Mendapat suami idaman adalah impian semua orang. Betapa tidak, sebagai kaum wanita tentunya istri selalu ingin diberikan kasih sayang lewat perhatian kecil, entah itu dengan memberikan kejutan, jalan-jalan dan sebagainya. Hal inilah yang membuat istri bahagia. Seperti yang dialami Miranda sekarang, bukan lagi perhatian kecil yang diberikan Haikal padanya, sebuah rumah mewah impian menjadi kejutan untuknya.
"Bang, ini berlebihan. Aku merasa tidak pantas mendapatkannya." ucapan itu yang dilontarkan berkali-kali dari bibirnya.Ia merasa sungkan dengan Haikal karena lagi-lagi suaminya mengeluarkan banyak uang. Padahal sebelumnya Haikal telah melunasi hutangnya pada Aluna gara-gara kerusakan mobil."Kamu bicara apa, sayang. Kamu lupa kalau kamu istri abang. Jadi uang abang juga uang kamu." saat ini mereka berada di taman belakang, melihat pemandangan segar yang menyejukkan mata. Sementara Ochan sibuk bermain ayunan sendiri. Haikal memang sengaja membuat taman2 hari kemudianHaikal menyerahkan sertifikat rumah atas nama istrinya. Miranda awalnya keberatan. Sudah tinggal di rumah sebesar ini saja sudah cukup baginya, dan kali ini Haikal sangat berlebihan. "Bang, kenapa harus nama aku. Yang beli kan abang," ucap Mira merasa sungkan."Ini hadiah untuk kamu, sayang. Anggap saja hadiah pernikahan kita," ucap Haikal tulus."Terima kasih banyak, Bang. Tapi--""Kenapa?""Harganya pasti sangat mahal, uang abang nanti habis."Mendengar ucapan polos istrinya membuat Haikal terbahak kencang. Bagaimana bisa uangnya habis, malahan setiap waktu uangnya semakin menambah. Haikal sendiri pun bingung menghabiskannya dengan cara apa. "Kok malah ketawa?" Miranda langsung cemberut, karena menurutnya Haikal sudah meledek."Tidak apa-apa, sayang." Haikal langsung menggenggam kedua tangan istrinya. "Kamu jangan mikirin berapa banyak pengeluaran abang ya, karena itu tidak penting.
1 minggu berlalu Tinggal di rumah baru membuat Mira semakin betah. Bahkan rasanya ia segan keluar rumah dan hanya ingin menikmati waktunya di rumah saja. Haikal memang menyuruhnya untuk berhenti kerja, tetapi Mira menolak lembut permintaan sang suami. Menjadi seorang pengajar adalah cita-citanya dari kecil, dan Mira sangat menikmati perannya sebagai guru. Jadi bagaimana mungkin ia berhenti kerja hanya karena suaminya mampu membiayai hidupnya. Mira bukanlah sosok wanita manja yang hanya mengandalkan uang suami, hidupnya sudah terlatih mandiri sejak kecil.Hari ini Mira berangkat mengajar les di satu tempat, karena pagi tadi sudah mengajar di tempat biasanya. Ya, memang ada beberapa anak yang ia ajarkan les private di beberapa rumah. Menjadi seorang pengajar yang baik, dan gampang dicerna, membuat seorang anak betah di ajari dengannya. Sebab itu orang tua mereka membuat pengumuman ke media sosial bahwa ada seorang guru les yang sangat handal. Karena inform
"Halo, Pak. Ada yang bisa Anni bantu?" tanya Anni dari seberang sana."Apa Miranda sudah pulang, Ann? Dari tadi saya hubungi gak diangkat. Kirim pesan juga gak dibales," ucap Haikal. Ia merasa khawatir dengan istrinya. "Belum, Pak. Tumben sekali sih Mbak Mira belum pulang. Biasanya tuh jam segini sudah sampai."Ucapan Anni tersebut membuat Haikal semakin gelisah. Ia mondar-mandir di dalam ruangan, memikirkan istrinya dari tadi."Baiklah, kalau begitu saya pulang sekarang." Haikal langsung mematikan panggilannya."Tadi papah ya, Mbak?" tanya Ochan dari belakang. Ia mendongak menatap Anni meminta jawaban."Iya, sayang. Tadi papah," sahut Anni. Ia berjongkok menyetarakan tingginya dengan Ochan."Papah ngomong apa?" tanyanya kepo.Tak ingin Ochan khawatir karena pertanyaan Haikal yang mencemaskan Mira, Anni mengalihkan jawabannya ke yang lain."Papah cuma nanya kalau Ochan sudah makan apa belum," sahut Ann
