Bryan sampai di lantai ruangannya dengan sedikit tergesa-gesa, di tangannya sudah ada kotak P3K. "Dia ada di mana?" "Di ruangannya Pak," "Fitri ada di sana?""Tidak, Bu Fitri sedang keluar dengan Pak Erham," sahutnya. Bryan menganggukkan kepalanya. Bryan langsung menuju ke ruangan sekretaris, tak lupa dia mengetuk pintunya dan masuk ke dalam. Terlihat gadis itu sedang membersihkan luka di sudut bibirnya, Bryan langsung menghampiri Sara.Setelah sampai di depan Sara, Bryan langsung mengangkat dagu gadis cantik itu untuk memeriksa lukanya. Sara hanya diam saja karena terkejut melihat pemuda itu sudah ada di depannya.Sara bisa melihat tatapan khawatir dari pemuda itu meski eksperi wajahnya dingin. Bryan mengambil alih kapas dari tangan gadis itu dan membersihkan luka di sudut bibir Sara dengan perlahan. Sesekali gadis itu meringis, bahkan Sara sempat memundurkan wajahnya karena perih. Bryan menatap mata gadis itu sekilas lalu menahan kepala belakang gadis itu, tatapannya seakan-a
Sara sedang mengerjakan pekerjaannya dengan santai, ada Fitri di sana. Gadis itu sempat terkejut saat melihat Sara ada di dalam ruangan.Fitri langsung mendengus tidak suka dan menghiraukannya, mereka bekerja dengan suasana hening. Terlihat Sara menghela nafas panjang setelah bermain ponsel lalu dia kembali bekerja. Bryan benar-benar mengabulkan perkataannya itu, Sara benar-benar bekerja santai tidak sebanyak dulu. "Sumpah ini anak aneh," monolognya sambil melamun. Sampai Sara dikejutkan oleh ketukan jari di mejanya, dia menoleh ke arah Fitri yang menatapnya datar, sejujurnya dia juga merasa aneh dengan Fitri.Lihat saja tatapan matanya dipenuhi oleh kilatan marah menatap ke arahnya, Sara terlihat menaikkan sebelah alisnya."Dipanggil Pak Erham ke ruangannya, bukannya angkat telpon malah bengong," sahutnya datar setelah itu dia kembali ke mejanya dan Sara pergi dari ruangannya menuju ke ruangan Erham. ****Gadis itu dan Erham mengobrol santai di ruangan pemuda itu saat ini, Sara p
Setelah tau kenapa Sara menangis dan Bryan yang shock, gantian ketiganya yang shock setelah mendengar cerita Sara. Mereka sempat hening beberapa saat, Bryan melihat arlojinya lalu dia berdehem. "Udah jam masuk Kantor, Tiara dan Rani tolong antarkan Sara ke ruangannya," kedua gadis itu menganggukkan kepalanya dan pergi dari sana meninggalkan kedua pemuda tampan itu. "Itu kejadian kapan? Kenapa Kakak tidak tau kejadian itu""Sudah lama, 2 bulan sebelum kita ketemu," sahutnya santai. Pemuda itu menganggukkan kepalanya. ****Saat ini jam pulang Kantor, Sara terlihat sedang membereskan meja kerjanya. "Enak ya yang tidak punya banyak kerjaan, anda melobi Pak Bryan?" sahut Fitri asal. Sara yang mendengar itu mengerutkan keningnya dan menoleh pada Fitri, "Maksudnya apa?"Gadis itu berdecak sebal, "Tidak usah sok polos, kamu melobi Pak Bryan kan? Kenapa kamu kembali lagi ke sini? Bukannya enak kerja dengan Pak Zein?" Sara menaikkan sebelah alisnya, "Itu urusan saya bukan urusan kamu," sa
Sara sudah sampai di apartemen pemuda itu, di sana ada Erham dan Fitri. Gadis itu menatap sinis ke arahnya dan Sara menghiraukannya saja. "Kalau mau ambil minum boleh ambil sendiri di dapur, di sana juga ada makanan yang bisa kalian makan. Anggap saja rumah sendiri," sahutnya santai setelah Bryan keluar dari kamarnya dengan pakaian santai. Sara hanya mengangguk saja mendengar itu, dia duduk di depan Erham dan mengeluarkan laptopnya. "Kamu tolong cari bungalow yang cukup luas, kalau bisa ambil 3 bungalow," sahutnya pada Sara sambil duduk di samping Erham"Untuk apa Pak?" "Family Gathering," sahutnya santai.Sara hanya mengangguk saja, "Untuk berapa hari?""3 hari 2 malam, usahakan tempatnya strategis. Tidak jauh dari pusat kota, minimarket atau supermarket. Agak jauh dari rumah warga itu bagus" gadis itu hanya mengangguk saja. Sara mulai bekerja, mereka berempat sibuk dengan kerjaan masing-masing dan suasana cukup hening. ****Saat ini Sara terus mengelus dadanya karena dia dan Fi
