Saat ini Sara, Zein, Bryan dan Fitri sedang meeting di restoran. Mereka meeting dengan lancar dan tak terasa sudah 1 jam berlalu, setelah selesai meeting. Kembali Bryan menahan gadis itu saat Sara dan Zein akan keluar dari restoran.Membuat gadis itu mendengus kesal, "Jadi?""Jadi apa sih?! Jadi Badut?" sahutnya kesal. Zein menahan tawa mendengar ucapan gadis itu. "Lagian Bapak katanya akan beri saya waktu, tapi ini apa? Setiap hari menanyakan hal yang sama buat saya kesal saja. Keputusan saya sudah bulat. Saya tidak akan kembali ke Perusahaan titik!" sahutnya menggebu-gebu. Fitri hanya diam saja di sana melihat perdebatan keduanya, karena dia tidak paham apa yang terjadi dengan keduanya. Bryan menaikkan sebelah alisnya, "Oke kalau begitu, uang pesangon yang saya berikan ke kamu kembalian semuanya tanpa kurang sedikitpun," sahutnya penuh penekanan di akhir kalimat. Sara langsung menelan salivanya kasar, dia sudah pakai uang itu untuk bayar sewa pengangkut barang dan uang muka apar
"Aduh… aduh, ga baik untuk kesehatan jantung, selama aku hidup baru kali ada yang bilang gitu" sahutnya heboh setelah dia sampai di dalam ruangannya. Dia memegang kedua pipinya yang merah dan sedikit hangat. Gadis itu menggelengkan kepalanya lalu menuju ke kursi kebesarannya itu. "Fixs, usahaku buat glowing membuahkan hasil" sahutnya lagi sambil bersandar pada kursi kebesarannya. "Oke kita kerja sekarang, harus tetap profesional dan aku masih bimbang antara mau kembali ke sana atau tidak" sahutnya sambil mempoutkan bibirnya. ****Sara dibuat terkejut karena Bryan menjemputnya di depan perusahaan. Sekarang jam pulang kerja yang otomatis pasti akan ramai dan pemuda itu tentu saja jadi bahan gosip dan pusat perhatian oleh para karyawan di sini."Kenapa dia pake lambaiin tangan ke arah sini sih" monolognya lirih sambil bersikap seolah-olah pemuda itu bukan menyapanya. Tapi tatapan pemuda itu mengarah padanya, membuatnya ikut menjadi pusat perhatian. Sara langsung berjalan cepat mengh
Hari ini Sara izin masuk kerja karena harus pindahan, Zein mengizinkannya. Di sana ada Tiara, Rani, Erham dan kedua orang tuanya yang membantunya pindahan. Setelah selesai pindahan mereka makan-makan di apartemen barunya Sara, gadis itu memesan nasi padang. "Mau Ibu bantu tata Sayang?" tanya sang ibu setelah mereka makan siang bersama.Gadis itu menggeleng kepalanya, "Tidak usah Bu, Ibu pasti lelah. Biar aku saja yang tata nanti setelah makan malam" sahutnya karena hanya tinggal nata meja riasnya dan baju-bajunya. Beliau hanya mengangguk, karena sudah selesai. Mereka pamit pulang. Erham, Rani dan Tiara akan balik ke perusahaan sedangkan kedua orang tua Sara balik ke rumah. Setelah mereka pergi, gadis itu menghela nafas panjang, dia memutuskan untuk membasuh piring kotor dan gelas kotor. Hari minggu akan ada pendeta yang datang ke apartemennya, dia ingin memberkati unitnya. ****Saat ini Sara naik motor ke minimarket untuk membeli keperluan dapur yang sudah habis. Sekarang masih j