DUAKKKDUAKKKDUAKKKBeberapa tendangan mendarat di tubuh Haikal saat berhasil mengalahkan Raykel. Para orang yang ditugaskan untuk menjaga di depan oleh Raykel masuk dan membantu tuannya berkelahi. Lima lawan satu, jelas saja Haikal kalah. Ia tak punya kekuatan untuk melawan semuanya."Abang--" teriak Mira histeris. Ia ingin membantu suaminya, namun kedua tangannya kini dicekal oleh salah satu anak buah Raykel."Jangan bergerak, Nona," ucap orang itu merasa kewalahan dengan Mira yang terus memberontak."Jahanam kalian, jangan pukuli suamiku!" teriaknya pilu. Hati Mira sakit menyaksikan semuanya. Tubuh Haikal sudah tak berdaya, namun kelima orang itu masih terus menghajarnya."Rasakan kau!" ucap Raykel dengan suara seraknya. Jelas saja ia kesulitan bicara, sebab Haikal telah memukulinya membabi buta. Raykel bangkit sambil memegangi perutnya. Sebuah senyum penuh kemenangan terukir jelas di sudut bibirn
3 hari berlaluMiranda tak beranjak sedikit pun dari sisinya. Haikal sudah memintanya untuk pulang dan beristirahat, tetapi Miranda menolak dan memilih menemani suaminya.Miranda meraih jemari dan mencium punggung tangan suaminya. Matanya berkaca-kaca menatap kulit pucat pasi dengan beberapa luka goresan kecil di sekitar wajah, lengan, dan kaki."Maafkan abang karena sudah merepotkanmu," ucap Haikal sambil mengusap lembut pipi istrinya."Ini sudah kewajibanku, Bang." Miranda saat ini tengah mengelap badan suaminya dengan handuk kecil basah yang sudah diperas."Ochan membutuhkanmu, Mir." Haikal khawatir dengan keadaan anaknya yang sering ditinggal selama 3 hari ini. Miranda hanya pulang sebentar, lalu balik lagi ke rumah sakit."Abang tidak perlu khawatir, Anni pasti akan menjaganya," ucap Mira tersenyum. Sejujurnya Mira juga merasa bersalah pada putranya, namun ia berjanji setelah ini akan mengutamakan Ochan.Setelah ber
"Pelan-pelan saja, pasti bisa kok." saat ini Mira tengah membantu suaminya berjalan tanpa kursi roda."Katanya gak parah, tapi kok abang merasa kesulitan ya, Mir," ucapnya memelas."Payah, baru begitu saja putus asa. Semangat sayangku," ucap Mira dengan mengedipkan sebelah mata. Hal itu membuat Haikal semakin bersemangat."Auww, sakit sakit." Haikal memegangi kakinya yang terasa kram. Berkali-kali ia mencobanya, rasa sakit itu semakin menjadi."Lebay." bukannya prihatin, Miranda malah terkekeh dengan ekspresi sang suami."Makanya abang tuh belajar bela diri dong, biar bisa melawan banyak orang. Jangan bisanya ke dukun saja buat melet aku," ucapnya terkekeh."Kamu ngeremehin abang hah?" Haikal tak terima dirinya dianggap tak bisa bela diri. Jelas-jelas ia sanggup mengalahkan banyak orang, hanya saat itu kondisinya berbeda. Penyerangan mendadak yang dilakukan anak buah Raykel, membuatnya tak bisa berkutik."Bukannya ngerem
