Setelah tau kenapa Sara menangis dan Bryan yang shock, gantian ketiganya yang shock setelah mendengar cerita Sara. Mereka sempat hening beberapa saat, Bryan melihat arlojinya lalu dia berdehem. "Udah jam masuk Kantor, Tiara dan Rani tolong antarkan Sara ke ruangannya," kedua gadis itu menganggukkan kepalanya dan pergi dari sana meninggalkan kedua pemuda tampan itu. "Itu kejadian kapan? Kenapa Kakak tidak tau kejadian itu""Sudah lama, 2 bulan sebelum kita ketemu," sahutnya santai. Pemuda itu menganggukkan kepalanya. ****Saat ini jam pulang Kantor, Sara terlihat sedang membereskan meja kerjanya. "Enak ya yang tidak punya banyak kerjaan, anda melobi Pak Bryan?" sahut Fitri asal. Sara yang mendengar itu mengerutkan keningnya dan menoleh pada Fitri, "Maksudnya apa?"Gadis itu berdecak sebal, "Tidak usah sok polos, kamu melobi Pak Bryan kan? Kenapa kamu kembali lagi ke sini? Bukannya enak kerja dengan Pak Zein?" Sara menaikkan sebelah alisnya, "Itu urusan saya bukan urusan kamu," sa
Sara sudah sampai di apartemen pemuda itu, di sana ada Erham dan Fitri. Gadis itu menatap sinis ke arahnya dan Sara menghiraukannya saja. "Kalau mau ambil minum boleh ambil sendiri di dapur, di sana juga ada makanan yang bisa kalian makan. Anggap saja rumah sendiri," sahutnya santai setelah Bryan keluar dari kamarnya dengan pakaian santai. Sara hanya mengangguk saja mendengar itu, dia duduk di depan Erham dan mengeluarkan laptopnya. "Kamu tolong cari bungalow yang cukup luas, kalau bisa ambil 3 bungalow," sahutnya pada Sara sambil duduk di samping Erham"Untuk apa Pak?" "Family Gathering," sahutnya santai.Sara hanya mengangguk saja, "Untuk berapa hari?""3 hari 2 malam, usahakan tempatnya strategis. Tidak jauh dari pusat kota, minimarket atau supermarket. Agak jauh dari rumah warga itu bagus" gadis itu hanya mengangguk saja. Sara mulai bekerja, mereka berempat sibuk dengan kerjaan masing-masing dan suasana cukup hening. ****Saat ini Sara terus mengelus dadanya karena dia dan Fi
Sepanjang perjalanan menuju ke jakarta suasana hening, Sara yang sibuk melihat ke arah jendela dan Bryan yang fokus dengan jalan. Beruntungnya tidak macet panjang. Mereka benar-benar diam dari pergi tadi sampai sekarang. "Kalau kamu lapar bilang, kita belum sempat makan malam," sahut pemuda itu santai. Gadis itu hanya mengangguk saja, "Maaf, kamu pasti terkejut karena bentakan saya tadi,"Sara langsung menoleh ke arah Bryan dan kembali menganggukkan kepalanya, "Ada yang sakit? Perlu ke Rumah Sakit?" gadis itu menggelengkan kepalanya. Bryan yang melihat itu menghembuskan nafas panjang, suasana kembali hening. Hanya terdengar suara nafas mereka masing-masing dan mendengar klakson mobil. "Kamu tidur saja, nanti saya bangunkan saat sudah sampai, saya akan cari restoran" sahutnya. Sara kembali tidak membuka suaranya, tapi dia membenarkan posisi kursinya dan memejamkan matanya.Sara memang sudah mengantuk, sebetulnya dia menemani pemuda itu agar Bryan tidak mengantuk, tapi dia bingung
