Home / Romansa / Terpikat Hasrat CEO Dingin / Sebaiknya Menyerah Saja

Share

Sebaiknya Menyerah Saja

Author: Purplexyiii
last update Last Updated: 2025-03-16 17:10:31

"Aku tidak suka dasimu."

Aku menoleh ke arah Lucian dengan kening berkerut. Kami sedang dalam perjalanan ke kantor, duduk berdampingan di kursi belakang mobil. Aku tidak menyangka kalimat pertama yang keluar dari mulutnya hari ini justru kritik soal dasi. Karena sebenarnya aku sedang mengindari suasana canggung di dalam mobil.

Lucian melirikku sekilas, lalu menarik dasinya sendiri, mengendorkannya sedikit. "Sejak kapan kau memperhatikan penampilanku?"

Aku mendengkus kecil. "Aku hanya berpikir warna itu tidak cocok untukmu."

Lucian menatapku lebih lama kali ini. Tanpa ekspresi yang berarti. "Sekarang kau benar-benar berani berkomentar soal selera pakaianku?"

Aku mengangkat bahu santai. "Aku hanya jujur. Lagi pula, kau yang memulai. Kau yang lebih dulu melewati batas. Bahkan memberikan beberapa larangan padaku."

<
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Akibat Drama Pagi

    Veronica menyeringai kecil, jelas merasa menang setelah tindakannya yang kekanak-kanakan. “Setidaknya aku membuatmu diam.” Aku menghela napas pelan, menyeka air yang menetes dari pipiku. “Tidak, kau hanya semakin memperjelas bahwa aku jauh lebih unggul darimu.” Veronica mengernyit, tapi aku tidak memberinya kesempatan untuk membalas. Aku berdiri, mengambil tisu dari meja dan mulai mengeringkan wajahku dengan santai. “Lihatlah dirimu, Veronica. Kau punya segalanya—kekayaan, koneksi, dan status sosial. Tapi kau begitu terobsesi denganku seolah aku adalah musuh terbesarmu.” Mata Veronica berkilat marah. “Kau memang musuhku, Seraphina. Kau merusak segalanya.” Aku tertawa kecil. “Aku? Oh, Sayang … kau yang sedang merusak hidupmu sendiri. Kau melakukan perbuatan yang merugikan." Veronica mengepalkan tangannya. Aku bisa melihat bagaimana rahangnya mengeras, seolah dia berusaha mati-matian untuk tidak menamparku.

    Last Updated : 2025-03-17
  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Pembicaraan Kecil

    Felix menatapku sebentar sebelum akhirnya berkata, “Jika Anda mengizinkan, saya bisa membawakan baju dari apartemen Anda atau membelikannya.” Aku menoleh dengan alis terangkat, sedikit terkejut dengan tawarannya yang di luar dugaan. “Tidak perlu repot-repot." Felix masih menatapku seolah menunggu aku berubah pikiran. Tapi aku menggeleng dengan yakin. “Serius. Bajuku sudah hampir kering.” Dia menghela napas, lalu memasukkan tangannya ke dalam saku celana. “Baiklah. Tapi jika Anda membutuhkan sesuatu, apa pun itu, katakan saja.” Aku memiringkan kepala, memperhatikan ekspresinya yang benar-benar tulus. Apa pun? Tiba-tiba aku berpikir sejenak, lalu menatap sofa di tengah ruangan. “Kalau begitu, duduklah.” Felix mengangkat alis, jelas tidak menyangka permintaanku. Tapi dia tidak menolak. Dengan tenang, dia be

    Last Updated : 2025-03-17
  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Usapan yang Hangat

    Aku tidak menyangka Lucian sudah kembali dari rapat. Refleks, aku bangkit dari sofa, nyaris bersamaan dengan Felix yang segera merapikan jasnya dengan sikap profesional. “Tuan Lucian,” ucapnya sopan, sedikit membungkuk sebelum menoleh ke arahku seolah meminta izin. Aku mengangguk kecil, dan Felix pun melangkah menuju pintu, meninggalkan kami berdua dalam keheningan yang tegang. Lucian tetap berdiri di ambang pintu, tidak mengatakan apa pun. Matanya tajam, dingin, dan penuh sesuatu yang sulit kutebak. Aku menelan ludah, merasa tiba-tiba canggung. Aku berharap dia tidak marah karena aku berbicara dengan Felix. Tapi ternyata, aku salah. Tanpa peringatan, Lucian berjalan mendekat, tangan besarnya meraih pergelangan tanganku dengan cekatan. Aku terkesiap saat dia menarikku, membuatku terduduk di kursi kerja miliknya. "L-Lucian—" Dia t