"Abang yakin sudah bisa kerja?" tanya Mira sambil menyiapkan kemeja untuk suaminya.Setelah 1 minggu belajar jalan, kini Haikal sudah membaik kondisinya."Yakin, sayang. Banyak kerjaan di kantor yang harus abang selesaikan. Kasian Joe sama Lussi yang keteteran gak ada abang," ucap Haikal."Tapi kaki abang kan masih kaku?""Tidak apa-apa. Yang penting sudah bisa jalan.""Ya sudah, kalau sakit jangan dipaksain ya," ucap Mira khawatir."Iya, kamu tenang saja. Di kantor juga duduk doang."Selesai membantu Haikal berpakaian, Mira langsung mengantarnya sampai ke depan pintu. Haikal tidak sarapan hari ini, katanya pengan sarapan di kantor. Mira pun membawakannya bekal yang sudah ia siapkan sebelumnya."Hati-hati di jalan ya. Kalau sudah sampai hubungi aku," ucap Mira. Ia mengulurkan tangannya hendak menyalami sang suami."Iya, sayang," jawab Haikal tersenyum. Tak lupa juga ia berikan kecupan sayang di kening s
Setelah gadisnya merasa lebih tenang, Jaja langsung membawa Cindy duduk kembali. Ia usap air matanya menggunakan tangan. Lalu dikecupnya kening Cindy dalam dan sangat lama.Cindy meresapi sentuhan lembut pada keningnya. Bahkan ia menahan pinggang Jaja agar lebih lama menciumnya."Jangan ditahan seperti ini. Nanti kalau kakak khilaf bagaimana?" ucap Jaja dengan napas tersengal. Jujur ia sedang menahan napsunya yang perlahan mulai bangkit.Cindy tersenyum nakal. Ia semakin menggoda Jaja dengan menggigit bibir bawahnya."Ohhh, damn it!" Jaja mengusap wajahnya kasar. Kalau seperti ini ia bisa khilaf. Bagaimana pun juga dirinya manusia normal."Jangan memancingku, Cin. Apa kau tidak takut kalau aku bertindak lebih? Aku bisa saja memperkosamu," ucap Jaja menyeringai."Lakukan saja kalau berani," ucap Cindy menantang. Ia semakin mempepetkan tubuhnya sambil meremas paha Jaja."Kau nakal sekali," ucapnya serak. "Baiklah, jangan s
PRANGGG.....!!!Pecahan gelas berhamburan membuat Cindy menutup telinga saking terkejutnya."Tante, are you okey?" ucapnya sangat panik.Mamah Siska memegangi dadanya seakan tak percaya. Betapa tidak, Cindy datang membawa kabar mengejutkan hingga membuat dirinya shock."Kamu dapet video ini darimana, Cindy? Om harus ketemu Haikal sekarang juga," ucapnya masih tak percaya. "Tadi saat Cindy ke cafe sama Jaja, Cindy gak sengaja liat mereka di parkiran. Awalnya Jaja mau nyamperin, tapi Cindy tahan dulu siapa tahu mereka bicara serius. Dan ternyata benar saja, Om. Percakapan mereka bikin Cindy shock bukan kepalang. Ternyata masa lalu Bu Mira itu ada kaitannya dengan Haikal. Untung saja tadi aku videoin, jadi tante sama om bisa dengar langsung," tutur Cindy panjang lebar."Kenapa Haikal tidak pernah cerita sama tante selama ini. Dia tertekan sendiri karena merasa bersalah atas sesuatu yang tidak sengaja dibuatnya. Tante pikir beberapa tahun ini Haikal tertutup dan jarang pulang itu semua
Sky...!" suara panggilan setengah berteriak itu membuat Sky dan Richard menoleh ke belakang. Saat ini mereka berada tepat di parkiran.Alangkah terkejut begitu melihat Haikal datang menghampirinya dengan raut yang sulit dijelaskan. Marah, tentu saja Haikal marah setelah tahu siapa dalang dari masa lalunya. Haikal memang sengaja menunggu di parkiran karena tak ingin membuat keributan di dalam cafe.DUAKKKK......!!!Satu kepalan tinju mendarat tepat di perut Sky hingga laki-laki itu tersungkur sambil memegangi perutnya."Bangun kau!" Haikal menarik kerah kemeja Sky dengan kasar."Jadi selama ini kau menjebakku, hah? Dasar brengsekk!"DUAKKK....DUAKKK... DUAKKK...."A-aku bisa jelaskan semuanya," ucap Sky terbata-bata.Richard yang melihat itu pun merasa iba. Bagaimanapun juga dirinya ikut masuk ke dalam masalah ini."Haikal, tolong maafkan kami. Sky melakukan semua ini karena dia sangat mencintai Aluna," bela Richard sambil memohon.Mendengar itu, Haikal langsung melepaskan genggaman
