Saat ini apartemen gadis itu ramai dengan Tiara, Rani dan Erham. Mereka khawatir dengan gadis cantik itu. Bryan tidak ada di sana karena dia ada urusan, "Kamu tinggal sama siapa? Mau aku temenin?" tanya Tiara sambil mencomot buah semangka yang sudah Rani potongan-potong. "Adekku, dia tinggal di sini,""Ga jauh memang dari tempat kerjanya?"Sara menggeleng kepalanya, "Engga, malah lebih deket dari sini daripada kos-kosannya,""Dia jadi ngekos?" Sara mengangguk, "Iya uda lama, mau 2 bulan. Dari rumah ke tempat kerjanya jauh, dia juga pengen mandiri katanya,"Tiara hanya mengangguk saja, Rani diam saja mendengarkan karena dia tidak tau mereka sedang membicarakan topik apa. Erham ada di kamar gadis itu, dia sedang menerima telpon. Setelah selesai Erham bergabung dengan mereka dan lanjut mengobrol bertiga. "Kak, si Kak Bryan kenapa? Apa sebegitu dia ga pengen aku keluar dari perusahaan sampe bucin gitu," sahut Sara mengadu pada pemuda itu. Erham kedua bahunya, "Tanya aja sama orangnya
"Kakak beneran mau temeni saya Chek up lusa? Bukannya Kakak sedang sibuk?" sahutnya setelah sambungan terhubung. [Iya, kebetulan saya sedang tidak sibuk jam berapa kamu berangkat?]"Jam 8 pagi, saya akan pergi sama Bibi saja atau minta antar Adik saya,"[Sudah saya bilang jangan bebani Adik kamu, Bibi juga nanti akan membersihkan Apartemenmu dan memasak. Sudah turuti saja, saya ingin memastikan sendiri kalau kamu baik-baik saja]Sara hanya menghela nafas panjang, susah memang menyahuti pemuda yang keras kepala ini dia selalu lupa kalau Bosnya ini memang keras kepala. "Ya sudah kalau begitu terserah Kakak saja," sahutnya santai. Bryan tersenyum di sebrang sana, dia memutuskan sambungannya karena dia harus rapat. Gadis itu hanya bisa misuh-misuh saja, lalu dia menoleh pada kakinya dia sudah mulai bisa menggerakan kakinya leluasa meski masih sedikit sakit. Lukanya juga sudah mulai sembuh, kali ini dia meminta bibi untuk melepas perbannya agar lukanya lebih cepat kering. Saat akan pe
"Siapa yang kasih tau kamu?" tanya sang ayah dengan tatapan yang sulit diartikan. Sara menundukkan kepalanya, dia merasa takut dengan tatapan mengintimidasi sang ayah. Zetra yang paham dengan gelagat sang putri menghela nafas panjang. "Maaf sudah membuat kamu ketakutan, jadi siapa yang kasih tau kamu Nak? Bilang saja, Ayah tidak akan marah," sahut beliau sambil tersenyum pada sang putri. "Yang aku ingat namanya Sari, wajahnya sangat mirip denganku. Apa aku benar memiliki kembaran?"Karena kepalang penasaran, dia memutuskan untuk langsung menanyakan pada sang ayah yang saat itu sedang ada di ruang kerjanya setelah pulang dari check up.Setelah mendengar ucapan Sara wajah beliau terlihat mengeras. "Jangan pernah menemuinya lagi, dia itu gadis yang berbahaya,""Berbahaya? Bukannya anak pungut Ayah yang berbahaya? Dia bilang kayak gitu ke aku, sebenarnya Ayah mengadopsi siapa?""Nanti setelah makan malam Ayah akan memberitahu semuanya, sekarang kamu istirahat dulu ya, wajah kamu pucat
Sara terbangun dari pingsannya dan terkejut saat melihat tubuhnya yang terikat di atas kursi. Mulutnya pun ditutup oleh lakban, dia melihat ke arah sekitarnya dengan tatapan takut. Sara dikurung di sebuah gudang, dia bahkan tidak tau saat ini ada di mana. Maksudnya apakah dia masih di daerah jakarta atau di luar kota. Sara berusaha untuk melepaskan dirinya, namun sulit karena ikatannya cukup kencang. Ia terlihat menangis ketakutan ditambah sirkulasi udara yang buruk membuat dadanya sedikit sesak. "Oh, kamu sudah bangun," sahut seorang pemuda bertubuh kekar yang masuk ke dalam ruangan tempat Sara disekap. Sara yang mendengar suara asing itu, langsung menoleh ke sumber suara dan menatap pemuda itu dengan tatapan takut. "Ssttt, jangan menangis, saya tidak akan menyakiti kamu" sahutnya sambil mengusap kepala gadis itu dan menarik sudut bibirnya. "Cantik juga, boleh saya pakai tidak?""Tanya Bos dulu," sahutnya pemuda asing lainnya yang masuk ke dalam ruangan gadis itu. Sara menole
