"Kalian sudah bertemu dengan saudara kembarku, Jayabhaya, giliranku untuk memperkenalkan diri." Sang pangeran tersenyum sambil menundukkan kepalanya ke mereka semua. "Aku adalah Adityawarman, pangeran kerajaan Medang Raya."Seketika raut wajah para tamu asing yang mencoba merangsak masuk ke istana itu pada terdiam dengan mata melotot. Mereka tidak mengira bila orang yang ada di hadapan mereka adalah seorang pangeran. "Pangeran Adityawarman, aku kenal nama itu. Ayahku pernah menceritakan tentang seorang pangeran berbudi luhur yang berada di kerajaan seberang," ungkap Rara Kencana.Adityawarman tidak tahu bila dirinya bisa sebegitu terkenalnya. Namun sayangnya ia tidak mengetahui identitas dari wanita yang begitu menyanjungnya."Maaf, Anda siapa?" Adityawarman merasa penasaran.Raut wajah Rara Kencana langsung mengecil. Ia begitu jengkel karena ternyata pangeran Adityawarman tidak mengenal dirinya. "Wah, ternyata sekelas pangeran Adityawarman saja tidak mengenal putri Rara Kencana," b
Rintik hujan dan udara dingin mendekap tubuh pemuda yang terlihat sedang meringkuk di bawah pohon rindang. Suara tetesan air yang datang bergerombol itu terus mendengung di kedua telinga Raka. "Hujannya lebat sekali," ungkap Raka yang menatap kosong ke arah genangan air di dekatnya."Aku sudah melihat ke area sekitar sini. Sepertinya ada satu energi besar yang terkumpul di arah timur. Aku rasa di sana adalah tempat gua bawah tanah berada," pikir Iblis hitam yang duduk di samping tubuh pemuda itu. "Baiklah … nanti kita akan ke sana…." Raka terlihat begitu lemas dan malas bergerak. Ia hanya ingin meringkuk diam dengan mengenakan selimut tebal yang ia pinjam. Begitu jengkelnya, Indrajit Mahashura langsung menarik selimut itu dan menyuruh pemuda malas itu untuk berdiri. Kurang ajarnya, Raka malah menyapa Indrajit Mahashura dengan menguap lebar. Ia bahkan mengucek matanya yang masih terlihat sayup. "Cobalah untuk fokus! Kita sedang berada di wilayah para iblis, bukan di hutan dekat ker
"Eh, tidak kena!" Raka meledek dengan menghindari ayunan pedang dari tengkorak itu. Ia menendang iblis tengkorak yang mengayunkan pedang ke lehernya hingga jatuh ke dalam jurang. Di sisi lain, iblis hitam menggunakan teknik pengikat bayangan untuk menghentikan serangan dari tombak iblis tengkorak. Sekujur tubuh iblis itu diikat oleh tali yang tercipta dari bayangan yang berasal dari bawah kaki sang iblis. Dengan sekejap, iblis tengkorak itu ditarik paksa dan masuk ke dalam penjara bayangan milik Indrajit Mahashura. Namun serangan para iblis tengkorak tidak berhenti di situ. Puluhan iblis lainnya mendatangi keduanya seakan ingin meminta tanda tangan kepada idolanya. "Mereka datang lagi!" Iblis hitam menggunakan bayangannya dan menciptakan sebuah pedang hitam. "Mereka para kumpulan tulang yang menyebalkan! Aku punya satu senjata yang cocok untuk membantai kalian!" Raka mulai kesal. Ia menulis sesuatu di telapak
Lima puluh prajurit yang menjaga raja iblis Sharabha bergerombol dan maju menyerang Raka dan iblis hitam secara bersamaan. Mereka semua mengangkat senjata sambil berteriak dengan lantang seraya mengaum bagaikan seekor singa. "Lucu sekali, kalian ini iblis kambing, tapi kenapa suara kalian malah justru seperti seekor singa kelaparan?" Raka mengeluarkan photon saber miliknya. Ia menggunakan skill tambahan dengan meminjam kemampuan psikis dari salah satu karakter pendekar pedang luar angkasa kesukaannya. Kemampuan untuk melakukan telekinesis ini membuat pemuda itu bisa menghentikan laju para kambing-kambing iblis berbulu hitam dan berzirah biru tua itu dalam sekejap. "Indrajit!" Raka memberi tanda kepada temannya. Iblis hitam melesak cepat dengan mempergunakan bayangan dari para iblis kambing. Ia muncul secara tiba-tiba dari bawah kaki mereka dan menebas leher masing-masing dari para pengawal raja Sharabha. SLASH! SLASH! SLASH!Indrajit seperti menari dalam latar panggung yang semua
