"Abang yakin sudah bisa kerja?" tanya Mira sambil menyiapkan kemeja untuk suaminya.
Setelah 1 minggu belajar jalan, kini Haikal sudah membaik kondisinya."Yakin, sayang. Banyak kerjaan di kantor yang harus abang selesaikan. Kasian Joe sama Lussi yang keteteran gak ada abang," ucap Haikal."Tapi kaki abang kan masih kaku?""Tidak apa-apa. Yang penting sudah bisa jalan.""Ya sudah, kalau sakit jangan dipaksain ya," ucap Mira khawatir."Iya, kamu tenang saja. Di kantor juga duduk doang."Selesai membantu Haikal berpakaian, Mira langsung mengantarnya sampai ke depan pintu. Haikal tidak sarapan hari ini, katanya pengan sarapan di kantor. Mira pun membawakannya bekal yang sudah ia siapkan sebelumnya."Hati-hati di jalan ya. Kalau sudah sampai hubungi aku," ucap Mira. Ia mengulurkan tangannya hendak menyalami sang suami."Iya, sayang," jawab Haikal tersenyum. Tak lupa juga ia berikan kecupan sayang di kening sSetelah gadisnya merasa lebih tenang, Jaja langsung membawa Cindy duduk kembali. Ia usap air matanya menggunakan tangan. Lalu dikecupnya kening Cindy dalam dan sangat lama.Cindy meresapi sentuhan lembut pada keningnya. Bahkan ia menahan pinggang Jaja agar lebih lama menciumnya."Jangan ditahan seperti ini. Nanti kalau kakak khilaf bagaimana?" ucap Jaja dengan napas tersengal. Jujur ia sedang menahan napsunya yang perlahan mulai bangkit.Cindy tersenyum nakal. Ia semakin menggoda Jaja dengan menggigit bibir bawahnya."Ohhh, damn it!" Jaja mengusap wajahnya kasar. Kalau seperti ini ia bisa khilaf. Bagaimana pun juga dirinya manusia normal."Jangan memancingku, Cin. Apa kau tidak takut kalau aku bertindak lebih? Aku bisa saja memperkosamu," ucap Jaja menyeringai."Lakukan saja kalau berani," ucap Cindy menantang. Ia semakin mempepetkan tubuhnya sambil meremas paha Jaja."Kau nakal sekali," ucapnya serak. "Baiklah, jangan s
3 bulan kemudian"Selamat ya, Pak. Istri Anda dinyatakan positif hamil. Usia kandungannya sudah memasuki minggu ke enam," ucap sang dokter.Bagai mendapat durian runtuh, Haikal bersujud syukur sambil mengucapkan alhamdulillah sebanyak-banyaknya. Kabar bahagia ini membuat hatinya bertalun-talun. Bahkan Haikal sampai menitikkan air matanya.Begitupun Miranda, ia terharu dengan kabar mengejutkan ini. Beberapa bulan menjadi istri Haikal, akhirnya ia dikasih kepercayaan juga."Jangan lupa di minum vitaminnya, dan juga jangan terlalu kecapaian. Karena kehamilan muda itu sangat rentan. Jadi sebisa mungkin dijaga dengan baik," jelas dokter."Iya, Dok. Terima kasih banyak atas sarannya. Kalau begitu kami permisi," ucap Haikal.Sepanjang perjalanan, Haikal tak hentinya memandangi Mira. Membuat Mira pun merasa risih dengan tatapan suaminya."Abang kenapa sih mandangin aku terus," ucapnya sinis."Abang bahagia, sayang. Teri
Seperti halnya yang dirasakan ibu-ibu di luar sana yang sedang hamil muda, Miranda pun juga mengalami morning sickness yang parah. Setiap bangun tidur ia merasakan kepalanya berdenyut serta muntah-muntah. Hal itu membuat Haikal khawatir dan pada akhirnya tidak berangkat ke kantor.Demi menjaga sang istri, Haikal selalu memperhatikan pola makan Mira. Walaupun kadang wanita itu tidak bisa dikekang karena keinginannya yang ngidam aneh-aneh. Seperti saat ini, sudah sering Haikal memintanya untuk tidak makan terlalu pedas karena bisa saja mempengaruhi janinnya. Akan tetapi, Miranda tak mengindahkan ucapan sang suami. Dan semua keinginannya harus dituruti atau jika tidak Haikal akan kena imbasnya."Sayang, sudah ya makannya. Karena seharian ini kamu makan pedes terus," bujuk Haikal lembut. Ia menatap istrinya yang tengah makan bakso dengan sambal 10 sendok."Ini kurang pedes," ucap Mira."Astaga, Mir. Nyebut deh. Kamu gak kasian sama janin yan
"Sayang." Haikal terus membujuk istrinya yang merajuk.Dari kemarin semenjak perdebatan mereka, Miranda enggan untuk makan. Bahkan Haikal beberapa kali membawakannya makan ke dalam kamar, namun percuma saja Miranda tak menyentuh sedikit pun."Kamu boleh marah sama abang. Tapi abang mohon, kasihani janin yang ada dalam kandungan kamu. Dia juga butuh asupan gizi, sayang. Kalau begini terus abang khawatir," ucapnya memelas."Gak laper," jawab Mira acuh tak acuh. Ia sedang membaca buku berjudul "suami tak berperasaan" Dari judulnya saja Haikal tahu kalau istrinya sedang menyinggung."Sekarang kamu mau apa? Biar abang buatkan yang lain ya?" tawar Haikal. "Mau susu atau mau apa?"Mira mendengus kesal. Ia melempar buku yang sedang dibacanya ke samping."Abang dengar tidak sih? AKU TIDAK LAPAR!" tegasnya dengan sorot mata yang tajam.Haikal meneguk salivanya susah. Ia langsung merinding melihat tatapan mematikan yang d
