuhkan waktu lebih lama untuk bisa memulihkan seluruh energi miliknya. Namun Raka tahu bila dirinya tidak bisa hanya mengandalkan kedua pedang yang sedang ia genggam. "Ucapanmu sesuai dengan derajatmu. Rendah, kotor, tidak terdidik, dan juga tidak memiliki sopan santun!" Nimraha turun dari singgasananya. Si iblis berwujud manusia kucing dengan tubuh berwarna ungu tua dengan mengenakan pakaian ala kerajaan Mesir. Wujud kucingnya seperti kucing penjaga patung Sphinx, tanpa bulu tebal dan hanya kulit saja. Kedua matanya memiliki warna kuning keemasan. Dan jari-jarinya dilengkapi dengan barisan kuku tajam sepanjang hampir lima sentimeter. Cara Nimraha berjalan selayaknya seorang raja yang anggun dan memiliki sikap yang terhormat. Bahkan ia men
Dalam waktu yang berhenti, sosok asing yang berdiri di hadapan Raka itu menjelaskan bila dirinya yang memiliki kuasa atas kitab Wektu Parwa. Ia adalah pencipta dan juga pemelihara dari kitab yang mampu mengendalikan kitab ruang dan waktu. "Aku tidak tahu bila kau adalah pemilik asli dari kitab itu," ungkap Raka. "Tidak perlu di khawatirkan, aku juga tidak mempermasalahkan hal itu." Sosok itu menjentikkan jarinya.SNAP!!!Ruangan raja iblis Nimraha berubah menjadi sebuah tempat nan luas tanpa adanya dinding dan langit-langit. Semuanya berwarna putih. Tidak ada ujung atau pun sudut ruangan yang dilihat oleh kedua mata Raka. Pemuda itu bertanya pada dirinya sendiri, tempat asing apa lagi yang sedang ia kunjungi. Sedari tadi dirinya hanya menoleh ke segala arah tanpa mempedulikan senyuman tipis dari sosok di depannya. Ia sepertinya tahu bila Raka sedang kebingungan. Tangan hangat menyentuh pundak Raka dengan begitu lembutnya. Sosok itu mencoba menenangkan kekhawatiran dari pemuda itu.