Tak lama, mobil yang dimaksud Rudolf pun sampai tepat di depan kami. Tanpa pikir panjang, kami bertiga langsung masuk ke dalam mobil dengan mendahulukan Chris dan Freddy, pria penting yang saat ini keselamatan mereka adalah prioritasku.Sebelum masuk ke dalam mobil, dengan posisi yang siap menembak, kuedarkan pandanganku sejenak untuk melihat musuh yang dimaksud Rudolf itu. Namun, sayang sekali aku tidak melihat siapa pun yang mencurigakan.Mengetahui hal itu, seketika aku langsung terpikirkan sesuatu, dan dengan segera masuk ke dalam mobil."Cepat tancap gas!" seruku pada supir yang akan membawa kami pergi."Wendy, apa Kau menemukan sesuatu?" tanya Chris yang sepertinya mengerti maksud seruanku pada supir itu."Rudolf menembak ban mobil itu untuk memperingatkan kita, berarti ada sesuatu yang tidak beres di sana, dan itu artinya cepat atau lambat mobil itu -"DUAAARR!Belum sempat aku menyelesaikan penjelasanku, tiba-tiba mobil kami yang kami tinggalkan di belakang itu meledak.Sontak
Beberapa saat kemudian mobil yang membawa Wendy dan yang lainnya itu sampai di pelabuhan. Tidak seperti dengan apa yang dikatakan Rudolf bahwa masih ada mobil yang mengikuti mereka, selama di perjalan menuju ke pelabuhan, Wendy dan penumpang lainnya tidak menemukan mobil yang dimaksud oleh pria itu.Mobil langsung diarahkan menuju ke sebuah gudang karena Chris memerintahkan supir untuk memberhentikan mobilnya di sana."Chris, Freddy, Kalian tunggulah di sini, Aku akan memeriksa sekitar!" seru Wendy yang tanpa basa-basi lagi langsung keluar dari mobil dengan penuh kewaspadaan karena saat ini mereka belum sepenuhnya aman.Tepat sebelum wanita itu keluar dari mobil, Freddy menghentikannya dengan berkata, "Anak buahku juga ada di sekitar sini, dia bernama Karen, Kau bekerja samalah dengannya!"Wendy hanya mengangguk, lalu keluar dari mobil dengan berhati-hati."Kau, untuk sementara tolong jaga mereka!" seru Wendy pada supir yang sebenarnya juga sangat ahli dalam menggunakan senjata."Gadis
Reynold tidak beralih dari tempat persembunyiannya saat ini. Pemuda itu memutuskan untuk tetap mengawasi gerak-gerik kedua wanita itu karena ia sangat ingin tahu akan hal apa yang akan mereka berdua lakukan selanjutnya."Hm, jika kutahu apa yang sedang Karen dan wanita itu lakukan, mungkin Aku bisa tahu tentang kasus apa yang sedang Ayah tangani," pikir Reynold yang teringat akan hal yang selalu menjadi tanda tanya baginya belakangan ini.Pandangannya sekarang kembali terfokus pada aktivitas kedua orang di hadapannya itu.Tampak mereka berdua melempar pria yang mereka tangkap itu ke hadapan orang yang berada di dalam mobil yang pintu belakangnya terbuka."Ikat bajingan itu, dan masukkan dia ke dalam bagasi!" terdengar suara dari dalam mobil yang sepertinya adalah bos dari kedua wanita itu."Baik!" tegas kedua wanita itu, lalu setelah itu langsung melaksanakan apa yang diperintahkan seorang pria di dalam mobil."Cepatlah naik! Kita tak bisa berlama-lama di sini!" seru seseorang lagi yan
