Pemuda itu sampai di rumah Sara dan saat ini sedang mengobrol dengan kedua orang tua Sara. Sintya sedang membuatkan minuman untuk pemuda tampan itu. Zein dapat melihat gurat kesedihan dan lelah diwajah kedua orang tua gadis itu dan Sintya. "Sara ada di mana Tante?""Di kamarnya Nak, kamu mau menjenguknya? Tapi Tante khawatir dia akan histeris melihat kamu, Sara saja histeris melihat Ayahnya," "Saya tidak akan memaksakan diri untuk bisa dekat dengan Sara kalau memang dia tidak nyaman, saya hanya ingin memastikan kedaannya saja Tan, Om," sahutnya sambil tersenyum. Terlihat kedua orang tua gadis itu ragu, bahkan keduanya sambil menatap satu sama lain. "Biarkan saja Kak Zein bertemu Kakak, aku temenin" sahutnya sambil menaruh nampan di atas meja dan gadis itu duduk di samping sang ibu. Olivia dan Zetra hanya menganggukkan kepalanya, "Baiklah, kalau begitu. Kamu boleh bertemu dengan Sara, tapi jangan dipaksa kalau dia tidak mau ketemu sama kamu ya Nak," Pemuda itu menganggukkan kep
Satu bulan kemudianSelama satu bulan ini Zein terlihat semakin dekat dengan Sara, pemuda itu selalu datang ke rumah Sara sambil membawa makanan kesukaan gadis itu. Sara sempat merasa down karena dia dinyatakan hamil, sang adik dan kedua orang tuanya tentu saja shock mendengar itu. Mereka turut memberikan support untuk Sara, karena kehamilannya ini murni kecelakaan yang Sara tidak inginkan. Bryan sudah sembuh dan sudah pulang ke rumah, pemuda itu tidak menepati janjinya untuk meminta maaf pada Sara. Pemuda itu beraktivitas seperti biasa, hubungan antara Erham dan Bryan sedikit merenggang. Erham, Rani dan Tiara memberanikan diri untuk menjenguk Sara setelah diberitahu kalau Sara sudah mulai membaik. Erham pun akan ikut bertanggungjawab atas kehamilan Sara, pemuda itu merasa bersalah pada Sara.Saat ini bumil cantik itu sedang menatap ke arah Sintya dan sang ibu yang sedang menanam bunga di halaman belakang rumahnya. Gadis itu duduk di gazebo yang tidak jauh dari posisi Sintya da
Sara terbangun dari tidurnya dengan keadaan tubuh yang gemetar dan keringat yang bercucuran.Wanita cantik itu mengalami mimpi buruk tentang penculikan yang dia alami.Ia terlihat berusaha untuk tenang dan tidak mau membuat bayinya ikut stress, dia sudah diperingatkan oleh dokter untuk tidak stress karena kandungannya lemah.Wanita itu juga tidak menyentuh obat pemenangnya sama sekali, dia tidak ingin ketergantungan obat penenang meski obat itu sudah diresepkan aman untuk ibu hamil dan menyusui.Ia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang dengan tangan yang gemetar."Halo, Kak" sahutnya lirih dan suara yang gemetar.Vina yang saat ini sedang ada di meja kerjanya langsung melepas kacamatanya dan menoleh ke arah arlojinya.[Tenang, atur nafas kamu dengan benar Kakak ke sana] sahutnya singkat lalu mengakhiri sambungan telponnya meski Sara tidak bilang, Vina bisa langsung paham dengan mendengar suara lirihan wanita cantik itu.Sara tidak tinggal di rumah kedua orang tuanya saat ini,
Terlihat dua 3 mobil berhenti di depan lobi perusahaan Bryan, tak lama keluarlah beberapa orang dari dalam mobil.Mereka masuk ke dalam lobi dan menjadi pusat perhatian.Tiara yang melihat itu menghentikan salah satu pemuda yang membawa kotak di tangannya."Ada apa ini Kak?" tanya gadis itu."Nanti setelah selesai Kakak akan kasih tau kamu" sahutnya sambil tersenyum, dia mengelus rambut Tiara singkat dan pergi dari sana."Ada apa Kak? Cowo tadi siapa?" tanya Rani pada Tiara."Sepupu aku, aku juga tidak tau" Disisi lain Fitri yang baru keluar dari ruangan Bryan terkejut saat melihat beberapa orang menuju ke arahnya."Di mana ruangan Pak Bryan?"Fitri menunjuk ke arah belakang punggungnya, gadis itu reflek menyingkir dan memberi jalan mereka.Bryan terkejut saat seseorang membuka pintu ruangannya tanpa mengetuk terlebih dulu."Ada apa ini?" tanya pemuda itu bingung."Anda Pak Bryan?" Pemuda itu mengangguk kebingungan, pemuda di depannya menunjukkan selembar surat pada Bryan."Anda bis