Bryan sampai di lantai ruangannya dengan sedikit tergesa-gesa, di tangannya sudah ada kotak P3K. "Dia ada di mana?" "Di ruangannya Pak," "Fitri ada di sana?""Tidak, Bu Fitri sedang keluar dengan Pak Erham," sahutnya. Bryan menganggukkan kepalanya. Bryan langsung menuju ke ruangan sekretaris, tak lupa dia mengetuk pintunya dan masuk ke dalam. Terlihat gadis itu sedang membersihkan luka di sudut bibirnya, Bryan langsung menghampiri Sara.Setelah sampai di depan Sara, Bryan langsung mengangkat dagu gadis cantik itu untuk memeriksa lukanya. Sara hanya diam saja karena terkejut melihat pemuda itu sudah ada di depannya.Sara bisa melihat tatapan khawatir dari pemuda itu meski eksperi wajahnya dingin. Bryan mengambil alih kapas dari tangan gadis itu dan membersihkan luka di sudut bibir Sara dengan perlahan. Sesekali gadis itu meringis, bahkan Sara sempat memundurkan wajahnya karena perih. Bryan menatap mata gadis itu sekilas lalu menahan kepala belakang gadis itu, tatapannya seakan-a
Sara sedang mengerjakan pekerjaannya dengan santai, ada Fitri di sana. Gadis itu sempat terkejut saat melihat Sara ada di dalam ruangan.Fitri langsung mendengus tidak suka dan menghiraukannya, mereka bekerja dengan suasana hening. Terlihat Sara menghela nafas panjang setelah bermain ponsel lalu dia kembali bekerja. Bryan benar-benar mengabulkan perkataannya itu, Sara benar-benar bekerja santai tidak sebanyak dulu. "Sumpah ini anak aneh," monolognya sambil melamun. Sampai Sara dikejutkan oleh ketukan jari di mejanya, dia menoleh ke arah Fitri yang menatapnya datar, sejujurnya dia juga merasa aneh dengan Fitri.Lihat saja tatapan matanya dipenuhi oleh kilatan marah menatap ke arahnya, Sara terlihat menaikkan sebelah alisnya."Dipanggil Pak Erham ke ruangannya, bukannya angkat telpon malah bengong," sahutnya datar setelah itu dia kembali ke mejanya dan Sara pergi dari ruangannya menuju ke ruangan Erham. ****Gadis itu dan Erham mengobrol santai di ruangan pemuda itu saat ini, Sara p
Setelah tau kenapa Sara menangis dan Bryan yang shock, gantian ketiganya yang shock setelah mendengar cerita Sara. Mereka sempat hening beberapa saat, Bryan melihat arlojinya lalu dia berdehem. "Udah jam masuk Kantor, Tiara dan Rani tolong antarkan Sara ke ruangannya," kedua gadis itu menganggukkan kepalanya dan pergi dari sana meninggalkan kedua pemuda tampan itu. "Itu kejadian kapan? Kenapa Kakak tidak tau kejadian itu""Sudah lama, 2 bulan sebelum kita ketemu," sahutnya santai. Pemuda itu menganggukkan kepalanya. ****Saat ini jam pulang Kantor, Sara terlihat sedang membereskan meja kerjanya. "Enak ya yang tidak punya banyak kerjaan, anda melobi Pak Bryan?" sahut Fitri asal. Sara yang mendengar itu mengerutkan keningnya dan menoleh pada Fitri, "Maksudnya apa?"Gadis itu berdecak sebal, "Tidak usah sok polos, kamu melobi Pak Bryan kan? Kenapa kamu kembali lagi ke sini? Bukannya enak kerja dengan Pak Zein?" Sara menaikkan sebelah alisnya, "Itu urusan saya bukan urusan kamu," sa
Sara sudah sampai di apartemen pemuda itu, di sana ada Erham dan Fitri. Gadis itu menatap sinis ke arahnya dan Sara menghiraukannya saja. "Kalau mau ambil minum boleh ambil sendiri di dapur, di sana juga ada makanan yang bisa kalian makan. Anggap saja rumah sendiri," sahutnya santai setelah Bryan keluar dari kamarnya dengan pakaian santai. Sara hanya mengangguk saja mendengar itu, dia duduk di depan Erham dan mengeluarkan laptopnya. "Kamu tolong cari bungalow yang cukup luas, kalau bisa ambil 3 bungalow," sahutnya pada Sara sambil duduk di samping Erham"Untuk apa Pak?" "Family Gathering," sahutnya santai.Sara hanya mengangguk saja, "Untuk berapa hari?""3 hari 2 malam, usahakan tempatnya strategis. Tidak jauh dari pusat kota, minimarket atau supermarket. Agak jauh dari rumah warga itu bagus" gadis itu hanya mengangguk saja. Sara mulai bekerja, mereka berempat sibuk dengan kerjaan masing-masing dan suasana cukup hening. ****Saat ini Sara terus mengelus dadanya karena dia dan Fi