Malam semakin larut Sesudah menghubungi Joe untuk mengatur keberangkatannya ke Bali esok hari. Haikal langsung mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke sana. Sementara Mira sudah tidur dengan pulas akibat kelelahan menjalani ibadah malam seperti biasa. Haikal memang selalu meminta jatah. Walaupun ia sadar istrinya tengah hamil, akan tetapi Haikal melakukannya dengan lembut dan melepaskan di luar.Satu hal yang terus terngiang di pikiran Haikal setelah selesai berhubungan suami istri. Tanda berbentuk love di bawah pusar. Tanda itu mengingatkan ia pada masa lalu. Walaupun Haikal sudah berusaha melupakannya untuk tidak mencari tahu siapa gadis yang ia tiduri, namun tetap saja jika sedang sendiri pikirannya melayang ke sana."Apakah dia Miranda? Apakah gadis lain? Tapi tanda itu? Apakah aku harus mencari tahu lagi? Tapi bagaimana kalau gadis itu ternyata memang benar Miranda? Apakah dia akan memaafkan semua kesalahanku?" pertanyaan-pertanyaan cem
Keesokan hariSemua barang-barang sudah dimasukkan ke dalam bagasi. Sementara Mira tengah memakaikan Ochan sepatu. Bocah itu sangat antusias diajak jalan-jalan mendadak seperti ini. Pasalnya semalam sang mamah tidak mengatakan apa-apa."Sudah siap, sudah rapi, cuss kita berangkat," ucap Mira bersemangat."Oke, mamah." Ochan pun tak kalah semangatnya. "Saya berangkat ya, Lia. Nanti kalau Anni datang titip salam saja," ucap Mira berpamitan. "Tenang saja kalian akan saya belikan oleh-oleh.""Asikkkk, siap mbak kalau gitu. Semoga selamat sampai tujuan, aamiin," jawab Lia semangat."Ya sudah ayok nak kita berangkat," ajak Mira menggandeng putranya.Haikal sudah menunggunya di depan gerbang. Begitu sang istri dan anaknya muncul, ia segera membukakan pintu. Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang menuju Bandara Soekarna-Hatta.Di sana, sudah ada Joe dan Lussi yang siap membantu membawa kopernya sampai masuk. Sepanjang perjalanan, Miranda dan Ochan terlihat ceria. Mereka antusias karena in
Jam terus berputar, setelah menghabiskan waktu sore bermain ditepi pantai, Haikal memutuskan kembali ke Hotel untuk beristirahat. Sebenarnya Mira dan Ochan masih betah disana, namun karena hari sudah mulai gelap, Haikal memaksanya untuk pulang. Haikal berjanji besok pagi akan membawa istri dan anaknya bersenang-senang, namun ke tempat yang lebih menarik."Sudah kenyang, sayang?" tanya Haikal pada Ochan yang terlihat lahap menghabiskan makan malamnya."Kenyang, Pah," jawabnya sambil memegangi perut."Kalau kamu gimana, Mir? Apa bayi kita sudah kenyang di dalam perut?" tanya Haikal sambil mengelus perut istrinya yang sedikit mulai membuncit.Melihat kelakukan Haikal yang menurutnya lebih menyayangi calon adiknya daripada dirinya, Ochan pun bangkit dan berlari naik ke atas kasur."Ochan kenapa, Bang?" tanya Mira bingung. Ia langsung mendekati putranya yang merajuk."Apa aku salah ngomong?" batin Haikal tak kalah bingung.Sesaat kemudian ia menepuk jidatnya karena merasa bodoh. "Astagfiru
Salah satu pantai terindah di Kota Denpasar adalah Pantai Karang, selain memiliki banyak fasilitas yang menarik, Pantai Karang juga dikenal sebagai tempat yang menyajikan panorama indah matahari terbit dan matahari terbenam. Hal ini menjadi buronan bagi si pemburu foto. Tentu banyak fotografer yang mengunjunginya karena hal tersebut. Sebab itu Haikal memilih Pantai ini untuk berlibur dengan keluarganya. Selain pemandangannya yang indah, Haikal yakin Mira dan Ochan akan tertarik melihat berbagai fasilitas yang ada pada pantai ini.Seperti sekarang, Ochan tengah asyik bermain ayunan. Bocah itu terlihat riang bermain sendiri, apalagi banyaknya burung-burung yang beterbangan, membuat Ochan semakin betah."Tempat ini lebih menarik dari yang kemarin ya, Bang," ucap Mira sambil melihat sekeliling."Kamu suka?" "Suka banget, makasih ya sudah ngajak aku jalan-jalan," ucap Mira seraya bergelayut manja di lengan suaminya."Sama-sama, Mir. Yang penting kalian bahagia, Abang juga bahagia," jawab