Saat ini Sara sedang menunggu Tiara, dia ingin meminta pendapat gadis itu. Sekarang sudah jam makan siang dan jarak dari perusahaan Zein ke perusahaan Bryan cukup dekat jadi mereka bisa janjian sebentar. Terlihat Sara sedang mempoutkan bibirnya dan memeluk gelasnya yang ada di atas meja sambil scroll-scroll ponselnya. Tak lama Tiara masuk ke dalam kafe dan menghampiri gadis itu, "Udah lama? Sorry aku ke toilet dulu tadi," sahutnya sambil duduk di depan gadis cantik itu. Sara hanya mengangguk dan menegakkan tubuhnya, "Jadi ada apa?" Sara menghela nafas panjang, "Aku merasa heran saja sama si kulkas berjalan, suka banget maksa aku buat balik ke Perusahaan, dia ga demen sama aku kan?" sahutnya sambil melihat pantulannya di layar ponsel miliknya yang sedang mati. Tiara hanya menggeleng kepalanya dan mengedikkan bahunya, "Yang aku dengar dari Bos sih kerjaan kamu selalu bagus, mungkin karena itu," sahutnya sambil meminum minuman gadis itu. Sara mengangguk, "Dia bilang kayak gitu ke ak
Saat ini Sara, Zein, Bryan dan Fitri sedang meeting di restoran. Mereka meeting dengan lancar dan tak terasa sudah 1 jam berlalu, setelah selesai meeting. Kembali Bryan menahan gadis itu saat Sara dan Zein akan keluar dari restoran.Membuat gadis itu mendengus kesal, "Jadi?""Jadi apa sih?! Jadi Badut?" sahutnya kesal. Zein menahan tawa mendengar ucapan gadis itu. "Lagian Bapak katanya akan beri saya waktu, tapi ini apa? Setiap hari menanyakan hal yang sama buat saya kesal saja. Keputusan saya sudah bulat. Saya tidak akan kembali ke Perusahaan titik!" sahutnya menggebu-gebu. Fitri hanya diam saja di sana melihat perdebatan keduanya, karena dia tidak paham apa yang terjadi dengan keduanya. Bryan menaikkan sebelah alisnya, "Oke kalau begitu, uang pesangon yang saya berikan ke kamu kembalian semuanya tanpa kurang sedikitpun," sahutnya penuh penekanan di akhir kalimat. Sara langsung menelan salivanya kasar, dia sudah pakai uang itu untuk bayar sewa pengangkut barang dan uang muka apar
"Aduh… aduh, ga baik untuk kesehatan jantung, selama aku hidup baru kali ada yang bilang gitu" sahutnya heboh setelah dia sampai di dalam ruangannya. Dia memegang kedua pipinya yang merah dan sedikit hangat. Gadis itu menggelengkan kepalanya lalu menuju ke kursi kebesarannya itu. "Fixs, usahaku buat glowing membuahkan hasil" sahutnya lagi sambil bersandar pada kursi kebesarannya. "Oke kita kerja sekarang, harus tetap profesional dan aku masih bimbang antara mau kembali ke sana atau tidak" sahutnya sambil mempoutkan bibirnya. ****Sara dibuat terkejut karena Bryan menjemputnya di depan perusahaan. Sekarang jam pulang kerja yang otomatis pasti akan ramai dan pemuda itu tentu saja jadi bahan gosip dan pusat perhatian oleh para karyawan di sini."Kenapa dia pake lambaiin tangan ke arah sini sih" monolognya lirih sambil bersikap seolah-olah pemuda itu bukan menyapanya. Tapi tatapan pemuda itu mengarah padanya, membuatnya ikut menjadi pusat perhatian. Sara langsung berjalan cepat mengh
Hari ini Sara izin masuk kerja karena harus pindahan, Zein mengizinkannya. Di sana ada Tiara, Rani, Erham dan kedua orang tuanya yang membantunya pindahan. Setelah selesai pindahan mereka makan-makan di apartemen barunya Sara, gadis itu memesan nasi padang. "Mau Ibu bantu tata Sayang?" tanya sang ibu setelah mereka makan siang bersama.Gadis itu menggeleng kepalanya, "Tidak usah Bu, Ibu pasti lelah. Biar aku saja yang tata nanti setelah makan malam" sahutnya karena hanya tinggal nata meja riasnya dan baju-bajunya. Beliau hanya mengangguk, karena sudah selesai. Mereka pamit pulang. Erham, Rani dan Tiara akan balik ke perusahaan sedangkan kedua orang tua Sara balik ke rumah. Setelah mereka pergi, gadis itu menghela nafas panjang, dia memutuskan untuk membasuh piring kotor dan gelas kotor. Hari minggu akan ada pendeta yang datang ke apartemennya, dia ingin memberkati unitnya. ****Saat ini Sara naik motor ke minimarket untuk membeli keperluan dapur yang sudah habis. Sekarang masih j