Sepanjang perjalanan menuju ke jakarta suasana hening, Sara yang sibuk melihat ke arah jendela dan Bryan yang fokus dengan jalan. Beruntungnya tidak macet panjang. Mereka benar-benar diam dari pergi tadi sampai sekarang. "Kalau kamu lapar bilang, kita belum sempat makan malam," sahut pemuda itu santai. Gadis itu hanya mengangguk saja, "Maaf, kamu pasti terkejut karena bentakan saya tadi,"Sara langsung menoleh ke arah Bryan dan kembali menganggukkan kepalanya, "Ada yang sakit? Perlu ke Rumah Sakit?" gadis itu menggelengkan kepalanya. Bryan yang melihat itu menghembuskan nafas panjang, suasana kembali hening. Hanya terdengar suara nafas mereka masing-masing dan mendengar klakson mobil. "Kamu tidur saja, nanti saya bangunkan saat sudah sampai, saya akan cari restoran" sahutnya. Sara kembali tidak membuka suaranya, tapi dia membenarkan posisi kursinya dan memejamkan matanya.Sara memang sudah mengantuk, sebetulnya dia menemani pemuda itu agar Bryan tidak mengantuk, tapi dia bingung
"Maaf menunggu lama" sahut Sara, wanita itu langsung duduk di depan Zein.Pemuda itu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Santai saja, sudah pesan?"Wanita itu menganggukkan kepalanya, "Jadi ada apa Kak?""Bagaimana kabar kamu dan Bryan?""Baik" sahutnya terlihat bingung karena pemuda itu tidak menjawab pertanyaannya."Baguslah dia mendengar ucapanku" Sara mengerutkan keningnya bingung, "Kamu harus berterimakasih sama Rani, Tiara dan saya karena sudah membantu hubungan kalian berdua"Sara terlihat tersenyum, "Baiklah terimakasih Tuan, jadi ada apa Tuan memanggil saya? Tidak biasanya Tuan mengajak saya bertemu, biasanya Tuan akan langsung muncul di depan rumah kalau merindukan saya dan Kila""Dengarkan baik-baik ucapan saya dan jangan kamu potong ucapan saya" Sara menganggukkan kepalanya, saat pemuda itu ingin mengeluarkan suaranya. Pelayan datang membawa pesanan Sara.Setelah pelayanan
1 bulan kemudian"Saya bersumpah sebagai saksi akan memberikan keterangan yang sebenarnya, tidak lain dari sebenarnya" sahut Sari sambil mengangkat tangan kanan ke atas dan tangan kiri memegang sebuah map.Setelah mengucapkan sumpah saksi, gadis itu duduk di kursi saksi. Di kursi terdakwa ada Tiara, Bimo dan 3 anak Bram dan pengacara dari masing-masing mereka.Di kursi pengunjung ada Sara, orang tua Sara, Sintya, Bryan, Erham, Tiara dan Rani yang menghadiri persidangan. Kila tidak ikut, dia diasuh oleh Ayah Bryan dan Erham.Sari ditanya oleh beberapa pertanyaan oleh jaksa, gadis itu menjawabnya dengan lugas dan tegas ia juga memberikan beberapa bukti kuat yang dia punya.Di kursi terdakwa mereka berlima hanya diam saja tidak ada perlawanan, gadis itu sudah berjanji pada Sari akan menyerahkan diri ke polisi setelah penculikan Kila.Setelah beberapa jam persidangan dan beberapa saksi serta terdakwa sudah ditanya oleh Jaksa dan mahkamah agung sudah berdiskusi dengan dua rekan yang duduk
