Benar dengan apa yang dicurigai Wendy. Reynold ternyata benar-benar membuntuti wanita itu di belakangnya."Hm, apa yang akan dia lakukan?" pikirnya dengan pandangan tajamnya terkunci pada punggung gadis yang sedang ia buntuti itu.tampak Wendy hanya berjalan saja dengan santainya dan riang. Wajahnya tampak berseri dan senyum polosnya itu terus ia tampakkan pada semua orang yang ia lewati. Tentu ia masih berperan sebagai Bella Valentine karena ia sangat yakin bahwa Reynold saat ini tengah membuntutinya entah di mana itu."Aku harus waspada, tidak boleh lengah! Jangan sampai pemuda itu mencurigaiku!" pikir Wendy dengan penuh keyakinan.Melihat sebuah kafe, ia pun masuk ke dalam sana agar ia bisa mengawasi sekitar sehingga ia bisa memastikan di mana kah Reynold mengawasinya.Ia memesan segelas capuccino, lalu mengambil tempat duduk di dekat jendela dan menghadap pintu masuk kafe.Ia duduk sambil menikmati minuman yang dipesannya sembari memandangi pemandangan di luar jendela dengan segel
Reynold sebenarnya belum pulang. Saat ini ia masih bersembunyi di tempat persembunyiannya untuk melanjutkan pengintaiannya terhadap Wendy. "Gadis ini benar-benar tidak sederhana," pikir Reynold sembari memeriksa jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 12 malam."Kali ini Aku harus lebih berhati-hati, jangan sampai dia menyadari keberadaanku!" Pemuda itu bertekad untuk tidak melalukan kesalahan yang sama seperti sebelumnya.Setelah cukup lama bersembunyi di tempat itu, tak lama ia mendengar suara langkah kaki kecil yang semakin terdengar menjauh. Karena malam sangat sepi dan sunyi, langkah kaki itu terdengar sangat jelas di telinga Reynold yang saat ini sedang berada dalam mode siaga."Sepertinya dia sudah mulai bergerak," pikir Reynold.Karena bisa mendengar suara derap langkah itu, Reynold berpikir untuk melepas sepatu yang dipakainya agar tiap langkahnya tidak terdengar juga oleh gadis yang sedang ia intai itu.Kemudian setelah itu, perlahan ia mengintip dari balik tembok, dan ta
Reynold kini sudah berada di rumahnya. Tampak rumah itu sangat gelap, tak ada satu lampu pun yang menyala di bagian luar rumahnya, atau bahkan di dalamnya, kecuali lampu di kamar ayahnya. Ia masuk ke dalam rumah dan tentu saja keadaan sangat gelap di dalam sana. Tanpa memedulikan hal sepele itu, pemuda itu langsung menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua.Ketika ia sampai di depan pintu kamar ayahnya yang tertutup sangat rapat itu, samar-samar ia mendengar suara lembut wanita tengah berbincang dan tertawa di balik pintu. Tentu ia sangat penasaran akan siapakah sosok wanita yang sedang bersama ayahnya di dalam kamar itu, tapi ia berusaha mencoba untuk tidak peduli karena tentu saja ia berpikir bahwa ayahnya tidak ingin dia ikut campur dalam urusan yang sedang dilakukannya."Hm, padahal di pintu depan tadi Aku tidak melihat ada alas kaki wanita," gumam Reynold sembari berjalan berlalu dari pintu yang membuatnya sangat penasaran itu.DUG!Ia membuka pintu kamarnya dan kemudian menut
"Hm? Bolehkah kutahu mengapa Aku harus ikut? Bukannya selama ini Kau tidak pernah menyuruhku untuk ikut menyambut kedatangan bos besar?" Wendy tampak heran dengan perintah yang mendadak itu."Sebenarnya ini hanya permintaan bos besar, di kunjungannya kali ini dia ingin melihat Sang Eksekutor yang belakangan ini menarik perhatiannya," tutur Chris dengan datar.Tentu saja hal itu membuat Wendy terkejut. Ia tidak pernah mengira bahwa dirinya sampai bisa dilirik oleh bos besar karena selama ini yang ia tahu hanyalah bekerja, bekerja, dan bekerja dengan baik untuk Chris sehingga sedikit pun tak terlintas di pikirannya mengenai reputasi dirinya di mata orang-orang. Asalkan Chris senang, Wendy sudah sangat lega karena hanya pria itu lah yang bisa membuat bulu kuduknya merinding ketika dalam mode serius.Chris memandang wajah Wendy lekat-lekat seakan ia sedang mempelajari reaksi Wendy ketika ia tahu tujuan dari keberadaannya di sini."Well, tanpa Kau sadari sebenarnya Kau itu cukup terkenal be