    Last Updated : 2025-03-18
  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Bisa Bangkit Lagi

    Lift terbuka, dan begitu aku dan Lucian masuk, aku nyaris menghela napas lega—sampai aku melihat seseorang berdiri di dalam. Veronica. Lucian masih memeluk pinggangku, dan aku bisa merasakan tubuhnya tetap rileks, seolah kehadiran adiknya bukan masalah besar. Tapi aku bisa melihat jelas bagaimana ekspresi Veronica berubah dalam sekejap. Matanya menyipit, bibirnya tertarik membentuk garis tipis yang penuh rasa tidak senang. Aku diam-diam tersenyum. Ah, betapa menyenangkannya melihat ekspresi itu. Aku merasakan perutku cukup geli. Veronica melipat tangan di depan dada, lalu menatap Lucian dengan sorot mata menilai. “Kau benar-benar seperti suami yang mencintai istrinya.” Lucian tidak bereaksi. Tidak ada kata-kata, tidak ada perubahan ekspresi. Hanya diam. Aku di sisi lain merasa gatal untuk membalas. Aku sedikit memiringkan kepala, seketika tersenyum manis tapi tetap anggun. “Mungkin kau hanya perlu menemukan pria yang sempurna seperti kakakmu sendiri.” Veronica menoleh padaku, a

    Last Updated : 2025-03-18
  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Makan Siang Mewah

    Restoran tempat Lucian membawaku bernama Étoile Blanche, sebuah tempat mewah dengan desain interior elegan bernuansa emas dan krem, diterangi lampu kristal yang menggantung anggun di langit-langit. Begitu kami masuk, aku segera merasakan perubahan atmosfer. Para pelanggan yang sedang menikmati hidangan mereka menoleh, beberapa dengan rasa ingin tahu, beberapa dengan tatapan hormat yang tersembunyi. Para karyawan pun langsung bersikap sangat sopan, membungkuk sedikit lebih rendah dari yang seharusnya. Aku mengangkat alis, tapi tetap diam. Aku bukan orang yang suka mendapat perhatian seperti ini, tapi tidak ingin terlalu ikut campur. Seorang pria dengan setelan rapi, yang sepertinya adalah manajer restoran, segera menghampiri. "Tuan Devereaux dan Nyonya Devereaux, kami telah menyiapkan ruangan VIP untuk Anda berdua," katanya dengan nada penuh penghormatan. Aku baru akan menoleh ke arah Lucian untuk melihat reaksinya, tapi dia sudah lebih dulu menjawab, “Tidak perlu. Kami akan du

    Last Updated : 2025-03-19
  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Godaan Halus Darinya

    “Meskipun ini hanya sementara, kau tetap tanggung jawabku,” lanjutnya dengan nada datar. “Jadi kau bisa meminta apa pun. Aku tidak akan memaksamu melakukan sesuatu yang tidak kau inginkan, tapi kau juga harus tetap sempurna di depan publik.” Aku membuka mulut untuk membantah, tapi dia lebih dulu menambahkan, “Kalau kau ingin sesuatu yang mewah—perawatan, pakaian, apa pun—bilang saja padaku. Aku tahu kartu yang kuberikan padamu pasti tidak cukup.” Aku buru-buru menggeleng dengan sedikit melotot. “Tidak! Itu lebih dari cukup!” Lucian menatapku sejenak, lalu hanya mengangkat bahu kecil. Aku menatap piringku, merenungkan kata-katanya. Aku tidak pernah berpikir untuk menghamburkan uangnya atau hidup dalam kemewahan. Itu bukan aku. Aku sudah cukup dengan menjadi diriku sendiri. “Kurasa aku sudah cukup sempurna seperti ini,” kataku akhirnya, mengangkat bahu. “Tanpa perawatan mahal atau apa pun itu seperti yang kau bayangkan." Lucian menaikkan sebelah alis, seolah tertarik dengan

    Last Updated : 2025-03-19
  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Mantan Tunangan