Seperti perkataannya Sara beberapa kali ingin menjenguk Bryan sekalian menjenguknya kembarannya.Entah kenapa dia sangat suka mengganggu Bryan, padahal dia memiliki trauma dengan pemuda itu.Seperti saat ini, wanita itu sedang berhadapan dengan Bryan. Setelah check up kehamilan dia meminta Zein untuk mengantarkannya menjenguk Bryan.Zein dan Erham yang mendengar permintaan wanita itu untuk bertemu dengan Bryan tentu saja merasa khawatir karena mereka tau Sara memiliki trauma dengan Bryan.Vina, sebagai psikolog pribadi Sara meminta keluarga Sara dan teman-teman Sara untuk membiarkannya bertemu dengan Bryan.Mereka hanya perlu memberi Sara support dan Vina menganggap sebagai bentuk terapi Sara untuk mengobati traumanya."Aku sangat penasaran dengan keberadaan Satrio, Kakak tau di mana keberadaannya?" sahutnya santai, sebetulnya dia sedang berusaha keras untuk menenangkan dirinya.Bryan terlihat menaikkan sebelah alisnya, "Seharusnya Erham atau Zein sudah memberitahumu di mana keberadaa
"Apa kabar" sahut Bryan setelah mereka duduk di depan minimarket.Sara menganggukkan kepalanya, "Baik, Kakak kapan keluar?""Hari ini"Sara kembali mengangguk dan suasana hening. Mereka bingung harus membuka topik pembicaraan apa.Bryan menoleh ke arah anak Sara yang asik memakan coklatnya setelah menghabiskan eskrimnya."Dia sekarang umur berapa?""5 Tahun jalan""Sudah pandai berbicara?" Padahal pemuda itu tadi mendengar anak manis itu berbicara pada sang ibu."Kakak sudah mendengarnya tadi, dan seharusnya Kakak tau kalau umur dia 5 tahun jalan" sahutnya sambil menggelengkan kepalanya.Bryan hanya berdehem dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Namanya siapa?" sahutnya lembut sambil tersenyum pada gadis kecil di depannya."Ditanya sama Omnya tuh Sayang, namanya siapa?""Kiya Om" sahutnya dengan mulut yang belepotan dengan coklat."Kiya?""Kila, Syakila namanya"Bryan mengangguk, Sara terlihat membersihkan kedua tangan dan mulut anaknya.Bryan yang melihat itu tersenyum, Sara sa
"Kak Bryan" Bryan menoleh ke arah belakang dan reflek menangkap kunci mobil yang Sara lemparkan padanya.Sara dengan santai berjalan ke arah mobil, "Buka pintu mobilnya" sahutnya santai pada Bryan yang diam mematung menatap Sara.Pemuda itu langsung menekan tombol untuk membuka pintu mobil dan Sara masuk ke dalam mobil.Bryan menghampirinya dan masuk ke dalam mobil."Kita mau ke mana?" "Terserah Kakak" sahutnya santai sambil memakai sabuk pengaman.Pemuda itu menyalakan mesin mobil dan memakai sabuk pengaman. Setelah itu mereka pergi dari rumah Sara."Mama mau ke mana sama Om Bylian?" tanyanya pada Erham setelah melihat mobil miliknya pergi. Pemuda itu sedang bermain dengan Kila saat ini di halaman depan."Mama mau berbicara sebentar dengan Om Bryan Sayang""Kenapa tidak di cini saja?" "Mereka harus berbicara berdua"Kila menatap Erham dengan tatapan bingung yang terlihat menggemaskan. Pemuda itu dengan iseng meniup wajah Kila membuat gadis kecil itu tersenyum."Ayo kita bermain la
"Kamu tenang, kita cari Kila sama-sama" sahutnya sambil memeluk Sara erat."Aku khawatir Kila diapa-apakan sama wanita sinting itu Kak" lirihnya."Aku jamin Kila akan baik-baik saja, dia pakai kalung pemberianku kan?"Sara menjauhkan tubuhnya dari Erham, dia menganggukkan kepalanya.Setelah sampai di sana Erham langsung memeluk Sara dan mengucapkan terimakasih pada beliau.Polisi pun ada di sana dan mereka langsung mencari Kila setelah mendengar penuturan dari sang ibu."Ikut Kakak" Mereka masuk ke dalam mobil, Erham mengutak-atik ponselnya dan meletakkan ponselnya di tempat ponsel yang tergantung di kaca spion.Terlihat bulatan menyala kedap-kedip di sebuah map, "Kakak memasang pelacak di kalungnya"Erham menganggukkan kepalanya, "Untuk berjaga-jaga"Wanita itu hanya diam sambil meremas kedua tangannya dan menatap ke arah jendela dia berdoa dalam hati untuk keselamatan malaikat kesayangannya.