POV Wendy.Aku sebenarnya sangat kaget melihat sosok Reynold yang entah mengapa bisa tiba-tiba saja berada di belakang mobil kami tadi. Tetapi mengetahui bahwa sekarang aku sudah tidak melihatnya lagi, entah mengapa aku merasa sangat lega sekali."Hah~ Sepertinya keberadaannya tadi hanya kebetulan saja," pikirku sembari menghela napas.Mengetahui hal itu, aku langsung mengirim pesan pada Chris, melaporkan padanya bahwa Reynold sudah tidak berada di belakang mobil dan tak terlihat lagi.Ting!Tak berselang lama, Chris membalas pesan dariku."Baiklah, tapi bagaimana instingmu sekarang?" balasnya."Aku masih merasa ada yang tidak beres, jadi kupikir yang menjadi sumber keresahanku bukan dia," balasku, mengatakan apa yang kurasakan."Bagus, untunglah bocah itu tidak menambah masalah!" balasnya kembali.Setelah itu percakapan singkat kami pun berakhir dan kini aku kembali fokus pada apa yang membuatku merasa tidak enak hati selama ini.Di tengah keheningan di dalam mobil yang tengah dalam
Panas sekali di sini. Mobil musuh yang terbakar di tengah siang hari itu lah penyebabnya. Aku mendekat pada sumber api untuk memastikan apakah ada musuh yang masih selamat atau tidak. Namun, sayangnya aku tidak menemukan satu orang pun yang selamat, dan jika kulihat dari luar, aku juga tidak melihat orang di dalam mobil yang sempat kudengar suaranya sebelum granat yang kulempar itu meledak. Meski karena ledakan granat itu seharusnya tubuhnya sudah tidak utuh lagi, tapi aku sedikit yakin bahwa orang itu berhasil keluar dari mobil karena aku tidak melihat apa pun yang tampak seperti potongan tubuh."Apakah dia berhasil melarikan diri dari mobil di detik-detik terakhir?" gumamku dengan pandanganku masih terus kuedarkan di sekiarku karena takutnya terjadi serangan dadakan terhadapku dari orang yang kuperkirakan berhasil selamat itu.SET!Benar saja, di tengah pencarianku itu, tiba-tiba seseorang menodongkan sebuah pisau ke leherku dari belakang."Well, well, sedang apa Kau manis?" ucap pr
Wendy yang penasaran dengan kertas catatan yang berada dalam genggamannya itu tanpa pikir panjang langsung membaca isinya dengan cermat."Jika Kau ingin tahu lebih banyak, temui Aku malam ini di cafe Hegendash yang tempatnya tak jauh dari tempatmu berada sekarang." Seperti itulah isi catatan yang ditulis oleh Reynold dalam kertas itu.Setelah membaca catatan itu, Wendy hanya mengerutkan keningnya karena ia sungguh tidak terpikirkan apa-apa mengenai siapa si penulis catatan yang ditujukan untuknya itu.Wanita itu menggenggam kembali kertas itu, lalu dengan sigap bangkit berdiri untuk mencari petunjuk mengenai orang yang sebenarnya secara tidak langsung sudah menolongnya itu. Namun sayangnya ia tidak menemukan siapa pun lagi, orang itu benar-benar tidak meninggalkan jejak apa pun."Keh! Siapa lagi sekarang yang sedang bermain-main denganku?!" rutuk Wendy dalam hati yang sejujurnya merasa kesal dengan ketidakmampuannya untuk menemukan orang misterius itu.CKIT!Sebuah mobil tiba-tiba ber
Malam sudah tiba, setelah Reynold mengantarkan 'paketnya' ke sebuah toko tembakau dekat kantor pos, ia langsung bergegas menuju ke cafe yang ia maksud dalam catatan kecil yang ia tinggalkan untuk Wendy.Kini ia berada di sebrang tempat itu. Dengan pakaian kasual dan mulutnya tertutup oleh masker yang dikenakannya, ia menunggu kemunculan Wendy yang sampai saat ini belum kunjung datang itu."Hm, dia belum datang juga ... Well, sepertinya Aku akan menunggu sepanjang malam ... salahku juga tidak menuliskan waktu dengan rinci," gumam pemuda itu sembari memandangi jam yang melingkar di tangannya."Aku harus bersabar, Aku yakin wanita itu pasti akan datang karena ia pasti sangat penasaran dengan maksud dari catatanku itu," sambungnya.Pemuda itu terus menunggu di tempat ia berada sekarang untuk memastikan kedatangan wanita itu dengan sabar.***Di sisi lain, wanita yang ditunggu oleh Reynold sebenarnya sudah berada di sekitar kafe itu. Dengan penyamarannya sederhana, Wendy yang mengenakan ke