    Lucian tidak serta-merta menjawab. Dia mengangkat sendoknya dulu, menyeruput kopi yang baru saja datang, seolah menimbang apakah pertanyaanku layak mendapat jawaban atau tidak. Kemudian dengan suara dan ekspresi tenang, dia berkata, “Iya, itu benar." Aku mengerjap perlahan. Aku mendengar tidak ada keraguan dalam suaranya, juga tidak ada upaya untuk menyangkal. Tapi bukannya merasa puas, aku justru semakin ingin tahu. Pernikahan mereka dibatalkan mendadak—itu yang Felix katakan.Sayangnya sebelum aku berkata, Lucian kembali bicara dengan suara datar seperti tidak berminat membahas topik itu. “Tapi kau tidak perlu memikirkannya. Simpanlah rasa penasaranmu." Aku mengangkat alis secara refleks. Memperhatikan Lucian yang meletakkan cangkir kopinya, lalu menatapku. “Aku tidak memiliki perasaan pada Celeste seperti yang kau bayangkan. Aku juga tidak berniat mengingat lagi kenangan yang tidak

    Last Updated : 2025-03-20
  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Pertunjukan Drama

    Kami baru saja keluar dari restoran ketika tiba-tiba Lucian menarikku ke arahnya. Aku terhuyung sedikit, tidak siap dengan gerakan mendadaknya. "Apa—" "Ssstt, diamlah." Dia berbisik dengan lembut. Tangannya yang kokoh melingkari pinggangku, menahanku tetap dekat dengannya. Aku bisa merasakan detak jantungnya yang stabil, kontras dengan debaran di dadaku sendiri yang tiba-tiba melonjak drastis. Aku hampir bertanya apa yang terjadi ketika dia sedikit menunduk, bibirnya hampir menyentuh telingaku. "Mereka mengikutimu," ucapnya pelan. Aku merasa tubuhku membeku. "Siapa?" Lucian terdiam sebentar. Matanya sekilas melirik pantulan kaca restoran di depan kami. "Celeste dan Damien." Aku spontan ingin menoleh, tapi Lucian menahanku dengan sedikit menekan punggungku. "Jangan melihat langsung." Aku menghela napas pelan. "Mereka menguntit kita?" "Mungki

    Last Updated : 2025-03-20

Latest chapter

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Jangan Melanggar Lagi

    Hari ini tidak ada rapat besar. Aku baru sadar ketika membuka pintu ruang kerja Lucian dan mendapati dia duduk santai di sofa panjang, tanpa jas, hanya kemeja putih yang lengannya digulung hingga siku. Beberapa kancing atas dibiarkan terbuka. Pemandangan yang terlalu menggoda untuk dibiarkan begitu saja. "Kau tidak ada rapat hari ini?" Lucian melirikku singkat. "Tidak. Aku hanya menyelesaikan laporan pribadi." Aku melangkah masuk, menutup pintu pelan, lalu berjalan menuju sofa tempat dia duduk. Aku meletakkan tas tangan di meja dan duduk di sampingnya. Tanganku meraih berkas yang dia baca dan meletakkannya ke meja. "Kalau begitu, kau bisa diganggu sebentar, kan?" Dia mengangkat alis. "Gangguan macam apa yang kau tawarkan?" Aku tidak menjawab. Tubuhku bergeser, mendekat hingga hampir memojokkan dia ke sudut sofa. Tanganku menyentuh kerah kemejanya. "Kau terlalu santai. Aku tidak terbiasa melihatmu seperti ini." "Itu artinya kau harus membiasakan diri." Aku tertawa kecil.

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Cara Dia Mencintai

    Aku baru saja selesai mengeringkan rambut ketika suara ketukan pelan terdengar dari balik pintu kamar mandi. "Seraphina." Suara itu memang terdengar tenang tanpa godaan, tapi aku masih bisa mendengar sedikit nada iseng di baliknya. Aku akhirnya membuang napas pelan. "Apa, Lucian?" "Kau mau mandi bersamaku?" "Astaga." Aku menggumam pelan. Aku tahu ini pasti ulahnya lagi. Selalu ada saja caranya menjahiliku, dan kali ini jelas-jelas aku tidak akan membiarkannya menang. "Tidak," jawabku cepat sedikit berteriak. Lalu beberapa saat kemudian tidak ada balasan apapun. Aku akhirnya membuka pintu, dan ternyata dia sudah pergi, aku segera melangkah cepat keluar dari kamar mandi. Tubuhku masih diselimuti aroma sabun ketika aku melangkah ke dapur dengan handuk melilit rambut dan baju mandi satin berwarna lembut. Mataku langsung menangkap sosok Lucian yang tengah menata piring di meja makan. Dia tampak fokus, kedua tangannya lincah mengatur sendok dan garpu, dan ... entah kenapa, p

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Bolehkah Menyentuhmu?

