Kembali gadis itu mengeluarkan air matanya, badannya sungguh remuk dan hatinya kembali sakit. Kali ini Sara benar-benar menangis sejadi-jadinya sambil memukul perutnya. Seseorang yang dia tidak tau siapa namanya memperkosanya kembali. Kali ini pemuda itu mengeluarkannya di dalam, gadis itu sangat takut kalau dia hamil. Tangannya kali ini tidak diikat.Sehingga dia bisa leluasa memukul perutnya, seharusnya dia mendengarkan note yang gadis itu tulis. Ternyata dalam puding mangga itu ada obat perangsang dengan dosis cukup tinggi.Sebetulnya dia masih merasakan efeknya saat ini, tapi dia tahan.Setelah lelah memukul perutnya, dia hanya bisa diam menatap kosong tembok di depannya. Dalam hatinya dia mengumpati Bryan dan kembarannya, Sara tidak akan pernah memaafkan dua orang itu yang sudah menghancurkan hidupnya. "Sudah puas Bapak menyiksa saya? Kenapa Bapak tidak menghabisi nyawa saya saja?" sahutnya sambil tetap menatap kosong tembok di depannya. [Ya, saya sudah puas. Besok saya aka
Erham dan Rara langsung masuk ke dalam gedung penyekapan Sara, Rara diberitahu oleh Sari. Sebelum Sari mengikuti Bryan dari belakang, dia menghubungi Rara untuk menyelamatkan Sara. Entah kebetulan atau keberuntungan mereka berdua, saat sampai di gedung kosong tempat penyekapan Sara tidak ada yang menjaga. Keduanya langsung masuk ke dalam. Erham mengantongi senjata api dan senjata tajam di balik blezernya untuk berjaga-jaga. Mereka mencari di mana ruang penyekapan Sara, sampai akhirnya ketemu.Gedung itu tidak terlalu luas namun banyak ruangan, di dalam pun anehnya tidak ada orang.Rara membuka pintu dan terdiam di depan pintu setelah melihat Sara yang duduk diam dengan pandangan kosong. Gadis itu seperti melihat Sari, mereka memang sangat mirip pantas Bryan dan Erham salah sasaran. Ia sempat terkejut karena mendengar suara Sara yang histeris saat didekati oleh Erham. Bahkan gadis itu terlihat menangis sambil memohon pada Erham untuk tidak mendekat padanya. "Pergi… PERGI… JANGA
Pemuda itu sampai di rumah Sara dan saat ini sedang mengobrol dengan kedua orang tua Sara. Sintya sedang membuatkan minuman untuk pemuda tampan itu. Zein dapat melihat gurat kesedihan dan lelah diwajah kedua orang tua gadis itu dan Sintya. "Sara ada di mana Tante?""Di kamarnya Nak, kamu mau menjenguknya? Tapi Tante khawatir dia akan histeris melihat kamu, Sara saja histeris melihat Ayahnya," "Saya tidak akan memaksakan diri untuk bisa dekat dengan Sara kalau memang dia tidak nyaman, saya hanya ingin memastikan kedaannya saja Tan, Om," sahutnya sambil tersenyum. Terlihat kedua orang tua gadis itu ragu, bahkan keduanya sambil menatap satu sama lain. "Biarkan saja Kak Zein bertemu Kakak, aku temenin" sahutnya sambil menaruh nampan di atas meja dan gadis itu duduk di samping sang ibu. Olivia dan Zetra hanya menganggukkan kepalanya, "Baiklah, kalau begitu. Kamu boleh bertemu dengan Sara, tapi jangan dipaksa kalau dia tidak mau ketemu sama kamu ya Nak," Pemuda itu menganggukkan kep
Satu bulan kemudianSelama satu bulan ini Zein terlihat semakin dekat dengan Sara, pemuda itu selalu datang ke rumah Sara sambil membawa makanan kesukaan gadis itu. Sara sempat merasa down karena dia dinyatakan hamil, sang adik dan kedua orang tuanya tentu saja shock mendengar itu. Mereka turut memberikan support untuk Sara, karena kehamilannya ini murni kecelakaan yang Sara tidak inginkan. Bryan sudah sembuh dan sudah pulang ke rumah, pemuda itu tidak menepati janjinya untuk meminta maaf pada Sara. Pemuda itu beraktivitas seperti biasa, hubungan antara Erham dan Bryan sedikit merenggang. Erham, Rani dan Tiara memberanikan diri untuk menjenguk Sara setelah diberitahu kalau Sara sudah mulai membaik. Erham pun akan ikut bertanggungjawab atas kehamilan Sara, pemuda itu merasa bersalah pada Sara.Saat ini bumil cantik itu sedang menatap ke arah Sintya dan sang ibu yang sedang menanam bunga di halaman belakang rumahnya. Gadis itu duduk di gazebo yang tidak jauh dari posisi Sintya da