POV Wendy.Setelah Aku dan Chris selesai menyantap sarapan pagi kami yang sudah disiapkan oleh Donald, kami tidak langsung beranjak dari tempat duduk kami. Aku masih diam karena Chris tampak tidak melakukan pergerakan apa pun, ia hanya memandangku dengan serius dari tempat duduknya."Chris, apakah ada yang salah dariku?" tanyaku yang sungguh sudah tidak tahan lagi dengan rasa penasaran dari tingkah Chris yang satu ini.Ia meletakkan tangannya di atas meja dan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi makan antik yang tengah ia duduki itu."Kau belum melaporkan tugasmu hari kemarin," jawabnya dengan datar."Maaf, Aku belum sempat melaporkannya padamu karena kupikir tadi malam Kau sedang sibuk," timpalku, berkata dengan apa adanya."Baik, sekarang mulailah melapor!" seru pria itu yang masih tidak melepaskan pandangannya dariku. "Dan jangan berkata lebih dari 10 kata!" sambungnya.Aku terdiam, merenungkan kata yang tepat untuk menggambarkan perkembangan misiku itu pada Chris. "Sepuluh
Tak lama, mobil yang dimaksud Rudolf pun sampai tepat di depan kami. Tanpa pikir panjang, kami bertiga langsung masuk ke dalam mobil dengan mendahulukan Chris dan Freddy, pria penting yang saat ini keselamatan mereka adalah prioritasku.Sebelum masuk ke dalam mobil, dengan posisi yang siap menembak, kuedarkan pandanganku sejenak untuk melihat musuh yang dimaksud Rudolf itu. Namun, sayang sekali aku tidak melihat siapa pun yang mencurigakan.Mengetahui hal itu, seketika aku langsung terpikirkan sesuatu, dan dengan segera masuk ke dalam mobil."Cepat tancap gas!" seruku pada supir yang akan membawa kami pergi."Wendy, apa Kau menemukan sesuatu?" tanya Chris yang sepertinya mengerti maksud seruanku pada supir itu."Rudolf menembak ban mobil itu untuk memperingatkan kita, berarti ada sesuatu yang tidak beres di sana, dan itu artinya cepat atau lambat mobil itu -"DUAAARR!Belum sempat aku menyelesaikan penjelasanku, tiba-tiba mobil kami yang kami tinggalkan di belakang itu meledak.Sontak
Beberapa saat kemudian mobil yang membawa Wendy dan yang lainnya itu sampai di pelabuhan. Tidak seperti dengan apa yang dikatakan Rudolf bahwa masih ada mobil yang mengikuti mereka, selama di perjalan menuju ke pelabuhan, Wendy dan penumpang lainnya tidak menemukan mobil yang dimaksud oleh pria itu.Mobil langsung diarahkan menuju ke sebuah gudang karena Chris memerintahkan supir untuk memberhentikan mobilnya di sana."Chris, Freddy, Kalian tunggulah di sini, Aku akan memeriksa sekitar!" seru Wendy yang tanpa basa-basi lagi langsung keluar dari mobil dengan penuh kewaspadaan karena saat ini mereka belum sepenuhnya aman.Tepat sebelum wanita itu keluar dari mobil, Freddy menghentikannya dengan berkata, "Anak buahku juga ada di sekitar sini, dia bernama Karen, Kau bekerja samalah dengannya!"Wendy hanya mengangguk, lalu keluar dari mobil dengan berhati-hati."Kau, untuk sementara tolong jaga mereka!" seru Wendy pada supir yang sebenarnya juga sangat ahli dalam menggunakan senjata."Gadis
Reynold tidak beralih dari tempat persembunyiannya saat ini. Pemuda itu memutuskan untuk tetap mengawasi gerak-gerik kedua wanita itu karena ia sangat ingin tahu akan hal apa yang akan mereka berdua lakukan selanjutnya."Hm, jika kutahu apa yang sedang Karen dan wanita itu lakukan, mungkin Aku bisa tahu tentang kasus apa yang sedang Ayah tangani," pikir Reynold yang teringat akan hal yang selalu menjadi tanda tanya baginya belakangan ini.Pandangannya sekarang kembali terfokus pada aktivitas kedua orang di hadapannya itu.Tampak mereka berdua melempar pria yang mereka tangkap itu ke hadapan orang yang berada di dalam mobil yang pintu belakangnya terbuka."Ikat bajingan itu, dan masukkan dia ke dalam bagasi!" terdengar suara dari dalam mobil yang sepertinya adalah bos dari kedua wanita itu."Baik!" tegas kedua wanita itu, lalu setelah itu langsung melaksanakan apa yang diperintahkan seorang pria di dalam mobil."Cepatlah naik! Kita tak bisa berlama-lama di sini!" seru seseorang lagi yan