Setelah mereka kembali, Bryan bilang pada panitia untuk tidak bermain game di hutan. Karena berbahaya bahkan Sara menemukan ular di atas pohon. Mereka mengangguk dan menggantinya bermain di kebun yang ada di sana saja. Kebun itu aman asal jangan merusaknya, di sana ada kebun pohon pisang dan pohon bambu. Segera mereka mengikat pita ke masing-masing pohon, setelah itu mereka mengumpulkan para karyawan dan mulai bermain game kembali. Permainan itu berjalan sesuai rencana dan selesai saat jam makan siang, mereka beristirahat dulu untuk makan dan sembahyang bagi yang muslim. Bryan, Tiara, Sara dan Erham sedang berkumpul di teras aula sedang mengobrol santai sambil menunggu para karyawan yang sedang makan dan sedang sembahyang. "Kita harus mencari kayu bakar, kalo bisa gausah beli sayang kalo nanti ada sisa," sahut Tiara. "Ambil dari hutan aja, tadi saya lihat ada ranting pohon yang bertebaran di tanah," sahut Sara. Bryan dan Erham mengangguk, "Kita ambil saja di sana sedapatnya, ka
Setelah sampai di rumah sakit, pemuda itu membawa Sara ke UGD dengan kursi roda.Setelah masuk ke dalam UGD Sara langsung diperiksa oleh Dokter, pemuda itu keluar sebentar untuk membayar administrasi rumah sakit. Setelah selesai bayar dia kembali ke UGD, "Bagaimana keadaannya Dok?" tanya pemuda itu pada Dokter yang telah selesai memeriksa Sara. "Kakinya infeksi, itulah penyebab kakinya merasa kebas dan sakit. Saya sudah memberikan obat minum dan obat oles. Jangan banyak gerak dulu sampai lukanya sembuh," sahutnya. Pemuda itu mengangguk, Sara akan diinfus dulu karena harus masuk obat, setelah infusan habis dia bolehkan pulang."Saya bawakan baju ganti, kamu tunggu sini,""Memangnya koper saya ada di mobil?" pemuda itu mengangguk, dia pergi dari sana.Gadis itu mengambil ponselnya dan mengabari Tiara dan Rani kalau dia sudah sampai Jakarta dengan selamat. "Untung aja ga dijait" sahutnya sambil menatap kakinya. Dia pikir lukanya akan dijahit, dokter yang ada di tenda kesehatan mengob
Terlihat seorang pemuda tampan sedang duduk di meja kebesarannya, di atas meja tersedia 3 botol minuman beralkohol yang berkadar alkohol tinggi. Sudah lama dia tidak menyentuh minuman alkohol itu.Penampilan pemuda itu terlihat acak-acakan, dia terlihat memejamkan matanya dengan sebelah tangan yang menutupi separuh wajahnya. Ia berada di ruang kerjanya yang ada di apartemennya saat ini. "Tumben sekali minum" tanya Erham sambil menuangkan alkohol ke dalam gelasnya. Pemuda itu terkejut saat masuk ke dalam ruang kerja sang adik, Bryan hanya menoleh pada sekilas pada sang kakak. Setelah itu dia kembali ke posisi semula, "Ada apa?" tanya pemuda itu serak. Erham menggelengkan kepalanya, "Hanya mau memastikan kalau kamu masih hidup" sahutnya santai. Bryan hanya tersenyum tipis, Erham memang sangat khawatir pada pemuda itu. Semenjak kepergian Fanya. Bryan selalu menghabiskan waktu sendirian dengan minum-minum dan larut dalam penyesalannya. Bryan memang terlihat baik-baik saja di luar,
Saat ini apartemen gadis itu ramai dengan Tiara, Rani dan Erham. Mereka khawatir dengan gadis cantik itu. Bryan tidak ada di sana karena dia ada urusan, "Kamu tinggal sama siapa? Mau aku temenin?" tanya Tiara sambil mencomot buah semangka yang sudah Rani potongan-potong. "Adekku, dia tinggal di sini,""Ga jauh memang dari tempat kerjanya?"Sara menggeleng kepalanya, "Engga, malah lebih deket dari sini daripada kos-kosannya,""Dia jadi ngekos?" Sara mengangguk, "Iya uda lama, mau 2 bulan. Dari rumah ke tempat kerjanya jauh, dia juga pengen mandiri katanya,"Tiara hanya mengangguk saja, Rani diam saja mendengarkan karena dia tidak tau mereka sedang membicarakan topik apa. Erham ada di kamar gadis itu, dia sedang menerima telpon. Setelah selesai Erham bergabung dengan mereka dan lanjut mengobrol bertiga. "Kak, si Kak Bryan kenapa? Apa sebegitu dia ga pengen aku keluar dari perusahaan sampe bucin gitu," sahut Sara mengadu pada pemuda itu. Erham kedua bahunya, "Tanya aja sama orangnya