Sara terbangun dari tidurnya dengan keadaan tubuh yang gemetar dan keringat yang bercucuran.Wanita cantik itu mengalami mimpi buruk tentang penculikan yang dia alami.Ia terlihat berusaha untuk tenang dan tidak mau membuat bayinya ikut stress, dia sudah diperingatkan oleh dokter untuk tidak stress karena kandungannya lemah.Wanita itu juga tidak menyentuh obat pemenangnya sama sekali, dia tidak ingin ketergantungan obat penenang meski obat itu sudah diresepkan aman untuk ibu hamil dan menyusui.Ia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang dengan tangan yang gemetar."Halo, Kak" sahutnya lirih dan suara yang gemetar.Vina yang saat ini sedang ada di meja kerjanya langsung melepas kacamatanya dan menoleh ke arah arlojinya.[Tenang, atur nafas kamu dengan benar Kakak ke sana] sahutnya singkat lalu mengakhiri sambungan telponnya meski Sara tidak bilang, Vina bisa langsung paham dengan mendengar suara lirihan wanita cantik itu.Sara tidak tinggal di rumah kedua orang tuanya saat ini,
Terlihat dua 3 mobil berhenti di depan lobi perusahaan Bryan, tak lama keluarlah beberapa orang dari dalam mobil.Mereka masuk ke dalam lobi dan menjadi pusat perhatian.Tiara yang melihat itu menghentikan salah satu pemuda yang membawa kotak di tangannya."Ada apa ini Kak?" tanya gadis itu."Nanti setelah selesai Kakak akan kasih tau kamu" sahutnya sambil tersenyum, dia mengelus rambut Tiara singkat dan pergi dari sana."Ada apa Kak? Cowo tadi siapa?" tanya Rani pada Tiara."Sepupu aku, aku juga tidak tau" Disisi lain Fitri yang baru keluar dari ruangan Bryan terkejut saat melihat beberapa orang menuju ke arahnya."Di mana ruangan Pak Bryan?"Fitri menunjuk ke arah belakang punggungnya, gadis itu reflek menyingkir dan memberi jalan mereka.Bryan terkejut saat seseorang membuka pintu ruangannya tanpa mengetuk terlebih dulu."Ada apa ini?" tanya pemuda itu bingung."Anda Pak Bryan?" Pemuda itu mengangguk kebingungan, pemuda di depannya menunjukkan selembar surat pada Bryan."Anda bis
Seperti perkataannya Sara beberapa kali ingin menjenguk Bryan sekalian menjenguknya kembarannya.Entah kenapa dia sangat suka mengganggu Bryan, padahal dia memiliki trauma dengan pemuda itu.Seperti saat ini, wanita itu sedang berhadapan dengan Bryan. Setelah check up kehamilan dia meminta Zein untuk mengantarkannya menjenguk Bryan.Zein dan Erham yang mendengar permintaan wanita itu untuk bertemu dengan Bryan tentu saja merasa khawatir karena mereka tau Sara memiliki trauma dengan Bryan.Vina, sebagai psikolog pribadi Sara meminta keluarga Sara dan teman-teman Sara untuk membiarkannya bertemu dengan Bryan.Mereka hanya perlu memberi Sara support dan Vina menganggap sebagai bentuk terapi Sara untuk mengobati traumanya."Aku sangat penasaran dengan keberadaan Satrio, Kakak tau di mana keberadaannya?" sahutnya santai, sebetulnya dia sedang berusaha keras untuk menenangkan dirinya.Bryan terlihat menaikkan sebelah alisnya, "Seharusnya Erham atau Zein sudah memberitahumu di mana keberadaa
"Apa kabar" sahut Bryan setelah mereka duduk di depan minimarket.Sara menganggukkan kepalanya, "Baik, Kakak kapan keluar?""Hari ini"Sara kembali mengangguk dan suasana hening. Mereka bingung harus membuka topik pembicaraan apa.Bryan menoleh ke arah anak Sara yang asik memakan coklatnya setelah menghabiskan eskrimnya."Dia sekarang umur berapa?""5 Tahun jalan""Sudah pandai berbicara?" Padahal pemuda itu tadi mendengar anak manis itu berbicara pada sang ibu."Kakak sudah mendengarnya tadi, dan seharusnya Kakak tau kalau umur dia 5 tahun jalan" sahutnya sambil menggelengkan kepalanya.Bryan hanya berdehem dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Namanya siapa?" sahutnya lembut sambil tersenyum pada gadis kecil di depannya."Ditanya sama Omnya tuh Sayang, namanya siapa?""Kiya Om" sahutnya dengan mulut yang belepotan dengan coklat."Kiya?""Kila, Syakila namanya"Bryan mengangguk, Sara terlihat membersihkan kedua tangan dan mulut anaknya.Bryan yang melihat itu tersenyum, Sara sa