/ Romansa / Terpikat Hasrat CEO Dingin / Kontrak Tak Terduga

공유

Kontrak Tak Terduga

작가: Purplexyiii
last update 최신 업데이트: 2025-02-15 22:14:43

Aku masih terdiam di kursi penumpang saat mobil Lucian melaju menembus malam. Jalanan lenggang, hanya lampu kota yang berpendar di kejauhan. Di dalam mobil yang hening ini, pikiranku justru riuh. Apa yang baru saja kulakukan? Aku menerima tawaran pria ini—tanpa benar-benar tahu apa konsekuensinya.

Lucian duduk di sampingku dengan ekspresi dingin, tangannya tetap di kemudi dengan tenang, seolah dia tidak baru saja menyeretku keluar dari kekacauan. Aku meliriknya sekilas, mencoba mencari petunjuk dalam ekspresinya, tapi yang kutemukan hanya ketenangan yang mengintimidasi.

"Kau diam saja sejak tadi," katanya tanpa menoleh.

Aku menggigit bibir, mengatur napas sebelum menjawab. "Aku masih mencoba memahami ... apa yang sebenarnya terjadi."

Dia mengeluarkan suara kecil, hampir seperti tawa sinis. "Sederhana. Aku menyelamatkanmu dari penghinaan, dan kau menerima kesepakatanku. Sekarang, kau harus mempersiapkan diri."

Aku mengerutkan kening. "Mempersiapkan diri untuk apa?"

Lucian akhirnya menoleh, dan untuk pertama kalinya, aku melihat sedikit kilatan hiburan di matanya. "Pernikahan kita, tentu saja."

Kata-katanya masih terdengar asing bagiku. Aku menelan ludah, menatap lurus ke depan, mencoba menenangkan hatiku yang berdetak liar. Ini hanya kesepakatan. Aku tidak benar-benar akan menikah karena cinta.

"Tidak ada cara lain?" tanyaku pelan.

Lucian menarik napas, lalu mengurangi kecepatan mobilnya, seolah memberi waktu bagiku untuk mencerna semuanya. "Tidak, Seraphina. Kau butuh balas dendam, aku butuh warisan. Ini adalah situasi yang saling menguntungkan."

Aku mengepalkan tangan di pangkuanku. "Lalu ... apa yang harus kulakukan?"

Dia kembali fokus ke jalanan, rahangnya mengeras. "Besok, kita akan bertemu dengan pengacara. Aku akan mengatur semuanya agar pernikahan ini sah secara hukum, dengan kontrak yang menguntungkan kedua belah pihak."

Aku merasa ada sesuatu yang disembunyikannya. "Dan setelah itu?"

Lucian tersenyum kecil, tapi kali ini ada sesuatu yang dingin dalam ekspresinya. "Setelah itu, kau harus bersiap menjadi istriku di mata dunia."

***

Keesokan harinya, aku berdiri di depan gedung kantor yang menjulang tinggi, jantungku berdegup kencang. Nama "Devereaux Corp." terukir dengan megah di dinding marmer lobi. Aku masih belum sepenuhnya percaya bahwa aku akan menikah dengan CEO dari perusahaan sebesar ini.

Lucian menungguku di depan pintu masuk, mengenakan setelan hitam sempurna seperti biasanya. Tatapan dinginnya menyapu ke arahku, lalu dia memberi isyarat agar aku mengikutinya.

Kami menaiki lift menuju lantai tertinggi. Di dalam ruangan luas dengan pemandangan kota yang menakjubkan, seorang pria paruh baya berjas rapi sudah menunggu.

"Seraphina, ini Philip, pengacaraku," kata Lucian tanpa basa-basi.

Philip menjabat tanganku singkat sebelum duduk dan membuka map di hadapannya. "Saya sudah menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk pernikahan ini. Ini adalah kontrak pranikah yang mengatur hak dan kewajiban kalian berdua."

Aku mengambil dokumen itu dan mulai membacanya.

1. Pernikahan ini bersifat kontrak selama satu tahun.

2. Tidak ada hubungan pribadi yang diharapkan di luar citra publik.

3. Seraphina akan diberikan kompensasi finansial yang layak.

4. Kedua belah pihak tidak boleh mengungkapkan sifat pernikahan ini kepada pihak luar.

Aku menelan ludah saat membaca bagian berikutnya.