    Aku sudah berbaring di tempat tidur, memunggungi Lucian yang masih duduk dan membolak-balikkan lembar dokumen di sampingku. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutku ataupun mulutnya sejak kami masuk kamar. Entah kenapa, aku merasa canggung. Ini mungkin pertama kalinya sejak kami resmi menikah, aku tidak merasa marah, tidak merasa tertekan, hanya sedikit bingung. Tiba-tiba, aku merasakan tubuhku ditarik ke belakang. Lucian melingkarkan lengannya di pinggangku, lalu menekan tubuhnya ke arahku. Tubuhku seketika kaku, tetapi tidak bisa bergerak karena pelukannya terlalu erat. Kepalaku menyentuh dadanya, dan kakinya melingkar di kakiku. Seolah-olah aku sedang dipenjara dalam kehangatan yang tidak bisa kutolak. "Lucian," bisikku menahan gugup. Bukannya menjawab, Lucian justru mengecup bagian atas kepalaku. Hangat. Lembut. Dan terlalu membuat jantungku berdetak lebih cepat. "Terima kasih," kata Lucian tiba-tiba. Suaranya nyaris seperti gumaman, tapi cukup jelas di telingaku. "T

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Pria Menjengkelkan

    Aku berdiri di dapur, diam-diam menyelipkan sebatang cokelat ke mulut sambil memperhatikan Lucian yang melintas lagi dengan koper kecil dan beberapa barang di tangan. Gerak-geriknya tenang, nyaris terlalu biasa … tapi justru itu yang membuat jantungku berdegup lebih kencang dari seharusnya. "Jadi dia benar-benar pindah, ya," gumamku lirih. Lucian melewatiku sekali lagi, kali ini dengan bantal tambahan. Aku mengunyah pelan cokelat di mulutku, seolah rasa manis itu bisa mengalihkan pikiranku yang semakin liar. "Tenang, Seraphina. Pria itu hanya akan tidur. Tidak akan melakukan apa-apa. Meskipun bukan patung es, aku berharap dia tidur seperti batu." Mataku mengikuti punggungnya yang menjauh sambil membatin, "Aku sungguh tidak mengerti … mengapa aku gelisah seperti ini?" Akhirnya dengan langkah pelan, aku menuju kamar. Pintunya sengaja dibiarkan setengah terbuka. Dari celahnya, kulih

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Cantik Saat Marah

    Suara gemericik air dari keran masih terdengar saat aku membilas piring terakhir. Lampu dapur kuning redup membuat suasana terasa tenang. Setelah makan malam, Lucian ke kamar sebentar untuk menerima telepon. Entah dari siapa. Aku tidak terlalu peduli. Aku menyeka tangan dengan handuk kecil yang tergantung di dekat wastafel. Baru saja hendak berbalik, dua tangan kekar tiba-tiba melingkar ke pinggangku dari belakang. "Lucian," panggilku menahan gugup. Lucian hanya berdehem, dagunya sengaja bertumpu di bahuku. Napasnya menyapu kulit leher sehingga membuatku merinding, tapi aku tidak membantah jika itu terasa nyaman. "Kau kenapa? Apa ingin menanyakan sesuatu?" Lucian diam sejenak, lalu mengeratkan pelukannya pada perutku. "Aku tidak sabar untuk tidur bersamamu." Aku merasa jantungku membeku satu detik, tapi berusaha menjaga nada suaraku tetap tenang. "Kau seperti sedang menantikan sesuatu yang menyenangkan." "Itu benar. Kau memang pintar, Istriku." "Lucian ...." "Kenapa?