"Kakak beneran mau temeni saya Chek up lusa? Bukannya Kakak sedang sibuk?" sahutnya setelah sambungan terhubung. [Iya, kebetulan saya sedang tidak sibuk jam berapa kamu berangkat?]"Jam 8 pagi, saya akan pergi sama Bibi saja atau minta antar Adik saya,"[Sudah saya bilang jangan bebani Adik kamu, Bibi juga nanti akan membersihkan Apartemenmu dan memasak. Sudah turuti saja, saya ingin memastikan sendiri kalau kamu baik-baik saja]Sara hanya menghela nafas panjang, susah memang menyahuti pemuda yang keras kepala ini dia selalu lupa kalau Bosnya ini memang keras kepala. "Ya sudah kalau begitu terserah Kakak saja," sahutnya santai. Bryan tersenyum di sebrang sana, dia memutuskan sambungannya karena dia harus rapat. Gadis itu hanya bisa misuh-misuh saja, lalu dia menoleh pada kakinya dia sudah mulai bisa menggerakan kakinya leluasa meski masih sedikit sakit. Lukanya juga sudah mulai sembuh, kali ini dia meminta bibi untuk melepas perbannya agar lukanya lebih cepat kering. Saat akan pe
"Maaf menunggu lama" sahut Sara, wanita itu langsung duduk di depan Zein.Pemuda itu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Santai saja, sudah pesan?"Wanita itu menganggukkan kepalanya, "Jadi ada apa Kak?""Bagaimana kabar kamu dan Bryan?""Baik" sahutnya terlihat bingung karena pemuda itu tidak menjawab pertanyaannya."Baguslah dia mendengar ucapanku" Sara mengerutkan keningnya bingung, "Kamu harus berterimakasih sama Rani, Tiara dan saya karena sudah membantu hubungan kalian berdua"Sara terlihat tersenyum, "Baiklah terimakasih Tuan, jadi ada apa Tuan memanggil saya? Tidak biasanya Tuan mengajak saya bertemu, biasanya Tuan akan langsung muncul di depan rumah kalau merindukan saya dan Kila""Dengarkan baik-baik ucapan saya dan jangan kamu potong ucapan saya" Sara menganggukkan kepalanya, saat pemuda itu ingin mengeluarkan suaranya. Pelayan datang membawa pesanan Sara.Setelah pelayanan
1 bulan kemudian"Saya bersumpah sebagai saksi akan memberikan keterangan yang sebenarnya, tidak lain dari sebenarnya" sahut Sari sambil mengangkat tangan kanan ke atas dan tangan kiri memegang sebuah map.Setelah mengucapkan sumpah saksi, gadis itu duduk di kursi saksi. Di kursi terdakwa ada Tiara, Bimo dan 3 anak Bram dan pengacara dari masing-masing mereka.Di kursi pengunjung ada Sara, orang tua Sara, Sintya, Bryan, Erham, Tiara dan Rani yang menghadiri persidangan. Kila tidak ikut, dia diasuh oleh Ayah Bryan dan Erham.Sari ditanya oleh beberapa pertanyaan oleh jaksa, gadis itu menjawabnya dengan lugas dan tegas ia juga memberikan beberapa bukti kuat yang dia punya.Di kursi terdakwa mereka berlima hanya diam saja tidak ada perlawanan, gadis itu sudah berjanji pada Sari akan menyerahkan diri ke polisi setelah penculikan Kila.Setelah beberapa jam persidangan dan beberapa saksi serta terdakwa sudah ditanya oleh Jaksa dan mahkamah agung sudah berdiskusi dengan dua rekan yang duduk