"Kamu tidur di kasur dengan Kila, aku akan tidur di Sofa" sahut Bryan sambil menata sofa yang ada di kamarnya."Biar aku saja, Kakak masih dalam masa pemulihan" "Aku sudah baik-baik saja, kasian Kila kalau harus kamu gendong ke Sofa""Aku saja yang tidur di Sofa, Kakak dan Kila tidur di kasur" sahutnya sambil menghampiri Bryan."Bisakah sekali saja kamu menuruti perkataanku" sahutnya sambil menatap lamat wajah cantik Sara dan sebelah tangannya menahan sebelah tangan Sara yang akan mengambil selimut."Kakak-" ucapannya terpotong karena Bryan mengecup bibir wanita itu, membuat Sara terkejut."Sssttt, nanti Kila bangun" lirihnya tepat di depan bibir wanita itu.Bryan menatap wajah Sara dan menatap bibir mungil dan pink alami Sara beberapa menit, lalu dia kembali menempelkan bibirnya ke bibir Sara.Wanita itu hanya diam saja karena masih terkejut dengan tingkah Bryan, sampai akhirnya Bryan menggigit bibir bawah wan
"Kabar Ayah bagaimana?" tanyanya sambil mengelus sebelah tangan mungil Kila."Ayah baik-baik saja dan Ayah sangat ingin bertemu dengan Kila"Sara yang mendengar itu hanya diam saja, "Ajaklah Ayah kapan-kapan ke rumah untuk bertemu dengan Kila""Rencananya saat aku sudah diperbolehkan pulang, aku ingin Kila menginap di rumah Ayah" sahutnya sambil menatap lamat wajah lelap sang anak."Bolehkah aku membawa Kila?" tanyanya sambil menatap ke arah Sara.Sara sempat terdiam sejenak, lalu wanita itu menganggukkan kepalanya."Kamu bisa ikut kalau mau""Tidak, Kakak bawa Kila saja. Minta Kak Erham untuk tinggal di rumah juga biar Kila tidak terlalu bingung dan minta pulang"Bryan hanya mengangguk saja, "Maafkan Papa ya Sayang karena baru datang sekarang" sahutnya sambil mengecup kening Kila.Sara hanya tersenyum melihat itu, wanita itu mengecup sebelah tangan mungil sang anak.****
"Kamu tau bukan semenjak Bryan masuk penjara, dia membuat ulah karena sudah menghilangkan nyawa seorang gadis?" Sari menganggukkan kepalanya, jujur saja dia sempat terkejut saat melihat berita tentang Tiara di televisi."Jangan bilang gadis itu-" Sari menganggukkan kepalanya, "Dia sudah tidak waras mencari masalah dengan Bram, lalu apa hubungannya dengan Kila?""Semenjak Adiknya Bram meninggal, Bram menugaskan dia untuk membantu memperjual-belikan manusia. Gadis itu tentu tidak mau, namun dia diancam akan di habisi nyawanya kalau tidak mau-""Langsung ke intinya saja, aku tidak butuh FYI itu""Ck, kamu sungguh tidak sabaran" sahutnya kesal, Sara hanya mengedikkan kedua bahunya acuh."Intinya Bram tidak sengaja melihat Kila saat sedang bermain di taman komplek, dan dia mencaritahu latar belakang Kila.Karena ada sangkut pautnya dengan Tiara, jadi Bram meminta Tiara untuk menculiknya. Dia ingin menjualnya ke Hongkong""Lalu kamu setuju keponakanmu dijual? Kamu sudah gila!" sahutnya k
"Angkat tanganmu, taruh pisaunya ke lantai" sahut Sari dengan pistol di tangannya mengarah ke samping kening anak buah pemuda itu."Kenapa kau bodoh sekali bisa ditaklukkan oleh seorang gadis?!" sahutnya kesal pada anak buahnya.Sang anak buah hanya diam saja sambil mengangkat kedua tangannya dan menelan salivanya kasar."Taruh pisau itu sekarang!" "Baiklah… baiklah… jangan arahkan pistol itu ke saya" sahutnya sambil menaruh pisau itu ke lantai.Sari memberi isyarat pada Tiara dan anak buahnya untuk keluar dari sana."Bawa juga anak itu keluar" sahutnya tanpa suara pada Tiara yang sedang memeluk anak kecil yang masih tertidur di pelukannya.Tiara hanya mengangguk saja, yang penting dia bisa keluar dari sini.Setelah Tiara dan Bimo keluar dari ruangan, Sari terlihat sedikit lengah karena dia memberitahu Tiara ke mana jalan keluar.Bram langsung mengambil pisau miliknya dan langsung menusukkan ke arah pe