Sepanjang perjalanan menuju ke jakarta suasana hening, Sara yang sibuk melihat ke arah jendela dan Bryan yang fokus dengan jalan. Beruntungnya tidak macet panjang. Mereka benar-benar diam dari pergi tadi sampai sekarang. "Kalau kamu lapar bilang, kita belum sempat makan malam," sahut pemuda itu santai. Gadis itu hanya mengangguk saja, "Maaf, kamu pasti terkejut karena bentakan saya tadi,"Sara langsung menoleh ke arah Bryan dan kembali menganggukkan kepalanya, "Ada yang sakit? Perlu ke Rumah Sakit?" gadis itu menggelengkan kepalanya. Bryan yang melihat itu menghembuskan nafas panjang, suasana kembali hening. Hanya terdengar suara nafas mereka masing-masing dan mendengar klakson mobil. "Kamu tidur saja, nanti saya bangunkan saat sudah sampai, saya akan cari restoran" sahutnya. Sara kembali tidak membuka suaranya, tapi dia membenarkan posisi kursinya dan memejamkan matanya.Sara memang sudah mengantuk, sebetulnya dia menemani pemuda itu agar Bryan tidak mengantuk, tapi dia bingung
Setelah mereka kembali, Bryan bilang pada panitia untuk tidak bermain game di hutan. Karena berbahaya bahkan Sara menemukan ular di atas pohon. Mereka mengangguk dan menggantinya bermain di kebun yang ada di sana saja. Kebun itu aman asal jangan merusaknya, di sana ada kebun pohon pisang dan pohon bambu. Segera mereka mengikat pita ke masing-masing pohon, setelah itu mereka mengumpulkan para karyawan dan mulai bermain game kembali. Permainan itu berjalan sesuai rencana dan selesai saat jam makan siang, mereka beristirahat dulu untuk makan dan sembahyang bagi yang muslim. Bryan, Tiara, Sara dan Erham sedang berkumpul di teras aula sedang mengobrol santai sambil menunggu para karyawan yang sedang makan dan sedang sembahyang. "Kita harus mencari kayu bakar, kalo bisa gausah beli sayang kalo nanti ada sisa," sahut Tiara. "Ambil dari hutan aja, tadi saya lihat ada ranting pohon yang bertebaran di tanah," sahut Sara. Bryan dan Erham mengangguk, "Kita ambil saja di sana sedapatnya, ka
Setelah sampai di rumah sakit, pemuda itu membawa Sara ke UGD dengan kursi roda.Setelah masuk ke dalam UGD Sara langsung diperiksa oleh Dokter, pemuda itu keluar sebentar untuk membayar administrasi rumah sakit. Setelah selesai bayar dia kembali ke UGD, "Bagaimana keadaannya Dok?" tanya pemuda itu pada Dokter yang telah selesai memeriksa Sara. "Kakinya infeksi, itulah penyebab kakinya merasa kebas dan sakit. Saya sudah memberikan obat minum dan obat oles. Jangan banyak gerak dulu sampai lukanya sembuh," sahutnya. Pemuda itu mengangguk, Sara akan diinfus dulu karena harus masuk obat, setelah infusan habis dia bolehkan pulang."Saya bawakan baju ganti, kamu tunggu sini,""Memangnya koper saya ada di mobil?" pemuda itu mengangguk, dia pergi dari sana.Gadis itu mengambil ponselnya dan mengabari Tiara dan Rani kalau dia sudah sampai Jakarta dengan selamat. "Untung aja ga dijait" sahutnya sambil menatap kakinya. Dia pikir lukanya akan dijahit, dokter yang ada di tenda kesehatan mengob
Terlihat seorang pemuda tampan sedang duduk di meja kebesarannya, di atas meja tersedia 3 botol minuman beralkohol yang berkadar alkohol tinggi. Sudah lama dia tidak menyentuh minuman alkohol itu.Penampilan pemuda itu terlihat acak-acakan, dia terlihat memejamkan matanya dengan sebelah tangan yang menutupi separuh wajahnya. Ia berada di ruang kerjanya yang ada di apartemennya saat ini. "Tumben sekali minum" tanya Erham sambil menuangkan alkohol ke dalam gelasnya. Pemuda itu terkejut saat masuk ke dalam ruang kerja sang adik, Bryan hanya menoleh pada sekilas pada sang kakak. Setelah itu dia kembali ke posisi semula, "Ada apa?" tanya pemuda itu serak. Erham menggelengkan kepalanya, "Hanya mau memastikan kalau kamu masih hidup" sahutnya santai. Bryan hanya tersenyum tipis, Erham memang sangat khawatir pada pemuda itu. Semenjak kepergian Fanya. Bryan selalu menghabiskan waktu sendirian dengan minum-minum dan larut dalam penyesalannya. Bryan memang terlihat baik-baik saja di luar,