Sara hanya bisa meneteskan air matanya, tubuhnya terasa sakit dan dia merasa lemas. Setelah puas memakainya, Satrio keluar dari ruang penyekapan gadis itu dengan suasana hati senang.Tak lama kemudian masuk dua orang gadis membawa nampan berisi sebaskom air dan lap yang terlipat rapih. Kedua gadis itu juga membantu Sara membersihkan tubuhnya dan menggantikan bajunya.Setelah selesai, salah satu dari kedua gadis itu kembali masuk dengan nampan berisi makanan dan minuman untuk Sara Sara dibiarkan terlepas ikatannya, agar bisa makan sendiri setelah selesai makan dia akan diikat kembali di kursi. Sara hanya menatap datar nampan berisi nasi goreng dan jus mangga selain itu ada puding mangga. Sebetulnya isi nampan itu terlihat menggiurkan, namun Sara sama sekali tidak tergiur dengan isi nampan itu. Nafsu makannya menurun.Hal yang selalu dipikirkannya itu adalah cara keluar dari sana.'Makanlah, kamu pasti lelah setelah bermain dengan Satrio,' sahut pemuda itu lewat mikrofon. Bryan mem
Terlihat Sara terkulai lemas dengan tatapan kosong menatap ke arah ventilasi kecil. Masuklah seorang gadis asing dengan nampan di kedua tangannya, saat ini jam makan siang.Gadis cantik berwajah Chinese itu menaruh nampan di meja yang ada di samping gadis itu. Dia terlihat menempelkan note di sisi piring agar tidak keliatan di kamera CCTV. Setelah itu dia pergi dari sana. Sara hanya melihat sekilas ke arah nampan yang gadis cantik itu taruh tadi. Setelah itu dia kembali menatap kosong ke arah ventilasi. Sudah dua hari Sara berada di sana dengan kondisi terikat dan tidak terkena cahaya matahari, nafasnya tetap sedikit memberat karena ruangan yang sedikit berdebu dan lembab. Kalau dia ingin ke toilet, ada seorang gadis yang akan membantu gadis itu ke kamar mandi. Tak lama kemudian dia mendengar suara perutnya berbunyi, Sara menoleh ke arah perutnya lalu dia menghela nafas panjang. Sebetulnya Sara tidak nafsu makan, tapi tubuhnya tidak bisa diajak kompromi. Gadis itu menoleh kemba
Kembali gadis itu mengeluarkan air matanya, badannya sungguh remuk dan hatinya kembali sakit. Kali ini Sara benar-benar menangis sejadi-jadinya sambil memukul perutnya. Seseorang yang dia tidak tau siapa namanya memperkosanya kembali. Kali ini pemuda itu mengeluarkannya di dalam, gadis itu sangat takut kalau dia hamil. Tangannya kali ini tidak diikat.Sehingga dia bisa leluasa memukul perutnya, seharusnya dia mendengarkan note yang gadis itu tulis. Ternyata dalam puding mangga itu ada obat perangsang dengan dosis cukup tinggi.Sebetulnya dia masih merasakan efeknya saat ini, tapi dia tahan.Setelah lelah memukul perutnya, dia hanya bisa diam menatap kosong tembok di depannya. Dalam hatinya dia mengumpati Bryan dan kembarannya, Sara tidak akan pernah memaafkan dua orang itu yang sudah menghancurkan hidupnya. "Sudah puas Bapak menyiksa saya? Kenapa Bapak tidak menghabisi nyawa saya saja?" sahutnya sambil tetap menatap kosong tembok di depannya. [Ya, saya sudah puas. Besok saya aka
Erham dan Rara langsung masuk ke dalam gedung penyekapan Sara, Rara diberitahu oleh Sari. Sebelum Sari mengikuti Bryan dari belakang, dia menghubungi Rara untuk menyelamatkan Sara. Entah kebetulan atau keberuntungan mereka berdua, saat sampai di gedung kosong tempat penyekapan Sara tidak ada yang menjaga. Keduanya langsung masuk ke dalam. Erham mengantongi senjata api dan senjata tajam di balik blezernya untuk berjaga-jaga. Mereka mencari di mana ruang penyekapan Sara, sampai akhirnya ketemu.Gedung itu tidak terlalu luas namun banyak ruangan, di dalam pun anehnya tidak ada orang.Rara membuka pintu dan terdiam di depan pintu setelah melihat Sara yang duduk diam dengan pandangan kosong. Gadis itu seperti melihat Sari, mereka memang sangat mirip pantas Bryan dan Erham salah sasaran. Ia sempat terkejut karena mendengar suara Sara yang histeris saat didekati oleh Erham. Bahkan gadis itu terlihat menangis sambil memohon pada Erham untuk tidak mendekat padanya. "Pergi… PERGI… JANGA