POV Wendy.Setelah hari yang terasa sangat panjang kemarin, keesokan harinya meski sangat malas sekali aku pun berangkat ke kampus lagi.Kulangkahkan kaki dengan sangat berat sekali dan sejujurnya kedua mataku tidak bisa terbuka dengan sempurna karena aku merasa sangat mengantuk sekali. "Hoam ... Ini sangat melelahkan ... Biasanya aku bisa tahan untuk tidak tidur semalaman, tapi semenjak mendapat tugas ini membuatku merasa 10 kali lebih melelahkan dari pada tugas normalku yang biasanya," gumamku yang mulai meracau sembari berjalan menapaki tiap jalan menuju ke Universitas Lione, tempatku menuju saat ini.Aku tidak bisa berpikir, saat ini jika dilihat dari luar mungkin aku sudah tampak seperti mayat hidup yang berjalan dengan tatapan kosong, dan tidak memedulikan sekitarku.Aku terus berjalan, dan terus berjalan hingga akhirnya seseorang menepuk punggungku dengan sangat keras sehingga membuatku bisa tersadar sepenuhnya karena perasaan perih yang luar biasa dari tepukan keras itu."Akh!
POV Wendy. "Misi apa yang akan pria itu berikan dengan membuat kita bertiga berkumpul seperti ini?" pikirku sembari menatap sosok Chris yang tengah duduk sembari menatap kami bertiga dengan serius. "Si bajingan Vincent kemarin buka mulut. Dia terus mengoceh, sehingga pada akhirnya mengatakan bahwa ada hal serius yang akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan, dan itu berhubungan Coltello. Mau tidak mau organisasi akan terlibat dalam sebuah perang antar organisasi kecil dan itu tidak bisa dihindari!" Chris mulai menuturkan hal yang menjadi penyebab yang sepertinya membuat pikirannya terganggu. Mendengar hal itu, sontak saja semua orang terlihat semakin serius. "Dia tidak mengatakan detailnya, tetapi itu berhubungan dengan tuan Jimmy Heartnewt. Dia hanya bilang bahwa dengan adanya pejabat itu di sisi mereka, maka Coltello pasti tidak akan baik-baik saja!" Chris melanjutkan perkataannya. Pria itu, melirik ke arahku, kemudian berkata, "Wendy, kuperintahkan Kau untuk mengawasi
Michael memandang Hilde dengan perasaan penuh antusias, benar-benar ingin segera mengetahui apa yang hendak tante girang itu bicarakan dengannya, di samping dia ingin 'benda' yang ada padanya. Sedangkan wanita itu tampak tertunduk sedih di samping pria itu sembari memainkan tangannya. "Hm? Nyonya Hilde, mengapa Anda hanya diam saja?" tanya Michael sambil memasang senyumnya yang menawan. Hilde dengan ragu melirik pria rupawan itu. "Tuan Clifford, Saya merasa ketakutan," ucapnya dengan suara yang bergetar. "Well, itulah yang seharusnya Anda rasakan. Anda baru saja menjadi target pembunuhan, tentu saja hal semacam itulah yang harus Anda rasakan," ujar pria itu. Hilde langsung berdiri tanpa mengalihkan pandangannya dari Michael, lalu berkata dengan menggebu-gebu, "Tuan, Anda sudah menyelamatkan nyawa Saya malam itu. Saya yakin Anda bisa-" "Sejujurnya, Nyonya Hilde, yang Saya lakukan hanyalah menangguhkan waktu pembunuhan Anda. Anda berhasil lolos malam itu, bukan berarti Anda