"Hai Kila" sahutnya Sari sambil tersenyum dan mengacak rambut gadis kecil itu."Aunty kapan campe?" tanya gadis itu sambil meminum jusnya.Saat ini Kila sedang ada di teras depan, sang ibu sedang membuat makanan untuk anaknya di dapur."Mama mana Sayang?" tanyanya sambil mengelus kepala gadis kecil itu."Di dayam, aku liat Mama cedang mengoseng-oseng" sahutnya sambil memperagakan sang ibu menumis dan suara 'seng… seng' dari bibir mungilnya.Sari yang mendengar itu hanya terkekeh saja, "Mau ikut Aunty tidak?" "Ke mana Aunty?""Kita beli eskrim dan biskuit kesukaan Kila, mau?"Gadis kecil itu menganggukkan kepalanya semangat, Sari langsung menggandeng sebelah tangan mungil gadis itu membawanya ke arah mobil."Kila sudah sama aku, aku akan ke sana"[Baiklah, aku juga sudah menemukan anak yang mirip dengan Kila]"Jangan kau apa-apakan anak itu"[Iya, kau tenang saja]Sari hanya menghela nafas panjang lalu membuka pintu mobilnya, "Kenapa aku bisa percaya sama wanita ODGJ ini" monolognya s
"Kamu yakin Tiara pelakunya?" tanya Bryan sambil duduk di samping sang kakak. Dia tidak percaya kalau Tiara bisa melakukan itu, saat ini mereka sedang duduk di teras depan rumah Sara dengan dua gelas kopi di atas meja yang menengahi mereka.Erham menganggukkan kepalanya, "Kakak sempat menyelidiki kasus ini. Ada 2 saksi mata melihat wajah Tiara yang sedang bertransaksi di Pelabuhan"Bryan sempat terdiam beberapa detik, pemuda itu jadi berpikir kenapa bisa wanita itu berubah menjadi seperti ini?.Dulu Tiara hanya memanfaatkannya saja untuk kepentingan perusahaan milik wanita itu."Polisi sudah menangkapnya?" Erham menghela nafas panjang sambil menggelengkan kepalanya, "Sayangnya Polisi tidak bisa menangkap wanita itu, dia kabur saat Polisi sampai di TKP""Lalu bagaimana dengan pemuda yang sudah menyelamatkan Kila?""Dia mahasiswa semester 5 yang berjualan bakso keliling, dia berbicara jujur ketika bilang ingin mengantarkan Kila pulang. Polisi sempat mencaritahu latar belakang pemuda i
Sara terbangun di sebuah kamar, wanita itu terlihat memegang kepalanya setelah bangun lalu dia mengikat rambut."Kila" lirihnya, Sara langsung bangkit dan saat dia akan membuka pintu.Pintu terbuka dari luar, Bryan langsung memegang kedua pundak wanita itu yang hampir terjatuh."Kila…Kila…" sahutnya sambil berusaha untuk melepas kedua tangan pemuda itu dari pundaknya."Sara tenang, Erham dan yang lain sedang mencari Kila" Sara terdiam dan menoleh ke arah Bryan dengan tatapan kosong dan lelehan air mata yang mengalir di kedua pipinya.Bryan langsung memeluk wanita itu dan Sara hanya diam saja namun tiba-tiba Sara memberontak dan meminta Bryan untuk pergi.Wanita itu kembali takut dengan Bryan, pemuda itu tidak melepas pelukannya dan berusaha untuk menenangkan wanita cantik itu."Bryan, lepaskan Sara" sahut Vina sambil menepuk lembut sebelah pundak pemuda itu.Bryan menoleh ke arah Vina, "Jangan dipaksa, lepaskan dia pelan-pelan. Lebih baik kamu ke dapur ambilkan minum untuk Sara"Pemu