Bryan sampai di lantai ruangannya dengan sedikit tergesa-gesa, di tangannya sudah ada kotak P3K. "Dia ada di mana?" "Di ruangannya Pak," "Fitri ada di sana?""Tidak, Bu Fitri sedang keluar dengan Pak Erham," sahutnya. Bryan menganggukkan kepalanya. Bryan langsung menuju ke ruangan sekretaris, tak lupa dia mengetuk pintunya dan masuk ke dalam. Terlihat gadis itu sedang membersihkan luka di sudut bibirnya, Bryan langsung menghampiri Sara.Setelah sampai di depan Sara, Bryan langsung mengangkat dagu gadis cantik itu untuk memeriksa lukanya. Sara hanya diam saja karena terkejut melihat pemuda itu sudah ada di depannya.Sara bisa melihat tatapan khawatir dari pemuda itu meski eksperi wajahnya dingin. Bryan mengambil alih kapas dari tangan gadis itu dan membersihkan luka di sudut bibir Sara dengan perlahan. Sesekali gadis itu meringis, bahkan Sara sempat memundurkan wajahnya karena perih. Bryan menatap mata gadis itu sekilas lalu menahan kepala belakang gadis itu, tatapannya seakan-a
Sara sedang mengerjakan pekerjaannya dengan santai, ada Fitri di sana. Gadis itu sempat terkejut saat melihat Sara ada di dalam ruangan.Fitri langsung mendengus tidak suka dan menghiraukannya, mereka bekerja dengan suasana hening. Terlihat Sara menghela nafas panjang setelah bermain ponsel lalu dia kembali bekerja. Bryan benar-benar mengabulkan perkataannya itu, Sara benar-benar bekerja santai tidak sebanyak dulu. "Sumpah ini anak aneh," monolognya sambil melamun. Sampai Sara dikejutkan oleh ketukan jari di mejanya, dia menoleh ke arah Fitri yang menatapnya datar, sejujurnya dia juga merasa aneh dengan Fitri.Lihat saja tatapan matanya dipenuhi oleh kilatan marah menatap ke arahnya, Sara terlihat menaikkan sebelah alisnya."Dipanggil Pak Erham ke ruangannya, bukannya angkat telpon malah bengong," sahutnya datar setelah itu dia kembali ke mejanya dan Sara pergi dari ruangannya menuju ke ruangan Erham. ****Gadis itu dan Erham mengobrol santai di ruangan pemuda itu saat ini, Sara p
Setelah tau kenapa Sara menangis dan Bryan yang shock, gantian ketiganya yang shock setelah mendengar cerita Sara. Mereka sempat hening beberapa saat, Bryan melihat arlojinya lalu dia berdehem. "Udah jam masuk Kantor, Tiara dan Rani tolong antarkan Sara ke ruangannya," kedua gadis itu menganggukkan kepalanya dan pergi dari sana meninggalkan kedua pemuda tampan itu. "Itu kejadian kapan? Kenapa Kakak tidak tau kejadian itu""Sudah lama, 2 bulan sebelum kita ketemu," sahutnya santai. Pemuda itu menganggukkan kepalanya. ****Saat ini jam pulang Kantor, Sara terlihat sedang membereskan meja kerjanya. "Enak ya yang tidak punya banyak kerjaan, anda melobi Pak Bryan?" sahut Fitri asal. Sara yang mendengar itu mengerutkan keningnya dan menoleh pada Fitri, "Maksudnya apa?"Gadis itu berdecak sebal, "Tidak usah sok polos, kamu melobi Pak Bryan kan? Kenapa kamu kembali lagi ke sini? Bukannya enak kerja dengan Pak Zein?" Sara menaikkan sebelah alisnya, "Itu urusan saya bukan urusan kamu," sa
Sara sudah sampai di apartemen pemuda itu, di sana ada Erham dan Fitri. Gadis itu menatap sinis ke arahnya dan Sara menghiraukannya saja. "Kalau mau ambil minum boleh ambil sendiri di dapur, di sana juga ada makanan yang bisa kalian makan. Anggap saja rumah sendiri," sahutnya santai setelah Bryan keluar dari kamarnya dengan pakaian santai. Sara hanya mengangguk saja mendengar itu, dia duduk di depan Erham dan mengeluarkan laptopnya. "Kamu tolong cari bungalow yang cukup luas, kalau bisa ambil 3 bungalow," sahutnya pada Sara sambil duduk di samping Erham"Untuk apa Pak?" "Family Gathering," sahutnya santai.Sara hanya mengangguk saja, "Untuk berapa hari?""3 hari 2 malam, usahakan tempatnya strategis. Tidak jauh dari pusat kota, minimarket atau supermarket. Agak jauh dari rumah warga itu bagus" gadis itu hanya mengangguk saja. Sara mulai bekerja, mereka berempat sibuk dengan kerjaan masing-masing dan suasana cukup hening. ****Saat ini Sara terus mengelus dadanya karena dia dan Fi