"Well, Rey, Rob, tunggu sebentar ya! Sebentar lagi kelasku selesai," seru Martin. "Baik, ayah mertua!" timpal Robert dengan bersemangat, berbanding terbalik dengan Reynold yang hanya merespons dengan sebuah anggukan malas. Martin tersenyum, lalu kembali ke dalam kelas, melanjutkan perkuliahannya. Tinggallah kedua pemuda itu sendiri. "Sebenarnya untuk apa Kau menemui Pak Martin?" Reynold yang masih penasaran, menanyakan hal yang menurutnya ganjil itu. "Eh? Aku hanya datang untuk kunjungan rutinku. Takada masalah mengenai itu, kan?" jawab Robert dengan santainya. "Kunjungan rutin apa?" Reynold bertanya makin jauh. "Itu bukan urusanmu~" timpal lawan bicaranya yang terlihat seperti sedang menjahilinya. Mendengar respons itu, Reynold tidak memperpanjangnya lagi karena sejujurnya ia cukup kesal mendengar bagaimana pemuda itu menjawab tiap pertanyaannya. "Tapi ada satu hal pasti yang menjadi urusanmu, yaitu uruslah kekasihmu sendiri, dan jauh-jauhlah dari Bella!" Pemuda it
Beberapa saat kemudian, kami sudah berada di depan pintu masuk gedung aprtement-ku. "Terima kasih, Rey!" ucapku dengan riang gembira. Reynold hanya memandang dengan malas padaku. Aku memeluk erat boneka unicorn pemberian darinya sembari cengengesan. "Terima kasih juga bonekana ... Aku sangat menyukainya," ungkapku. "Aku tidak sengaja memberikannya-" "Aku akan menamainya ReyBell!" selaku, langsung memberitahukan nama boneka pemberiannya. "Hm, Reynold Bella, kah? Dasar gadis aneh!" gumamnya sembari menyalakan kembali motornya, sepertinya ia bersiap untuk pergi. Aku menghadapkan kepala boneka itu pada Reynold, seraya berkata dengan nada jahil, "Reybell, ayo katakan sesuatu pada Papa!" Reynold langsung menoleh padaku dengan tampang terkejut. "Papa, hati-hati di jalan ... sampai jumpa lagi!" Aku mengubah suaraku sembari mengerak-gerakkan kaki depan boneka unicorn itu seakan dia sedang melambai pada pemuda yang sudah memberikan boneka ini padaku. "Dasar gadis aneh!" guma
Belum sempat aku menjawab apa yang ditanyakannya, Reynold menghentikan laju motornya di depan sebuah kedai makanan sederhana. "Em, Rey?" Aku memanggilnya dengan heran. "Turunlah!" serunya. Aku pun melakukan apa yang diserukannya dengan tampang bingung. "Kenapa Kita berhenti di sini?" tanyaku. Pemuda itu menurunkan standar motornya, lalu turun dari motornya, dan setelah itu melengos pergi menuju ke pintu masuk kedai seraya berkata, "Aku lapar!" "Hah? Apa? Eh, tunggu Aku!" Takingin tertinggal olehnya, aku berlari kecil untuk mengejarnya. *** Kini kami duduk berhadapan di dalam kedai itu. Makanan sudah dipesan dan kami hanya tinggal menunggu pesanan kami datang. Ini pertama kalinya aku dan Reynold makan berdua seperti ini. Sejujurnya entah mengapa aku merasa gugup, karena kami benar-benar tidak melakukan apa-apa, hanya duduk diam saling menatap. Pemuda itu bahkan tidak memainkan ponselnya dan ia hanya memandangi sekitar dan sesekali memandang ke arahku dengan tampang
"Aku akan tahu rahasia Reynold! Aku harus berjuang!" pikirku dengan rasa begitu antusias mengikuti langkah targetku ini. Pintu geser kaca otomatis pun langsung terbuka ketika kaki kami menyentuh lantai di depannya. "WOAH ...." Aku memasang tampang bodoh seperti anak kecil yang baru pertama kali masuk ke dalam sebuah gedung yang penuh dengan berbagai macam game arcade di dalamnya. Aku langsung beralih pada Reynold dengan antusias, seraya bertanya sambil menarik-narik bajunya, "Rey, Rey! Mau main yang mana dulu ini?" Pemuda itu menoleh padaku dengan malas, lalu berjalan begitu saja menuju ke tempat pembelian koin. "Kau yang pilih!" tegasnya setelah ia membeli koin yang cukup banyak. "Eh? Baiklah!" timpalku dengan bersemangat. Kuedarkan pandanganku untuk mencari mesin permainan yang terlihat menarik untuk pertandingan kami. "Ayo Kita main itu!" Aku menunjuk sebuah mesin game arcade Tekken yang terlihat masih baru tak jauh dari tempat kami berdiri. "Hm." Reynold hanya m
