Aura kemarahan di wajah Damian begitu terlihat jelas. Sorot mata tajam dan menusuk layaknya terbakar oleh api. Rahang pria tampan itu mengetat, menunjukkan kobaran amarah yang tak lagi bisa teratasi. Benak Damian berputar tentang tadi malam, di mana Kimberly membuatkan teh untuknya. Tak ada hal yang sama sekali Damian curigai. Dia hanya mengingat dirinya mengantuk kala sudah meminum teh yang dibuat oleh Kimberly itu.“Shit!” Damian mengumpat kasar. Hatinya mulai semakin tak enak memikirkan tentang teh yang dia minum. Pasalnya, dia tahu dirinya tak mungkin sampai mengantuk hebat sampai tak tertahan. Selelah-lelah dirinya, belum pernah Damian sampai mengantuk seperti tadi malam.Apa mungkin Kimberly menaruh sesuatu ke minumannya? Tapi untuk apa? Ke mana Kimberly pergi? Berengsek! Damian tak henti meloloskan makian akibat jutaan hal yang mengusik pikirannya. Kimberly tak mungkin pergi meninggalkan negara ini, tanpa izin darinya. Jika sampai Kimberly melakukan hal nekat, maka ada hal yang
Damian tak memedulikan pelanggaran lalu lintas yang telah dia lakukan. Beberapa kali dia menerobos lampu merah demi mengejar tiba di bandara. Meski Damian tahu dirinya pasti akan langsung mendapatkan panggilan dari pihak kepolisian, tetap saja pria tampan itu sama sekali tidak peduli. Yang dia pikirkan saat ini hanya segera menyusul Kimberly.“Shit!” Damian menekan klakson mobilnya kala tiba-tiba ada mobil yang berani menyalip mobilnya. Dengan penuh amarah, dia menginjak pedal gas, dan menyalip mobil yang ada di hadapannya. Dia menginjak pedal gas kuat-kuat. Bahkan di kala ada truck, dia terus menyalip tanpa memedulikan risiko yang terjadi pada dirinya. Damian memukul setir mobilnya keras. Makian dan umpatan sedari tadi lolos di bibirnya. Tak pernah dia sangka Kimberly memilih negara Singapore yang letaknya jauh dari Amerika. Berjam-jam lamanya Kimberly harus melakukan penerbangan jauh, dalam kondisi hamil muda. Itu yang membuat Damian semakin cemas. Tampak di belakang mobil Damia
Kimberly tak pernah menyangka Damian telah melamarnya. Terlebih lamaran itu sangat indah. Sejak tadi benak Kimberly tak henti memikirkan kejadian indah tadi siang. Kejadian di mana Damian mencegatnya yang sudah berada di boarding gate. Sungguh, Kimberly benar-benar tersentuh mendengar semua ungkapan hati Damian. Sebuah ungkapan yang membuatnya merasa benar-benar beruntung memiliki pria yang sangat mencintainya dengan cara yang luar biasa.Kimberly pernah merasa dirinya tak dicintai. Dia pernah merasa tak diinginkan. Pernah juga merasa dirinya paling sial di dunia ini, tapi nyatanya apa yang ada dipikirannya salah. Sebab kebahagiaan akan tiba di cara yang tepat. Seperti dirinya yang telah menemukan Damian di hidupnya. Tak pernah sedikit pun dia menyesali pertemuannya dengan Damian. Meski harus diawali dengan skandal, tapi nyatanya berujung pada hal yang luar biasa indah.Saat ini, Kimberly berada di berbaring di ranjang tak boleh pergi ke mana pun. Sementara Damian berada di luar kamar
Suara lantang dan tegas Damian membuat semua orang yang ada di sana diam membeku. Tampak Rula, Fidelya, dan Olsen dibuat terkejut akan ucapan Damian. Sementara Deston yang sedari tadi duduk tenang, menatap dingin dan tajam Damian. Sayangnya, tatapan dingin dan tajam Deston sama sekali tak dipedulikan oleh Damian. Sorot mata Damian bagaikan laser yang siap menembak. Begitu menusuk pada object utama. Jantung Kimberly berpacu dengan kencang mendengar ucapan Damian. Tak ada nada ragu sedikit pun. Semua begitu matang. Tangannya berkeringat cemas. Pinjakan kakinya sempat melemah kala dihadapkan dengan keluarga Damian. Terlebih Deston sedari tadi memberikan tatapan tajam pada Kimberly. Tidak! Kimberly langsung menata hati dan rasa cemas dalam dirinya. Jika dirinya lemah, maka yang ada hanya akan semakin disudutkan. Dia tidak akan pernah membiarkan siapa pun merendahkan dirinya.“Demi seorang wanita, kau sampai tidak menghormati ayahmu, Damian?” Deston mulai mengeluarkan suaranya. Nadanya
Kimberly diam seribu bahasa tak mengatakan sepatah kata pun. Bahkan di kala sekarang Damian membawanya ke kamar pria itu, tetap saja dia hanya diam. Bukan tanpa alasan, tapi dia sejak tadi memikirkan semua kata-kata Deston. Rasanya seperti mimpi kala Deston mengatakan memintanya menikah dengan Damian. Berkali-kali Kimberly meyakinkan dirinya berada di dunia mimpi, tapi kenyataan yang ada ini adalah sebuah kenyataan indah. Saat ini Kimberly berada di kamar Damian yang berada di kediaman keluarga Darrel. Sejak percakapan tadi, Damian tak membawa Kimberly pulang ke penthouse yang mereka tempati. Pria tampan itu sengaja membawa Kimberly masuk ke dalam kamarnya. Pun ini merupakan pertama kali Kimberly berada di kamar Damian yang ada di kediaman keluarga Darrel.Dulu, setiap kali Kimberly datang ke kediaman keluarga Darrel yang kerap Kimberly datangi adalah kamar milik Fargo. Sekarang wanita berparas cantik itu berada di kamar Damian. Bagi banyak orang mungkin ini memang seperti lelucon.
