"Siapa yang kasih tau kamu?" tanya sang ayah dengan tatapan yang sulit diartikan. Sara menundukkan kepalanya, dia merasa takut dengan tatapan mengintimidasi sang ayah. Zetra yang paham dengan gelagat sang putri menghela nafas panjang. "Maaf sudah membuat kamu ketakutan, jadi siapa yang kasih tau kamu Nak? Bilang saja, Ayah tidak akan marah," sahut beliau sambil tersenyum pada sang putri. "Yang aku ingat namanya Sari, wajahnya sangat mirip denganku. Apa aku benar memiliki kembaran?"Karena kepalang penasaran, dia memutuskan untuk langsung menanyakan pada sang ayah yang saat itu sedang ada di ruang kerjanya setelah pulang dari check up.Setelah mendengar ucapan Sara wajah beliau terlihat mengeras. "Jangan pernah menemuinya lagi, dia itu gadis yang berbahaya,""Berbahaya? Bukannya anak pungut Ayah yang berbahaya? Dia bilang kayak gitu ke aku, sebenarnya Ayah mengadopsi siapa?""Nanti setelah makan malam Ayah akan memberitahu semuanya, sekarang kamu istirahat dulu ya, wajah kamu pucat
Sara terbangun dari pingsannya dan terkejut saat melihat tubuhnya yang terikat di atas kursi. Mulutnya pun ditutup oleh lakban, dia melihat ke arah sekitarnya dengan tatapan takut. Sara dikurung di sebuah gudang, dia bahkan tidak tau saat ini ada di mana. Maksudnya apakah dia masih di daerah jakarta atau di luar kota. Sara berusaha untuk melepaskan dirinya, namun sulit karena ikatannya cukup kencang. Ia terlihat menangis ketakutan ditambah sirkulasi udara yang buruk membuat dadanya sedikit sesak. "Oh, kamu sudah bangun," sahut seorang pemuda bertubuh kekar yang masuk ke dalam ruangan tempat Sara disekap. Sara yang mendengar suara asing itu, langsung menoleh ke sumber suara dan menatap pemuda itu dengan tatapan takut. "Ssttt, jangan menangis, saya tidak akan menyakiti kamu" sahutnya sambil mengusap kepala gadis itu dan menarik sudut bibirnya. "Cantik juga, boleh saya pakai tidak?""Tanya Bos dulu," sahutnya pemuda asing lainnya yang masuk ke dalam ruangan gadis itu. Sara menole
Sara hanya bisa meneteskan air matanya, tubuhnya terasa sakit dan dia merasa lemas. Setelah puas memakainya, Satrio keluar dari ruang penyekapan gadis itu dengan suasana hati senang.Tak lama kemudian masuk dua orang gadis membawa nampan berisi sebaskom air dan lap yang terlipat rapih. Kedua gadis itu juga membantu Sara membersihkan tubuhnya dan menggantikan bajunya.Setelah selesai, salah satu dari kedua gadis itu kembali masuk dengan nampan berisi makanan dan minuman untuk Sara Sara dibiarkan terlepas ikatannya, agar bisa makan sendiri setelah selesai makan dia akan diikat kembali di kursi. Sara hanya menatap datar nampan berisi nasi goreng dan jus mangga selain itu ada puding mangga. Sebetulnya isi nampan itu terlihat menggiurkan, namun Sara sama sekali tidak tergiur dengan isi nampan itu. Nafsu makannya menurun.Hal yang selalu dipikirkannya itu adalah cara keluar dari sana.'Makanlah, kamu pasti lelah setelah bermain dengan Satrio,' sahut pemuda itu lewat mikrofon. Bryan mem
Terlihat Sara terkulai lemas dengan tatapan kosong menatap ke arah ventilasi kecil. Masuklah seorang gadis asing dengan nampan di kedua tangannya, saat ini jam makan siang.Gadis cantik berwajah Chinese itu menaruh nampan di meja yang ada di samping gadis itu. Dia terlihat menempelkan note di sisi piring agar tidak keliatan di kamera CCTV. Setelah itu dia pergi dari sana. Sara hanya melihat sekilas ke arah nampan yang gadis cantik itu taruh tadi. Setelah itu dia kembali menatap kosong ke arah ventilasi. Sudah dua hari Sara berada di sana dengan kondisi terikat dan tidak terkena cahaya matahari, nafasnya tetap sedikit memberat karena ruangan yang sedikit berdebu dan lembab. Kalau dia ingin ke toilet, ada seorang gadis yang akan membantu gadis itu ke kamar mandi. Tak lama kemudian dia mendengar suara perutnya berbunyi, Sara menoleh ke arah perutnya lalu dia menghela nafas panjang. Sebetulnya Sara tidak nafsu makan, tapi tubuhnya tidak bisa diajak kompromi. Gadis itu menoleh kemba