5. Perceraian hanya bisa terjadi setelah syarat warisan Lucian terpenuhi.

Aku mengangkat kepala. "Jadi, aku benar-benar tidak bisa pergi sebelum waktunya?"

Lucian menatapku tajam. "Ini adalah permainan yang harus kita menangkan, Seraphina. Kau tidak bisa menyerah di tengah jalan."

Aku menggigit bibir, menimbang semuanya dalam benakku. Aku membutuhkan ini. Aku membutuhkan kekuatan untuk membalas Atlas.

Dengan tangan sedikit gemetar, aku mengambil pena dan menandatangani kontrak itu.

Lucian menyeringai tipis. "Bagus. Sekarang, kita buat pernikahan ini resmi."

***

Pernikahan kami tidak seperti yang kubayangkan dalam mimpi-mimpiku. Tidak ada gaun putih mewah, tidak ada bunga, tidak ada tamu yang tersenyum bahagia. Hanya aku, Lucian, pengacara, dan seorang hakim yang mengesahkan semuanya.

Setelah semua selesai, aku menatap cincin yang melingkar di jariku. Dingin. Tidak ada makna di baliknya.

Lucian berdiri di sampingku, tangannya diselipkan ke dalam saku celananya. "Sekarang, kau adalah Nyonya Devereaux."

Aku menatapnya. "Apa yang terjadi selanjutnya?"

Dia mendekat, suaranya rendah dan mengancam. "Tentu saja, memulai permainan kita, Sayang."

Aku tidak tahu apakah aku baru saja membuat kesalahan ... atau langkah terbaik dalam hidupku.

***

Beberapa jam kemudian, aku berdiri di depan pintu apartemen Lucian.

Aku tidak tahu di mana aku akan tinggal setelah ini, dan Lucian tidak mengatakan apa pun. Aku hanya mengikutinya sepanjang hari, dari kantor pengacara hingga pertemuan bisnisnya, tanpa banyak bicara.

Dia membuka pintu, lalu melangkah masuk tanpa menoleh. Aku mengikuti di belakangnya, merasa asing di tempat ini. Apartemennya luas dan elegan, tapi terasa dingin—hampir seperti penghuninya.

Aku menatap punggungnya. "Di mana aku akan tinggal?"

Lucian berbalik, menatapku tanpa ekspresi. "Di sini."

Jantungku berdebar. "Di apartemen ini?"

Dia mengangguk. "Kau istriku sekarang. Dan istri seorang Devereaux tidak mungkin tinggal di tempat lain."

Aku menggigit bibir. "Tapi kita hanya menikah kontrak, kan?"

Lucian berjalan mendekat, dan aku mundur tanpa sadar. Namun, dia berhenti beberapa langkah dariku, ekspresinya tetap dingin.

"Kau akan tinggal di sini, di kamar yang sudah kusiapkan untukmu."

Aku sedikit lega mendengarnya. "Baiklah."

Lucian mengamati wajahku sejenak sebelum berbicara, suaranya lebih rendah dari sebelumnya. "Dan satu hal lagi, Seraphina ...."

Aku meneguk ludah. "Apa?"

Dia mendekat, suaranya terdengar hampir seperti bisikan.

"Mulai sekarang, kau harus belajar memainkan peranmu dengan baik. Karena jika tidak ... konsekuensinya akan lebih besar dari yang kau bayangkan."

Aku menatapnya, merasakan hawa dingin merambat di tengkukku.

***

Aku berdiri di tengah ruang tamu apartemen Lucian, mencoba menenangkan detak jantungku yang tidak terkendali. Aku seharusnya sudah siap untuk ini—seharusnya. Tapi kenyataannya, aku baru saja menikahi pria yang nyaris tidak kukenal, dan sekarang aku akan tinggal bersamanya.

Lucian berjalan melewati ruangan, melepas jasnya dan menggantungnya dengan rapi. Aku memperhatikannya dalam diam, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya ada di balik sosok dinginnya.

Dia menyadari tatapanku dan menoleh. "Apa ada yang ingin kau tanyakan?"