Kimberly menatap hangat foto Damian semasa Damian masih kuliah. Tampak senyuman di wajah cantiknya terlukis begitu tulus. Foto lama itu sangat menggemaskan di mata Kimberly. Usia Damian sekarang sudah di atas 30 tahun. Namun, semakin bertambahnya usia Damian malah membuat pria itu semakin tampan dan gagah.Tanpa sengaja, tatapan Kimberly teralih pada foto sosok wanita cantik yang tengah menggendong bayi. Dia mengambil bingkai foto itu, dan menatap lekat. Foto itu adalah foto lama, dia yakin sosok wanita cantik yang menggendong bayi itu adalah mendiang ibu Damian yang menggendong Damian bayi.“Cantik sekali,” gumam Kimberly pelan memuji. Ini pertama kalinya Kimberly tahu wajah mendiang ibu kandung Damian. Pasalnya yang sedari dulu tampil adalah Rula—ibu tiri Damian. Pantas saja Damian sangat tampan, karena selain Deston memiliki wajah tampan, mendiang ibu Damian adalah wanita yang sangat cantik. “Terima kasih sudah melahirkan pria yang sangat hebat,” bisik Kimberly seraya membelai bi
Berita pernikahan tentang Damian dan Kimberly sudah tersebar di media. Hingga detik ini video di mana Damian melamar Kimberly di boarding gate masih menjadi trending topik. Banyak beberapa komentar negative, tapi komentar positive jauh lebih banyak karena waktu itu Damian sudah pernah memberi tahu publik mengenai hubungan antara Kimberly dan Fargo.Kemarin, Ernest sudah menghubungi Kimberly menanyakan kabar tentang berita yang telah tersebar luas. Tentu Damian sendiri yang langsung mengambil alih pembicaraan antara Ernest dan Kimberly. Pria tampan itu membenarkan tentang rencana pernikahan. Pun, dia sudah merencanakan jadwal pertemuan keluarga dalam waktu dekat ini. Dia sengaja tak menunda-nunda pernikahan, karena tak ingin kehamilan Kimberly semakin besar di pesta pernikahan mereka nanti. Persiapan pernikahan sudah dipersiapkan. Namun, Damian melarang Kimberly untuk mempersiapkan pernikahan. Kondisi Kimberly yang mengandung membuat Damian selalu takut terjadi sesuatu pada Kimberly.
Bibir Damian menjelajah di atas bibir Kimberly dengan penuh kelembutan. Mengulumnya layaknya permen manis yang tak bisa disia-siakan. Lidah pria tampan itu mendesak masuk, membelai langit-langit mulut sang kekasih.Tangan lentik Kimberly melingkar di leher Damian, penuh damba. Tubuh Damian menindih tubuh kekasihnya itu, sedikit berjarak di bagian perut demi melindungi perut sang kekasih agar tak terluka.“Ah.” Desahan lolos di bibir Kimberly kala tangan kokoh Damian meremas payudaranya.“Ukuranmu semakin besar, Kim. Aku menyukainya.” Damian melepaskan pagutan itu, menundukkan kepalanya, menggigit puting payudara Kimberly dari balik dress wanita itu.“Ah, Sayang. Jangan digigit. Sakit.” Kimberly meremas rambut Damian, merintih kala Damian menggigit putingnya. Damian membuka kancing depan Kimberly, menatap penuh hasrat bra berwarna merah berenda yang membalut dada sang kekasih. Kehamilan kekasihnya itu masih muda, tapi nyatanya membuat ukuran dada sang kekasih kian menantang, bulat, p