Kembali gadis itu mengeluarkan air matanya, badannya sungguh remuk dan hatinya kembali sakit. Kali ini Sara benar-benar menangis sejadi-jadinya sambil memukul perutnya. Seseorang yang dia tidak tau siapa namanya memperkosanya kembali. Kali ini pemuda itu mengeluarkannya di dalam, gadis itu sangat takut kalau dia hamil. Tangannya kali ini tidak diikat.Sehingga dia bisa leluasa memukul perutnya, seharusnya dia mendengarkan note yang gadis itu tulis. Ternyata dalam puding mangga itu ada obat perangsang dengan dosis cukup tinggi.Sebetulnya dia masih merasakan efeknya saat ini, tapi dia tahan.Setelah lelah memukul perutnya, dia hanya bisa diam menatap kosong tembok di depannya. Dalam hatinya dia mengumpati Bryan dan kembarannya, Sara tidak akan pernah memaafkan dua orang itu yang sudah menghancurkan hidupnya. "Sudah puas Bapak menyiksa saya? Kenapa Bapak tidak menghabisi nyawa saya saja?" sahutnya sambil tetap menatap kosong tembok di depannya. [Ya, saya sudah puas. Besok saya aka
Erham dan Rara langsung masuk ke dalam gedung penyekapan Sara, Rara diberitahu oleh Sari. Sebelum Sari mengikuti Bryan dari belakang, dia menghubungi Rara untuk menyelamatkan Sara. Entah kebetulan atau keberuntungan mereka berdua, saat sampai di gedung kosong tempat penyekapan Sara tidak ada yang menjaga. Keduanya langsung masuk ke dalam. Erham mengantongi senjata api dan senjata tajam di balik blezernya untuk berjaga-jaga. Mereka mencari di mana ruang penyekapan Sara, sampai akhirnya ketemu.Gedung itu tidak terlalu luas namun banyak ruangan, di dalam pun anehnya tidak ada orang.Rara membuka pintu dan terdiam di depan pintu setelah melihat Sara yang duduk diam dengan pandangan kosong. Gadis itu seperti melihat Sari, mereka memang sangat mirip pantas Bryan dan Erham salah sasaran. Ia sempat terkejut karena mendengar suara Sara yang histeris saat didekati oleh Erham. Bahkan gadis itu terlihat menangis sambil memohon pada Erham untuk tidak mendekat padanya. "Pergi… PERGI… JANGA
Pemuda itu sampai di rumah Sara dan saat ini sedang mengobrol dengan kedua orang tua Sara. Sintya sedang membuatkan minuman untuk pemuda tampan itu. Zein dapat melihat gurat kesedihan dan lelah diwajah kedua orang tua gadis itu dan Sintya. "Sara ada di mana Tante?""Di kamarnya Nak, kamu mau menjenguknya? Tapi Tante khawatir dia akan histeris melihat kamu, Sara saja histeris melihat Ayahnya," "Saya tidak akan memaksakan diri untuk bisa dekat dengan Sara kalau memang dia tidak nyaman, saya hanya ingin memastikan kedaannya saja Tan, Om," sahutnya sambil tersenyum. Terlihat kedua orang tua gadis itu ragu, bahkan keduanya sambil menatap satu sama lain. "Biarkan saja Kak Zein bertemu Kakak, aku temenin" sahutnya sambil menaruh nampan di atas meja dan gadis itu duduk di samping sang ibu. Olivia dan Zetra hanya menganggukkan kepalanya, "Baiklah, kalau begitu. Kamu boleh bertemu dengan Sara, tapi jangan dipaksa kalau dia tidak mau ketemu sama kamu ya Nak," Pemuda itu menganggukkan kep
Satu bulan kemudianSelama satu bulan ini Zein terlihat semakin dekat dengan Sara, pemuda itu selalu datang ke rumah Sara sambil membawa makanan kesukaan gadis itu. Sara sempat merasa down karena dia dinyatakan hamil, sang adik dan kedua orang tuanya tentu saja shock mendengar itu. Mereka turut memberikan support untuk Sara, karena kehamilannya ini murni kecelakaan yang Sara tidak inginkan. Bryan sudah sembuh dan sudah pulang ke rumah, pemuda itu tidak menepati janjinya untuk meminta maaf pada Sara. Pemuda itu beraktivitas seperti biasa, hubungan antara Erham dan Bryan sedikit merenggang. Erham, Rani dan Tiara memberanikan diri untuk menjenguk Sara setelah diberitahu kalau Sara sudah mulai membaik. Erham pun akan ikut bertanggungjawab atas kehamilan Sara, pemuda itu merasa bersalah pada Sara.Saat ini bumil cantik itu sedang menatap ke arah Sintya dan sang ibu yang sedang menanam bunga di halaman belakang rumahnya. Gadis itu duduk di gazebo yang tidak jauh dari posisi Sintya da