Malam semakin larut, Mira terbangun dari tidur pulasnya karena menyadari sang suami tidak berada di sampingnya. Padahal Haikal bilang hanya sebentar, tapi kenapa tengah malam gini belum juga pulang.Mira menguncir rambutnya dengan jedai, setelahnya ia keluar kamar. Hal pertama yang ingin dilihat adalah putranya. Mira membuka pintu kamar Ochan memastikan putranya sudah tidur atau belum. Dan ternyata begitu pintu dibuka pelan-pelan, buah hatinya sudah tidur begitu nyenyak. Mira tersenyum lega. Ia pun menutup pintu kembali.Mira memutuskan menunggu Haikal di ruang tamu sambil menonton Tv. Namun lama kelamaan semakin jenuh, karena tidak ada tontonan yang menarik."Hoammm... Kenapa suamiku belum juga pulang," gumamnya lesu ditambah ngantuk.Berkali-kali matanya menengok ke arah jendela berharap mendengar suara mobil suaminya, namun pria itu tak kunjung pulang."Mudah-mudahan Bang Haikal baik-baik saja. Kenapa aku jadi cemas," gumamnya gelisah."Sebaiknya aku telpon." Mira langsung mengambi
Lelahnya perjalanan pulang dari Bali menuju Jakarta memakan waktu kurang lebih 2 jam. Mira mendadak sakit, tubuhnya lemas dan ia muntah-muntah. Hal itu membuat Haikal cemas dan langsung membawanya ke rumah sakit. Dokter menyarankan agar Mira bed rest total untuk memulihkan kesehatannya. Haikal pun lega karena janin yang ada dalam kandungan istrinya baik-baik saja. Ia tidak akan membiarkan Mira untuk melakukan apapun selama kondisinya masih kurang fit."Kau dengar tadi dokter bilang apa kan. Sekarang istirahatlah, Aku ada urusan di luar sebentar. Jadi, tidak apa-apa ya aku tinggal," ucap Haikal setelah menutupi tubuh istrinya dengan selimut."Mau ke mana? Bukannya abang juga perlu istirahat. Kita baru saja pulang dari Bali," jawab Mira lemas."Iya, sayang. Tapi ada sesuatu penting yang harus aku selesaikan. Nanti juga kau akan tahu," jelas Haikal.Mira mengernyit bingung."Sesuatu penting?" tanyanya penasaran."Abang gak bisa jelasin sekarang karena buru-buru. Kamu tidur ya, biar bada
Hampir saja kedua bola mata Sky melonjak keluar begitu melihat foto wanita yang baru saja Richard kirim.Betapa tidak, wanita yang selama ini menjadi istri Haikal ternyata memang benar pelayan di malam itu.Sky sampai menggeleng sakit terkejutnya. Kenapa dunia sempit sekali. Apakah takdir memang sengaja mempertemukan mereka karena berjodoh.Aluna sampai penasaran, apa yang dilihat Sky di layar ponselnya hingga membuat ia termangu.Detik itu juga ia rebut ponselnya dari tangan Sky sampai laki-laki itu terkejut dibuatnya."Aluna, kembalikan hp ku! Kau ini lancang sekali!" pekik Sky berusaha merebut ponselnya kembali. Namun sayang, Aluna berhasil melihatnya.Terkejut, tentu saja. Ternyata wanita dalam foto ini adalah Miranda. Aluna langsung memasang wajah tegas yang mana membuat Sky gelagapan dibuatnya."Jelaskan maksud semua ini, Sky?" tekan Aluna masih dengan nada pelan."I-itu--" jawab Sky terbata-bata."Itu apa? Jelaskan semuanya padaku, apa hubungan Miranda dengan pelayan itu?!""