Pedang milik Sharabha berhasil ditahan oleh Raka. Meski begitu, pemuda itu terlihat kesulitan untuk menahan beban yang begitu besar milik Sharabha yang terus menekannya hingga terpojok ke lantai. "Raka!" Teriak Iblis hitam.Ia hendak menolong pemuda itu, namun tiba-tiba Sharabha menarik pedangnya dan kembali mengayunkannya ke arah Raka. Pemuda itu segera menghunuskan tombak Trium, yang merupakan senjata gabungan dari petir milik Zeus, trisula milik Poseidon dan tombak garpu tala milik Hades ke arah Sharabha. JEGEEER!!!Kilatan petir putih menyeruak dan menyerang tubuh raja iblis itu hingga membuatnya terlempar jauh ke belakang. Petir yang menyambar tubuh Sharabha begitu besar dan membuat iblis itu terlihat kesakitan. "Ku–kurang ajar!" Sharabha tidak mengira akan datangnya serangan itu. "Jangan hanya gunakan kekuatan senjata itu, tapi gunakan juga kemampuan psikis para dewa yang memiliki senjata itu," ungkap Ki Demang."Aku tahu itu, namun bayarannya terlalu besar. Energiku akan l
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Iblis hitam."Masih sedikit pusing. Sekarang lebih baik kau membantu Ki Demang untuk menemukan sobekan dari kitab Wektu Parwa. Sepertinya sobekan itu berada di sekitar istana ini," ungkap Raka. "Baiklah, tetaplah diam di situ sampai kami kembali." Iblis hitam segera menyusul serigala hitam itu. Ketika Raka ditinggal sendiri, ia membayangkan hidupnya sebelum dirinya terjebak di dalam dunia asing itu. Kedua matanya tertutup, pikirannya melayang membelah alam bawah sadar. Ia teringat dengan kursi dan meja kantornya. Banyak hal yang terpajang di sana. Namun ketika Raka mencoba melihat sebuah foto yang tergeletak di atas meja, orang yang di foto tersebut malah hanya terlihat sebagai siluet hitam saja. Tanpa sadar, air matanya terjatuh membasahi pipinya. Ia merasakan kesedihan yang tidak ia mengerti. Dirinya merasa kehilangan sesuatu yang menurutnya penting. Anehnya semakin ia mengingatnya, justru Raka semakin meneteskan air mata. "Apa ini? Kenapa air mataku
Dua pria berbeda ras itu pun terdiam untuk sesaat. Ketika fokus mereka sedang melalang buana menjelajahi dunia tentang rumah aneh yang ternyata mobil karavan ala negeri uncle sam, tiba-tiba semuanya buyar oleh kedatangan iblis kucing yang malah dipenuhi oleh keimutan. "Ku–kucing!" Raka tidak merasa terancam. Matanya justru merekah bagai bunga yang baru saja mekar. Ingin rasanya ia mengelus bulu halus iblis itu. "Jangan mendekat!" Tegas iblis kucing itu. "Kau berasal dari klan mana? Apa kau tinggal di lantai satu ini?" Indrajit mencoba bernegosiasi dengan sosok asing itu. "Kau… kau adalah iblis, bukan? Kenapa bergaul dengan manusia?!" Ia merasa bingung. Tali busurnya ditarik erat dan ujung anak panahnya ia arahkan tepat ke wajah Indrajit Mahashura. Ia tampak gemetar dan takut ketika merasakan pancaran energi milik Indrajit Mahashura. Setahu dirinya, iblis yang memiliki energi sebesar ini hanyalah para bangsawan di atas lantai lima dan juga seorang raja. "Iya, aku adalah iblis." I
"Siapa namamu?" Indrajit menoleh ke iblis kucing itu. "Aku, Raksena. Apa menurutmu kita bisa mendekati istana bila menggunakan cara ini?" Raksana melihat kedua buronan itu mengenakan jubah hitam yang terbuat dari kulit hewan. Jubah tersebut dilengkapi oleh tudung untuk menutupi kepala keduanya. Sebelum digunakan, Indrajit mengguyur jubah itu dengan darah dari iblis lain yang ia bunuh. Dengan tambahan aksesoris dari Raka, mereka bisa menekan pancaran energi mereka agar tidak bisa dirasakan oleh sekitarnya. "Mungkin keberhasilannya sekitar delapan puluh persen." Raka sedang membuat list beberapa senjata yang harus ia gunakan. Maklum saja, pertarungan terakhir melawan raja Sharabha belum membuat energinya pulih sepenuhnya. "Itu adalah jalanan utama menuju ke ruang bawah tanah di gunung terbesar di lantai ini. Di sana ada istana raja Nimraha, kau harus mencapai aula utama sebelum sepuluh penunggang bayangan hitam," ungkap Raksena.Jalanan tersebut hanya berupa tanah tanpa aspal atau p