Aku menggigit bibir, ragu sejenak sebelum akhirnya berbicara, "Kenapa aku?"

Lucian mengangkat alis. "Apa maksudmu? Kau sudah mendapatkan jawaban tentang itu, bukan?"

Aku menarik napas dalam-dalam. "Aku sulit percaya, dari sekian banyak wanita di luar sana, kenapa kau memilihku untuk pernikahan ini? Dan dalam waktu yang sangat singkat?"

Lucian menatapku lama sebelum akhirnya berjalan mendekat, langkahnya tenang tapi berbahaya. Saat dia berdiri hanya beberapa inci dariku, aku bisa mencium aroma khasnya—campuran kayu cendana dan sesuatu yang lebih tajam.

"Kau ingin membalas dendam," katanya, suaranya rendah. "Dan aku butuh seseorang yang cukup berani untuk masuk ke dalam dunia ini tanpa banyak pertanyaan."

Aku menelan ludah. "Jadi hanya karena itu?"

Dia tersenyum tipis, tapi matanya tetap dingin. "Jangan berharap ada alasan romantis di balik ini, Seraphina. Ini bisnis."

Aku menatapnya, mencari sesuatu—apa pun—yang bisa menunjukkan bahwa dia masih memiliki sisi manusiawi di balik topengnya. Tapi aku tidak menemukan apa pun.

Saat itulah aku menyadari sesuatu.

Lucian Devereaux bukan hanya pria yang berbahaya.

Dia adalah seseorang yang tidak akan ragu menghancurkan siapa pun yang menghalangi jalannya.

Dan sekarang, aku telah mengikat diriku padanya.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

관련 챕터

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Memasuki Dunia Lucian

    Aku duduk di sudut sofa, menggenggam cangkir teh hangat yang diberikan pelayan apartemen Lucian. Tanganku masih sedikit gemetar, tapi bukan karena suhu minuman ini—melainkan karena aku masih belum bisa memproses sepenuhnya apa yang baru saja terjadi dalam hidupku. Pernikahanku dengan Damien telah hancur sebelum sempat dimulai, dan sekarang aku terjebak dalam pernikahan lain—dengan seorang pria yang sama sekali tidak kukenal. Lucian Devereaux. CEO dingin dengan tatapan yang mampu membuat siapa pun tunduk dalam hitungan detik. Lucian duduk di seberangku, membaca sesuatu di tabletnya dengan ekspresi tanpa emosi. Kami belum berbicara lagi sejak percakapan singkat tadi. Suasana di antara kami terasa begitu canggung, seolah-olah ada jurang tak kasat mata yang memisahkan kami. Aku memutuskan untuk mengakhiri keheningan lebih dulu. "Jadi ... apa yang terjadi sekarang?" Lucian tidak langsung menjawab. Dia meletakkan tabletnya di meja dan menatapku. "Sekarang, kita akan mulai menyesuaik

    최신 업데이트 : 2025-02-15
  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Menjadi Nyonya Devereaux

    Saat lift bergerak naik, aku bisa merasakan tekanan di dadaku semakin berat. Tanganku masih dalam genggaman Lucian, tetapi bukan kehangatan yang kurasakan—melainkan cengkeraman kekuasaan. Dia tidak hanya menggandengku. Dia sedang memperlihatkanku pada dunia sebagai miliknya. Pintu lift terbuka dengan bunyi nyaring. Lantai eksekutif. Interior di sini terasa berbeda dari lobi di bawah. Lebih sepi, lebih eksklusif. Karpet lembut meredam suara langkah kaki, tetapi keheningan yang menggantung di udara jauh lebih menusuk. Beberapa pria dan wanita dalam setelan mahal menoleh saat kami lewat. Beberapa berbisik satu sama lain, beberapa hanya menatap tajam dengan ekspresi tak terbaca. Aku tidak perlu menebak siapa mereka. Dewan direksi. Orang-orang yang memiliki pengaruh besar dalam perusahaan ini—dan mereka semua sekarang melihat ke arahku. Seorang pria tua dengan rambut perak rapi berdiri dari kursinya saat kami memasuki ruang rapat. “Lucian,” katanya dengan nada penuh wibawa. “Ka

