"Pelan-pelan saja, pasti bisa kok." saat ini Mira tengah membantu suaminya berjalan tanpa kursi roda.
"Katanya gak parah, tapi kok abang merasa kesulitan ya, Mir," ucapnya memelas."Payah, baru begitu saja putus asa. Semangat sayangku," ucap Mira dengan mengedipkan sebelah mata. Hal itu membuat Haikal semakin bersemangat."Auww, sakit sakit." Haikal memegangi kakinya yang terasa kram. Berkali-kali ia mencobanya, rasa sakit itu semakin menjadi."Lebay." bukannya prihatin, Miranda malah terkekeh dengan ekspresi sang suami."Makanya abang tuh belajar bela diri dong, biar bisa melawan banyak orang. Jangan bisanya ke dukun saja buat melet aku," ucapnya terkekeh."Kamu ngeremehin abang hah?" Haikal tak terima dirinya dianggap tak bisa bela diri. Jelas-jelas ia sanggup mengalahkan banyak orang, hanya saat itu kondisinya berbeda. Penyerangan mendadak yang dilakukan anak buah Raykel, membuatnya tak bisa berkutik."Bukannya ngerem"Abang yakin sudah bisa kerja?" tanya Mira sambil menyiapkan kemeja untuk suaminya.Setelah 1 minggu belajar jalan, kini Haikal sudah membaik kondisinya."Yakin, sayang. Banyak kerjaan di kantor yang harus abang selesaikan. Kasian Joe sama Lussi yang keteteran gak ada abang," ucap Haikal."Tapi kaki abang kan masih kaku?""Tidak apa-apa. Yang penting sudah bisa jalan.""Ya sudah, kalau sakit jangan dipaksain ya," ucap Mira khawatir."Iya, kamu tenang saja. Di kantor juga duduk doang."Selesai membantu Haikal berpakaian, Mira langsung mengantarnya sampai ke depan pintu. Haikal tidak sarapan hari ini, katanya pengan sarapan di kantor. Mira pun membawakannya bekal yang sudah ia siapkan sebelumnya."Hati-hati di jalan ya. Kalau sudah sampai hubungi aku," ucap Mira. Ia mengulurkan tangannya hendak menyalami sang suami."Iya, sayang," jawab Haikal tersenyum. Tak lupa juga ia berikan kecupan sayang di kening s
Setelah gadisnya merasa lebih tenang, Jaja langsung membawa Cindy duduk kembali. Ia usap air matanya menggunakan tangan. Lalu dikecupnya kening Cindy dalam dan sangat lama.Cindy meresapi sentuhan lembut pada keningnya. Bahkan ia menahan pinggang Jaja agar lebih lama menciumnya."Jangan ditahan seperti ini. Nanti kalau kakak khilaf bagaimana?" ucap Jaja dengan napas tersengal. Jujur ia sedang menahan napsunya yang perlahan mulai bangkit.Cindy tersenyum nakal. Ia semakin menggoda Jaja dengan menggigit bibir bawahnya."Ohhh, damn it!" Jaja mengusap wajahnya kasar. Kalau seperti ini ia bisa khilaf. Bagaimana pun juga dirinya manusia normal."Jangan memancingku, Cin. Apa kau tidak takut kalau aku bertindak lebih? Aku bisa saja memperkosamu," ucap Jaja menyeringai."Lakukan saja kalau berani," ucap Cindy menantang. Ia semakin mempepetkan tubuhnya sambil meremas paha Jaja."Kau nakal sekali," ucapnya serak. "Baiklah, jangan s
3 bulan kemudian"Selamat ya, Pak. Istri Anda dinyatakan positif hamil. Usia kandungannya sudah memasuki minggu ke enam," ucap sang dokter.Bagai mendapat durian runtuh, Haikal bersujud syukur sambil mengucapkan alhamdulillah sebanyak-banyaknya. Kabar bahagia ini membuat hatinya bertalun-talun. Bahkan Haikal sampai menitikkan air matanya.Begitupun Miranda, ia terharu dengan kabar mengejutkan ini. Beberapa bulan menjadi istri Haikal, akhirnya ia dikasih kepercayaan juga."Jangan lupa di minum vitaminnya, dan juga jangan terlalu kecapaian. Karena kehamilan muda itu sangat rentan. Jadi sebisa mungkin dijaga dengan baik," jelas dokter."Iya, Dok. Terima kasih banyak atas sarannya. Kalau begitu kami permisi," ucap Haikal.Sepanjang perjalanan, Haikal tak hentinya memandangi Mira. Membuat Mira pun merasa risih dengan tatapan suaminya."Abang kenapa sih mandangin aku terus," ucapnya sinis."Abang bahagia, sayang. Teri