"Kamu tidur di kasur dengan Kila, aku akan tidur di Sofa" sahut Bryan sambil menata sofa yang ada di kamarnya."Biar aku saja, Kakak masih dalam masa pemulihan" "Aku sudah baik-baik saja, kasian Kila kalau harus kamu gendong ke Sofa""Aku saja yang tidur di Sofa, Kakak dan Kila tidur di kasur" sahutnya sambil menghampiri Bryan."Bisakah sekali saja kamu menuruti perkataanku" sahutnya sambil menatap lamat wajah cantik Sara dan sebelah tangannya menahan sebelah tangan Sara yang akan mengambil selimut."Kakak-" ucapannya terpotong karena Bryan mengecup bibir wanita itu, membuat Sara terkejut."Sssttt, nanti Kila bangun" lirihnya tepat di depan bibir wanita itu.Bryan menatap wajah Sara dan menatap bibir mungil dan pink alami Sara beberapa menit, lalu dia kembali menempelkan bibirnya ke bibir Sara.Wanita itu hanya diam saja karena masih terkejut dengan tingkah Bryan, sampai akhirnya Bryan menggigit bibir bawah wan
"Kabar Ayah bagaimana?" tanyanya sambil mengelus sebelah tangan mungil Kila."Ayah baik-baik saja dan Ayah sangat ingin bertemu dengan Kila"Sara yang mendengar itu hanya diam saja, "Ajaklah Ayah kapan-kapan ke rumah untuk bertemu dengan Kila""Rencananya saat aku sudah diperbolehkan pulang, aku ingin Kila menginap di rumah Ayah" sahutnya sambil menatap lamat wajah lelap sang anak."Bolehkah aku membawa Kila?" tanyanya sambil menatap ke arah Sara.Sara sempat terdiam sejenak, lalu wanita itu menganggukkan kepalanya."Kamu bisa ikut kalau mau""Tidak, Kakak bawa Kila saja. Minta Kak Erham untuk tinggal di rumah juga biar Kila tidak terlalu bingung dan minta pulang"Bryan hanya mengangguk saja, "Maafkan Papa ya Sayang karena baru datang sekarang" sahutnya sambil mengecup kening Kila.Sara hanya tersenyum melihat itu, wanita itu mengecup sebelah tangan mungil sang anak.****
"Kamu tau bukan semenjak Bryan masuk penjara, dia membuat ulah karena sudah menghilangkan nyawa seorang gadis?" Sari menganggukkan kepalanya, jujur saja dia sempat terkejut saat melihat berita tentang Tiara di televisi."Jangan bilang gadis itu-" Sari menganggukkan kepalanya, "Dia sudah tidak waras mencari masalah dengan Bram, lalu apa hubungannya dengan Kila?""Semenjak Adiknya Bram meninggal, Bram menugaskan dia untuk membantu memperjual-belikan manusia. Gadis itu tentu tidak mau, namun dia diancam akan di habisi nyawanya kalau tidak mau-""Langsung ke intinya saja, aku tidak butuh FYI itu""Ck, kamu sungguh tidak sabaran" sahutnya kesal, Sara hanya mengedikkan kedua bahunya acuh."Intinya Bram tidak sengaja melihat Kila saat sedang bermain di taman komplek, dan dia mencaritahu latar belakang Kila.Karena ada sangkut pautnya dengan Tiara, jadi Bram meminta Tiara untuk menculiknya. Dia ingin menjualnya ke Hongkong""Lalu kamu setuju keponakanmu dijual? Kamu sudah gila!" sahutnya k
"Angkat tanganmu, taruh pisaunya ke lantai" sahut Sari dengan pistol di tangannya mengarah ke samping kening anak buah pemuda itu."Kenapa kau bodoh sekali bisa ditaklukkan oleh seorang gadis?!" sahutnya kesal pada anak buahnya.Sang anak buah hanya diam saja sambil mengangkat kedua tangannya dan menelan salivanya kasar."Taruh pisau itu sekarang!" "Baiklah… baiklah… jangan arahkan pistol itu ke saya" sahutnya sambil menaruh pisau itu ke lantai.Sari memberi isyarat pada Tiara dan anak buahnya untuk keluar dari sana."Bawa juga anak itu keluar" sahutnya tanpa suara pada Tiara yang sedang memeluk anak kecil yang masih tertidur di pelukannya.Tiara hanya mengangguk saja, yang penting dia bisa keluar dari sini.Setelah Tiara dan Bimo keluar dari ruangan, Sari terlihat sedikit lengah karena dia memberitahu Tiara ke mana jalan keluar.Bram langsung mengambil pisau miliknya dan langsung menusukkan ke arah pe