POV Wendy. Kedua mataku terbelalak melihat pemandangan mengejutkan itu. Setelah mencari pemuda itu selama satu setengah jam, akhirnya Aku menemukannya dalam situasi yang membuatku takhabis pikir. Sebuah situasi di mana Reynold terlihat bahagia bercanda dan beberapa kali ia juga tertawa dengan gadis kecil yang terlihat seperti berumur 7 tahunan di punggungnya itu. "Bocah cilik itu siapanya Reynold?" gumamku yang masih tak percaya dengan apa yang kulihat. "Reynold! Luna!" Seorang wanita berlari kecil sambil memanggil mereka. Pemuda dan bocah cilik itu menoleh pada wanita itu. Seorang wanita dewasa yang terlihat manis dan terlihat menenteng kantong kresek. Bocah itu terlihat antusias dan Reynold pun berjalan mendekat pada wanita itu sambil menggendong gadis cilik yang sepertinya bernama Luna itu. Mereka bertiga terlihat bercengkerama bersama dengan menampakkan senyum lepas satu sama lain sehingga mereka benar-benar terlihat seperti keluarga yang sangat bahagia. "Aku tida
Michael tengah duduk di depan seorang pria bermantel biru khas seragam kepolisian. Mereka duduk berhadapan dengan tampang si pria dari kepolisian itu terlihat kesal. Sedangkan Michael terlihat begitu santai, takpeduli dengan tampang kesal pria itu. "Jadi, Kau tetap takingin menyerahkan benda yang Kau dapatkan itu?" tanya pria itu dengan gigi bergemertak seakan sedang menahan kekesalannya. "Yaps! Aku berhak menolak karena itu adalah properti pribadiku. Kau ini polisi, pasti Kau sangat tahu hak-hak warga negara bukan?" jawab Michael dengan tenang. "Tuan Michael Clifford, Aku rasa itu bukan benda milikmu, jadi kami berhak untuk mengambilnya demi kepentingan negara!" Polisi itu menyanggah apa yang dikatakan pria yang tampak menyebalkan dengan seringainya yang tiba-tiba saja tampak semenjak mereka bertemu. Michael menghela napas, lalu sidekap di pahanya, lalu berkata, "Kau sepertinya lupa dengan tujuanmu sejak awal. Semenjak Kau datang Kau hanya membicarakan 'benda itu.' Well, Kau
Reynold sudah tidak terlihat lagi. Dia berlari dengan sangat cepat. Wendy tidak mengira pemuda itu bisa berlari secepat itu, bahkan ia bisa membuat seorang eksekutor seperti dirinya kehilangan jejak. "Well, sebenarnya dia tidak berlari secepat itu, tetapi ia menggunakan keadaan sekitarnya yang cukup ramai untuk menyamarkan jejaknya," pikir wanita itu, masih tetap berlari untuk mencari sosok jangkung pemuda menawan itu. "Pemuda itu benar-benar selalu melampaui ekspetasiku." Wendy tersenyum mengingat betapa menariknya target yang harus ia dapatkan itu. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat seakan memvisualkan bagaimana sangat bersemangatnya ia saat ini. "Aku tidak boleh menyerah! Aku harus menemukannya!" ucap wanita itu dengan begitu bersemangat. *** Sementara itu di sisi Chris. Pria casanova itu tampak sedang duduk di meja kerjanya sembari memandangi ponselnya lekat-lekat seakan ia sedang mempelajari sesuatu dari sana. "Hm, sepertinya wanita itu sedang bersenang-senang," guma