Seperti halnya yang dirasakan ibu-ibu di luar sana yang sedang hamil muda, Miranda pun juga mengalami morning sickness yang parah. Setiap bangun tidur ia merasakan kepalanya berdenyut serta muntah-muntah. Hal itu membuat Haikal khawatir dan pada akhirnya tidak berangkat ke kantor.Demi menjaga sang istri, Haikal selalu memperhatikan pola makan Mira. Walaupun kadang wanita itu tidak bisa dikekang karena keinginannya yang ngidam aneh-aneh. Seperti saat ini, sudah sering Haikal memintanya untuk tidak makan terlalu pedas karena bisa saja mempengaruhi janinnya. Akan tetapi, Miranda tak mengindahkan ucapan sang suami. Dan semua keinginannya harus dituruti atau jika tidak Haikal akan kena imbasnya."Sayang, sudah ya makannya. Karena seharian ini kamu makan pedes terus," bujuk Haikal lembut. Ia menatap istrinya yang tengah makan bakso dengan sambal 10 sendok."Ini kurang pedes," ucap Mira."Astaga, Mir. Nyebut deh. Kamu gak kasian sama janin yan
"Sayang." Haikal terus membujuk istrinya yang merajuk.Dari kemarin semenjak perdebatan mereka, Miranda enggan untuk makan. Bahkan Haikal beberapa kali membawakannya makan ke dalam kamar, namun percuma saja Miranda tak menyentuh sedikit pun."Kamu boleh marah sama abang. Tapi abang mohon, kasihani janin yang ada dalam kandungan kamu. Dia juga butuh asupan gizi, sayang. Kalau begini terus abang khawatir," ucapnya memelas."Gak laper," jawab Mira acuh tak acuh. Ia sedang membaca buku berjudul "suami tak berperasaan" Dari judulnya saja Haikal tahu kalau istrinya sedang menyinggung."Sekarang kamu mau apa? Biar abang buatkan yang lain ya?" tawar Haikal. "Mau susu atau mau apa?"Mira mendengus kesal. Ia melempar buku yang sedang dibacanya ke samping."Abang dengar tidak sih? AKU TIDAK LAPAR!" tegasnya dengan sorot mata yang tajam.Haikal meneguk salivanya susah. Ia langsung merinding melihat tatapan mematikan yang d
Malam semakin larut Sesudah menghubungi Joe untuk mengatur keberangkatannya ke Bali esok hari. Haikal langsung mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke sana. Sementara Mira sudah tidur dengan pulas akibat kelelahan menjalani ibadah malam seperti biasa. Haikal memang selalu meminta jatah. Walaupun ia sadar istrinya tengah hamil, akan tetapi Haikal melakukannya dengan lembut dan melepaskan di luar.Satu hal yang terus terngiang di pikiran Haikal setelah selesai berhubungan suami istri. Tanda berbentuk love di bawah pusar. Tanda itu mengingatkan ia pada masa lalu. Walaupun Haikal sudah berusaha melupakannya untuk tidak mencari tahu siapa gadis yang ia tiduri, namun tetap saja jika sedang sendiri pikirannya melayang ke sana."Apakah dia Miranda? Apakah gadis lain? Tapi tanda itu? Apakah aku harus mencari tahu lagi? Tapi bagaimana kalau gadis itu ternyata memang benar Miranda? Apakah dia akan memaafkan semua kesalahanku?" pertanyaan-pertanyaan cem