Salah satu pantai terindah di Kota Denpasar adalah Pantai Karang, selain memiliki banyak fasilitas yang menarik, Pantai Karang juga dikenal sebagai tempat yang menyajikan panorama indah matahari terbit dan matahari terbenam. Hal ini menjadi buronan bagi si pemburu foto. Tentu banyak fotografer yang mengunjunginya karena hal tersebut. Sebab itu Haikal memilih Pantai ini untuk berlibur dengan keluarganya. Selain pemandangannya yang indah, Haikal yakin Mira dan Ochan akan tertarik melihat berbagai fasilitas yang ada pada pantai ini.Seperti sekarang, Ochan tengah asyik bermain ayunan. Bocah itu terlihat riang bermain sendiri, apalagi banyaknya burung-burung yang beterbangan, membuat Ochan semakin betah."Tempat ini lebih menarik dari yang kemarin ya, Bang," ucap Mira sambil melihat sekeliling."Kamu suka?" "Suka banget, makasih ya sudah ngajak aku jalan-jalan," ucap Mira seraya bergelayut manja di lengan suaminya."Sama-sama, Mir. Yang penting kalian bahagia, Abang juga bahagia," jawab
Jam terus berputar, setelah menghabiskan waktu sore bermain ditepi pantai, Haikal memutuskan kembali ke Hotel untuk beristirahat. Sebenarnya Mira dan Ochan masih betah disana, namun karena hari sudah mulai gelap, Haikal memaksanya untuk pulang. Haikal berjanji besok pagi akan membawa istri dan anaknya bersenang-senang, namun ke tempat yang lebih menarik."Sudah kenyang, sayang?" tanya Haikal pada Ochan yang terlihat lahap menghabiskan makan malamnya."Kenyang, Pah," jawabnya sambil memegangi perut."Kalau kamu gimana, Mir? Apa bayi kita sudah kenyang di dalam perut?" tanya Haikal sambil mengelus perut istrinya yang sedikit mulai membuncit.Melihat kelakukan Haikal yang menurutnya lebih menyayangi calon adiknya daripada dirinya, Ochan pun bangkit dan berlari naik ke atas kasur."Ochan kenapa, Bang?" tanya Mira bingung. Ia langsung mendekati putranya yang merajuk."Apa aku salah ngomong?" batin Haikal tak kalah bingung.Sesaat kemudian ia menepuk jidatnya karena merasa bodoh. "Astagfiru
Keesokan hariSemua barang-barang sudah dimasukkan ke dalam bagasi. Sementara Mira tengah memakaikan Ochan sepatu. Bocah itu sangat antusias diajak jalan-jalan mendadak seperti ini. Pasalnya semalam sang mamah tidak mengatakan apa-apa."Sudah siap, sudah rapi, cuss kita berangkat," ucap Mira bersemangat."Oke, mamah." Ochan pun tak kalah semangatnya. "Saya berangkat ya, Lia. Nanti kalau Anni datang titip salam saja," ucap Mira berpamitan. "Tenang saja kalian akan saya belikan oleh-oleh.""Asikkkk, siap mbak kalau gitu. Semoga selamat sampai tujuan, aamiin," jawab Lia semangat."Ya sudah ayok nak kita berangkat," ajak Mira menggandeng putranya.Haikal sudah menunggunya di depan gerbang. Begitu sang istri dan anaknya muncul, ia segera membukakan pintu. Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang menuju Bandara Soekarna-Hatta.Di sana, sudah ada Joe dan Lussi yang siap membantu membawa kopernya sampai masuk. Sepanjang perjalanan, Miranda dan Ochan terlihat ceria. Mereka antusias karena in
Malam semakin larut Sesudah menghubungi Joe untuk mengatur keberangkatannya ke Bali esok hari. Haikal langsung mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke sana. Sementara Mira sudah tidur dengan pulas akibat kelelahan menjalani ibadah malam seperti biasa. Haikal memang selalu meminta jatah. Walaupun ia sadar istrinya tengah hamil, akan tetapi Haikal melakukannya dengan lembut dan melepaskan di luar.Satu hal yang terus terngiang di pikiran Haikal setelah selesai berhubungan suami istri. Tanda berbentuk love di bawah pusar. Tanda itu mengingatkan ia pada masa lalu. Walaupun Haikal sudah berusaha melupakannya untuk tidak mencari tahu siapa gadis yang ia tiduri, namun tetap saja jika sedang sendiri pikirannya melayang ke sana."Apakah dia Miranda? Apakah gadis lain? Tapi tanda itu? Apakah aku harus mencari tahu lagi? Tapi bagaimana kalau gadis itu ternyata memang benar Miranda? Apakah dia akan memaafkan semua kesalahanku?" pertanyaan-pertanyaan cem