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Tanpa Kebohongan

    Cahaya matahari pagi menembus celah tirai kamar rumah sakit sehingga menciptakan pantulan hangat di lantai putih yang mengilap. Aku berdiri di samping ranjang, menatap wajah ibuku yang tiba-tiba mulai membuka matanya perlahan. Napasku tertahan di tenggorokan saat jari-jarinya bergerak pelan. "Seraphina," panggil wanita itu seperti bisikan, membuat air bening spontan memenuhi pelupuk mataku. "Ibu!" Aku segera menggenggam tangannya dan menunduk untuk memastikan aku tidak sedang bermimpi. "Ibu benar-benar sudah sadar?" Tatapan matanya masih lemah, tapi ada sudah kehangatan di dalamnya. Dia mengedarkan pandangan, seolah memastikan di mana dia berada sekarang. "Berapa lama aku tertidur?" Aku tersenyum lembut sambil menangis. "Cukup lama, tapi itu tidak penting sekarang. Yang penting, Ibu sudah kembali. Aku senang bisa melihat ibu membuka mata lagi." Pintu kamar kemudian terbuka. Ayahku masuk dengan langkah terburu-buru. Wajahnya yang selama ini selalu terlihat tegar, kini dipenuh

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Sudah Selesai

    Aku memperhatikan Lucian yang berdiri di seberang meja. Raut wajahnya dingin seperti biasa, tetapi ada kilatan fokus di matanya. Di antara kami, berkas-berkas tersusun rapi—semua bukti yang selama ini dia kumpulkan. Laporan-laporan itu adalah hasil kerja keras yang akan membuktikan semuanya. "Jadi ini yang kau temukan?" Aku meraih salah satu dokumen dan membaca isinya. "Iya, aku sudah lama mencurigai Damien dan Celeste, tapi aku tidak bisa bertindak tanpa bukti konkret. Dan sekarang kita punya semuanya." Aku menggigit bibir. Ada banyak angka dalam laporan ini—transfer mencurigakan, aset yang tidak dilaporkan, dan transaksi ilegal yang mengarah pada penyelundupan. Damien dan Celeste benar-benar tenggelam dalam dunia kejahatan lebih dalam dari yang kuduga. Setiap halaman tampak seperti mencerminkan kegelapan dari kehidupan mereka yang selama ini tersembunyi. Lucian menyandarkan diri pada kursi, lalu menatapku lurus. "Setelah ini, tidak ada jalan kembali bagi mereka. Begitu kita m

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Ungkapan Perasaan

    Aku menatap ke luar jendela, membiarkan pikiranku tenggelam dalam kekosongan. Setelah insiden penculikan itu, segalanya terasa begitu berat. Keberanian yang sebelumnya mengalir dalam diriku perlahan-lahan memudar, tergantikan oleh keraguan yang menggerogoti. Aku memejamkan mata, mengingat kembali bagaimana Damien dan Celeste berusaha menghancurkanku. Bagaimana aku hampir tidak bisa keluar dari situasi itu. Setiap detik dalam penangkapan itu terukir jelas di ingatanku, seperti bayangan gelap yang terus membayangi. Namun, yang lebih mengusik pikiranku adalah bagaimana Lucian muncul tepat waktu, seperti selalu tahu aku dalam bahaya. Dan sekarang, aku duduk di kamar ini, menunggu kejujuran yang katanya akan dia berikan. Meskipun sebenarnya aku tidak tahu, apakah aku benar-benar siap untuk mendengar apa yang akan dikatakannya? Pintu terbuka, dan aku bisa mendengar langkahnya mendekat. Setiap langkahnya terasa seolah beban yang dia bawa jauh lebih berat dari yang aku pikirkan. Ak

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Ciuman yang Membara

    Aku menggigit bibir menahan rasa sakit. Mungkin wanita lain akan menangis karena cengkraman Celeste sangat kuat, tapi aku tertawa kecil. Ini tidak sakit sama sekali daripada melihat ibuku terbaring tanpa tahu kapan bisa sadarkan diri."Kau lucu, Celeste.""Jangan tertawa, sialan!" bentak Celeste. Tangannya beralih menekan leherku hingga aku mendongak."Lalu harus apa? Menyebutmu sakit jiwa?" Aku tertawa renyah. Celeste melebarkan mata. "Kau tahu, Seraphina? Aku selalu bertanya-tanya, apa yang membuat Lucian memilih wanita tidak tahu diri sepertimu?" Aku menatap balik tanpa takut. Senyumku masih setia di bibir. "Entahlah, mungkin pria itu sudah gila?" Celeste menyeringai tipis, lalu tiba-tiba melepaskan cengkeramannya. "Aku bisa melakukan ini dengan cara yang lebih mudah. Namun, jika kau ingin cara yang sulit, aku tidak keberatan. Kau memang menarik, Seraphina." Aku terbatuk-batuk sambil mengerutkan kening. Aku melihat wanita itu memberi isyarat kepada seseorang di sudut ruan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status