Keesokan hariSemua barang-barang sudah dimasukkan ke dalam bagasi. Sementara Mira tengah memakaikan Ochan sepatu. Bocah itu sangat antusias diajak jalan-jalan mendadak seperti ini. Pasalnya semalam sang mamah tidak mengatakan apa-apa."Sudah siap, sudah rapi, cuss kita berangkat," ucap Mira bersemangat."Oke, mamah." Ochan pun tak kalah semangatnya. "Saya berangkat ya, Lia. Nanti kalau Anni datang titip salam saja," ucap Mira berpamitan. "Tenang saja kalian akan saya belikan oleh-oleh.""Asikkkk, siap mbak kalau gitu. Semoga selamat sampai tujuan, aamiin," jawab Lia semangat."Ya sudah ayok nak kita berangkat," ajak Mira menggandeng putranya.Haikal sudah menunggunya di depan gerbang. Begitu sang istri dan anaknya muncul, ia segera membukakan pintu. Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang menuju Bandara Soekarna-Hatta.Di sana, sudah ada Joe dan Lussi yang siap membantu membawa kopernya sampai masuk. Sepanjang perjalanan, Miranda dan Ochan terlihat ceria. Mereka antusias karena in
Jam terus berputar, setelah menghabiskan waktu sore bermain ditepi pantai, Haikal memutuskan kembali ke Hotel untuk beristirahat. Sebenarnya Mira dan Ochan masih betah disana, namun karena hari sudah mulai gelap, Haikal memaksanya untuk pulang. Haikal berjanji besok pagi akan membawa istri dan anaknya bersenang-senang, namun ke tempat yang lebih menarik."Sudah kenyang, sayang?" tanya Haikal pada Ochan yang terlihat lahap menghabiskan makan malamnya."Kenyang, Pah," jawabnya sambil memegangi perut."Kalau kamu gimana, Mir? Apa bayi kita sudah kenyang di dalam perut?" tanya Haikal sambil mengelus perut istrinya yang sedikit mulai membuncit.Melihat kelakukan Haikal yang menurutnya lebih menyayangi calon adiknya daripada dirinya, Ochan pun bangkit dan berlari naik ke atas kasur."Ochan kenapa, Bang?" tanya Mira bingung. Ia langsung mendekati putranya yang merajuk."Apa aku salah ngomong?" batin Haikal tak kalah bingung.Sesaat kemudian ia menepuk jidatnya karena merasa bodoh. "Astagfiru
PRANGGG.....!!!Pecahan gelas berhamburan membuat Cindy menutup telinga saking terkejutnya."Tante, are you okey?" ucapnya sangat panik.Mamah Siska memegangi dadanya seakan tak percaya. Betapa tidak, Cindy datang membawa kabar mengejutkan hingga membuat dirinya shock."Kamu dapet video ini darimana, Cindy? Om harus ketemu Haikal sekarang juga," ucapnya masih tak percaya. "Tadi saat Cindy ke cafe sama Jaja, Cindy gak sengaja liat mereka di parkiran. Awalnya Jaja mau nyamperin, tapi Cindy tahan dulu siapa tahu mereka bicara serius. Dan ternyata benar saja, Om. Percakapan mereka bikin Cindy shock bukan kepalang. Ternyata masa lalu Bu Mira itu ada kaitannya dengan Haikal. Untung saja tadi aku videoin, jadi tante sama om bisa dengar langsung," tutur Cindy panjang lebar."Kenapa Haikal tidak pernah cerita sama tante selama ini. Dia tertekan sendiri karena merasa bersalah atas sesuatu yang tidak sengaja dibuatnya. Tante pikir beberapa tahun ini Haikal tertutup dan jarang pulang itu semua
Sky...!" suara panggilan setengah berteriak itu membuat Sky dan Richard menoleh ke belakang. Saat ini mereka berada tepat di parkiran.Alangkah terkejut begitu melihat Haikal datang menghampirinya dengan raut yang sulit dijelaskan. Marah, tentu saja Haikal marah setelah tahu siapa dalang dari masa lalunya. Haikal memang sengaja menunggu di parkiran karena tak ingin membuat keributan di dalam cafe.DUAKKKK......!!!Satu kepalan tinju mendarat tepat di perut Sky hingga laki-laki itu tersungkur sambil memegangi perutnya."Bangun kau!" Haikal menarik kerah kemeja Sky dengan kasar."Jadi selama ini kau menjebakku, hah? Dasar brengsekk!"DUAKKK....DUAKKK... DUAKKK...."A-aku bisa jelaskan semuanya," ucap Sky terbata-bata.Richard yang melihat itu pun merasa iba. Bagaimanapun juga dirinya ikut masuk ke dalam masalah ini."Haikal, tolong maafkan kami. Sky melakukan semua ini karena dia sangat mencintai Aluna," bela Richard sambil memohon.Mendengar itu, Haikal langsung melepaskan genggaman