"Hai Kila" sahutnya Sari sambil tersenyum dan mengacak rambut gadis kecil itu."Aunty kapan campe?" tanya gadis itu sambil meminum jusnya.Saat ini Kila sedang ada di teras depan, sang ibu sedang membuat makanan untuk anaknya di dapur."Mama mana Sayang?" tanyanya sambil mengelus kepala gadis kecil itu."Di dayam, aku liat Mama cedang mengoseng-oseng" sahutnya sambil memperagakan sang ibu menumis dan suara 'seng… seng' dari bibir mungilnya.Sari yang mendengar itu hanya terkekeh saja, "Mau ikut Aunty tidak?" "Ke mana Aunty?""Kita beli eskrim dan biskuit kesukaan Kila, mau?"Gadis kecil itu menganggukkan kepalanya semangat, Sari langsung menggandeng sebelah tangan mungil gadis itu membawanya ke arah mobil."Kila sudah sama aku, aku akan ke sana"[Baiklah, aku juga sudah menemukan anak yang mirip dengan Kila]"Jangan kau apa-apakan anak itu"[Iya, kau tenang saja]Sari hanya menghela nafas panjang lalu membuka pintu mobilnya, "Kenapa aku bisa percaya sama wanita ODGJ ini" monolognya s
"Kamu yakin Tiara pelakunya?" tanya Bryan sambil duduk di samping sang kakak. Dia tidak percaya kalau Tiara bisa melakukan itu, saat ini mereka sedang duduk di teras depan rumah Sara dengan dua gelas kopi di atas meja yang menengahi mereka.Erham menganggukkan kepalanya, "Kakak sempat menyelidiki kasus ini. Ada 2 saksi mata melihat wajah Tiara yang sedang bertransaksi di Pelabuhan"Bryan sempat terdiam beberapa detik, pemuda itu jadi berpikir kenapa bisa wanita itu berubah menjadi seperti ini?.Dulu Tiara hanya memanfaatkannya saja untuk kepentingan perusahaan milik wanita itu."Polisi sudah menangkapnya?" Erham menghela nafas panjang sambil menggelengkan kepalanya, "Sayangnya Polisi tidak bisa menangkap wanita itu, dia kabur saat Polisi sampai di TKP""Lalu bagaimana dengan pemuda yang sudah menyelamatkan Kila?""Dia mahasiswa semester 5 yang berjualan bakso keliling, dia berbicara jujur ketika bilang ingin mengantarkan Kila pulang. Polisi sempat mencaritahu latar belakang pemuda i
Sara terbangun di sebuah kamar, wanita itu terlihat memegang kepalanya setelah bangun lalu dia mengikat rambut."Kila" lirihnya, Sara langsung bangkit dan saat dia akan membuka pintu.Pintu terbuka dari luar, Bryan langsung memegang kedua pundak wanita itu yang hampir terjatuh."Kila…Kila…" sahutnya sambil berusaha untuk melepas kedua tangan pemuda itu dari pundaknya."Sara tenang, Erham dan yang lain sedang mencari Kila" Sara terdiam dan menoleh ke arah Bryan dengan tatapan kosong dan lelehan air mata yang mengalir di kedua pipinya.Bryan langsung memeluk wanita itu dan Sara hanya diam saja namun tiba-tiba Sara memberontak dan meminta Bryan untuk pergi.Wanita itu kembali takut dengan Bryan, pemuda itu tidak melepas pelukannya dan berusaha untuk menenangkan wanita cantik itu."Bryan, lepaskan Sara" sahut Vina sambil menepuk lembut sebelah pundak pemuda itu.Bryan menoleh ke arah Vina, "Jangan dipaksa, lepaskan dia pelan-pelan. Lebih baik kamu ke dapur ambilkan minum untuk Sara"Pemu