Malam semakin larut, Mira terbangun dari tidur pulasnya karena menyadari sang suami tidak berada di sampingnya. Padahal Haikal bilang hanya sebentar, tapi kenapa tengah malam gini belum juga pulang.Mira menguncir rambutnya dengan jedai, setelahnya ia keluar kamar. Hal pertama yang ingin dilihat adalah putranya. Mira membuka pintu kamar Ochan memastikan putranya sudah tidur atau belum. Dan ternyata begitu pintu dibuka pelan-pelan, buah hatinya sudah tidur begitu nyenyak. Mira tersenyum lega. Ia pun menutup pintu kembali.Mira memutuskan menunggu Haikal di ruang tamu sambil menonton Tv. Namun lama kelamaan semakin jenuh, karena tidak ada tontonan yang menarik."Hoammm... Kenapa suamiku belum juga pulang," gumamnya lesu ditambah ngantuk.Berkali-kali matanya menengok ke arah jendela berharap mendengar suara mobil suaminya, namun pria itu tak kunjung pulang."Mudah-mudahan Bang Haikal baik-baik saja. Kenapa aku jadi cemas," gumamnya gelisah."Sebaiknya aku telpon." Mira langsung mengambi
Lelahnya perjalanan pulang dari Bali menuju Jakarta memakan waktu kurang lebih 2 jam. Mira mendadak sakit, tubuhnya lemas dan ia muntah-muntah. Hal itu membuat Haikal cemas dan langsung membawanya ke rumah sakit. Dokter menyarankan agar Mira bed rest total untuk memulihkan kesehatannya. Haikal pun lega karena janin yang ada dalam kandungan istrinya baik-baik saja. Ia tidak akan membiarkan Mira untuk melakukan apapun selama kondisinya masih kurang fit."Kau dengar tadi dokter bilang apa kan. Sekarang istirahatlah, Aku ada urusan di luar sebentar. Jadi, tidak apa-apa ya aku tinggal," ucap Haikal setelah menutupi tubuh istrinya dengan selimut."Mau ke mana? Bukannya abang juga perlu istirahat. Kita baru saja pulang dari Bali," jawab Mira lemas."Iya, sayang. Tapi ada sesuatu penting yang harus aku selesaikan. Nanti juga kau akan tahu," jelas Haikal.Mira mengernyit bingung."Sesuatu penting?" tanyanya penasaran."Abang gak bisa jelasin sekarang karena buru-buru. Kamu tidur ya, biar bada
Hampir saja kedua bola mata Sky melonjak keluar begitu melihat foto wanita yang baru saja Richard kirim.Betapa tidak, wanita yang selama ini menjadi istri Haikal ternyata memang benar pelayan di malam itu.Sky sampai menggeleng sakit terkejutnya. Kenapa dunia sempit sekali. Apakah takdir memang sengaja mempertemukan mereka karena berjodoh.Aluna sampai penasaran, apa yang dilihat Sky di layar ponselnya hingga membuat ia termangu.Detik itu juga ia rebut ponselnya dari tangan Sky sampai laki-laki itu terkejut dibuatnya."Aluna, kembalikan hp ku! Kau ini lancang sekali!" pekik Sky berusaha merebut ponselnya kembali. Namun sayang, Aluna berhasil melihatnya.Terkejut, tentu saja. Ternyata wanita dalam foto ini adalah Miranda. Aluna langsung memasang wajah tegas yang mana membuat Sky gelagapan dibuatnya."Jelaskan maksud semua ini, Sky?" tekan Aluna masih dengan nada pelan."I-itu--" jawab Sky terbata-bata."Itu apa? Jelaskan semuanya padaku, apa hubungan Miranda dengan pelayan itu?!""
Salah satu pantai terindah di Kota Denpasar adalah Pantai Karang, selain memiliki banyak fasilitas yang menarik, Pantai Karang juga dikenal sebagai tempat yang menyajikan panorama indah matahari terbit dan matahari terbenam. Hal ini menjadi buronan bagi si pemburu foto. Tentu banyak fotografer yang mengunjunginya karena hal tersebut. Sebab itu Haikal memilih Pantai ini untuk berlibur dengan keluarganya. Selain pemandangannya yang indah, Haikal yakin Mira dan Ochan akan tertarik melihat berbagai fasilitas yang ada pada pantai ini.Seperti sekarang, Ochan tengah asyik bermain ayunan. Bocah itu terlihat riang bermain sendiri, apalagi banyaknya burung-burung yang beterbangan, membuat Ochan semakin betah."Tempat ini lebih menarik dari yang kemarin ya, Bang," ucap Mira sambil melihat sekeliling."Kamu suka?" "Suka banget, makasih ya sudah ngajak aku jalan-jalan," ucap Mira seraya bergelayut manja di lengan suaminya."Sama-sama, Mir. Yang penting kalian bahagia, Abang juga bahagia," jawab
Jam terus berputar, setelah menghabiskan waktu sore bermain ditepi pantai, Haikal memutuskan kembali ke Hotel untuk beristirahat. Sebenarnya Mira dan Ochan masih betah disana, namun karena hari sudah mulai gelap, Haikal memaksanya untuk pulang. Haikal berjanji besok pagi akan membawa istri dan anaknya bersenang-senang, namun ke tempat yang lebih menarik."Sudah kenyang, sayang?" tanya Haikal pada Ochan yang terlihat lahap menghabiskan makan malamnya."Kenyang, Pah," jawabnya sambil memegangi perut."Kalau kamu gimana, Mir? Apa bayi kita sudah kenyang di dalam perut?" tanya Haikal sambil mengelus perut istrinya yang sedikit mulai membuncit.Melihat kelakukan Haikal yang menurutnya lebih menyayangi calon adiknya daripada dirinya, Ochan pun bangkit dan berlari naik ke atas kasur."Ochan kenapa, Bang?" tanya Mira bingung. Ia langsung mendekati putranya yang merajuk."Apa aku salah ngomong?" batin Haikal tak kalah bingung.Sesaat kemudian ia menepuk jidatnya karena merasa bodoh. "Astagfiru
Keesokan hariSemua barang-barang sudah dimasukkan ke dalam bagasi. Sementara Mira tengah memakaikan Ochan sepatu. Bocah itu sangat antusias diajak jalan-jalan mendadak seperti ini. Pasalnya semalam sang mamah tidak mengatakan apa-apa."Sudah siap, sudah rapi, cuss kita berangkat," ucap Mira bersemangat."Oke, mamah." Ochan pun tak kalah semangatnya. "Saya berangkat ya, Lia. Nanti kalau Anni datang titip salam saja," ucap Mira berpamitan. "Tenang saja kalian akan saya belikan oleh-oleh.""Asikkkk, siap mbak kalau gitu. Semoga selamat sampai tujuan, aamiin," jawab Lia semangat."Ya sudah ayok nak kita berangkat," ajak Mira menggandeng putranya.Haikal sudah menunggunya di depan gerbang. Begitu sang istri dan anaknya muncul, ia segera membukakan pintu. Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang menuju Bandara Soekarna-Hatta.Di sana, sudah ada Joe dan Lussi yang siap membantu membawa kopernya sampai masuk. Sepanjang perjalanan, Miranda dan Ochan terlihat ceria. Mereka antusias karena in
Malam semakin larut Sesudah menghubungi Joe untuk mengatur keberangkatannya ke Bali esok hari. Haikal langsung mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke sana. Sementara Mira sudah tidur dengan pulas akibat kelelahan menjalani ibadah malam seperti biasa. Haikal memang selalu meminta jatah. Walaupun ia sadar istrinya tengah hamil, akan tetapi Haikal melakukannya dengan lembut dan melepaskan di luar.Satu hal yang terus terngiang di pikiran Haikal setelah selesai berhubungan suami istri. Tanda berbentuk love di bawah pusar. Tanda itu mengingatkan ia pada masa lalu. Walaupun Haikal sudah berusaha melupakannya untuk tidak mencari tahu siapa gadis yang ia tiduri, namun tetap saja jika sedang sendiri pikirannya melayang ke sana."Apakah dia Miranda? Apakah gadis lain? Tapi tanda itu? Apakah aku harus mencari tahu lagi? Tapi bagaimana kalau gadis itu ternyata memang benar Miranda? Apakah dia akan memaafkan semua kesalahanku?" pertanyaan-pertanyaan cem