    최신 업데이트 : 2025-02-15
  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Peringatan Adik Ipar

    Aku menegang. Aku tahu ini akan terjadi—aku tahu cepat atau lambat, aku akan berhadapan dengan Veronica. Tapi menghadapi tatapannya secara langsung tetap saja membuat dadaku terasa sesak. Sebelum aku bisa mengatakan apa pun, Lucian menarikku lebih dekat, tangannya melingkari pinggangku dengan cara yang begitu alami, seolah ingin mengingatkanku bahwa aku tidak sendirian. "Seraphina adalah istriku," katanya, suaranya terdengar begitu dingin dan tak terbantahkan. "Aku tidak butuh persetujuan siapa pun, termasuk kau." Veronica tertawa kecil, tawa yang terdengar lebih seperti ejekan daripada sesuatu yang tulus. "Lucian, kau tahu betapa berharganya nama keluarga kita. Dan sekarang, kau membawa seorang wanita tanpa latar belakang jelas ke dalam keluarga ini? Apa kau serius?" Aku mengepalkan tangan di sisi tubuhku. Aku tidak peduli dengan pendapatnya, tapi cara dia mengatakannya seolah aku ini sampah yang tidak layak berada di sini benar-benar mengusikku. Namun, sebelum aku bisa mem

    최신 업데이트 : 2025-02-15
  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Sudah Dihancurkan Sekali

    Sejak pertemuanku dengan Veronica kemarin, aku sudah menduga akan ada konsekuensi. Dan benar saja. Hari ini, dalam acara makan siang bersama beberapa kolega Lucian, aku bisa merasakan tatapan-tatapan terselubung yang memerhatikanku, menilai, dan mungkin meremehkan. Kami berada di restoran mewah dengan pemandangan kota dari ketinggian, ruangan penuh dengan orang-orang berpakaian rapi yang berbicara dengan nada sopan, tapi tajam. Aku tidak asing dengan lingkungan seperti ini. Meski dulu hidupku sederhana, pekerjaanku di toko bunga ibuku sering mempertemukanku dengan klien-klien kaya yang punya standar tinggi. Aku terbiasa menghadapi pelanggan yang memandang rendah pekerjaanku, seolah merangkai bunga bukan hal yang cukup bernilai. Tapi kali ini berbeda. Lucian duduk di sampingku, tenang seperti biasa. Sikapnya dingin dan tak tergoyahkan, seolah semua ini tidak berarti apa-apa baginya. Tapi aku tahu lebih baik dari itu. Dia sedang mengamatiku, menunggu untuk melihat bagaiman

    최신 업데이트 : 2025-03-04
  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Ketenangan Sebelum Badai

    Saat aku kembali ke kantor Lucian setelah pertemuanku dengan Veronica, pria itu sudah menungguku dengan ekspresi datar. Dia sedang berdiri di depan jendela, melihat pemandangan kota yang bermandikan cahaya senja. "Apa yang dia katakan padamu?" Aku menghela napas dan berjalan ke arah meja, meletakkan tas tanganku dengan sedikit lebih keras dari yang seharusnya. "Oh, hal biasa. Ancaman terselubung, pertanyaan meremehkan, sedikit penghinaan halus." Lucian akhirnya berbalik menatapku. Mata kelamnya mengamati wajahku seolah mencoba membaca apakah aku sedang berbohong atau tidak. "Dan bagaimana menurutmu?" Aku menyandarkan tubuh ke meja, melipat tangan di depan dada. "Aku pikir dia menganggapku sebagai pengganggu dalam hidupmu. Dan dia ingin memastikan aku tidak bertahan lama." Sudut bibir Lucian sedikit terangkat, tapi bukan dalam senyuman. "Itu sudah bisa diduga." Aku menatapnya tajam. "Kau tidak akan melakukan apa pun soal itu?" "Apa kau ingin aku melakukannya?" Dia b

    최신 업데이트 : 2025-03-04
  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Seolah Sebagai Ancaman

    Aku selalu berpikir aku cukup pintar membaca orang. Sebelum mengelola toko bunga, aku pernah bekerja sebagai asisten pribadi selama bertahun-tahun. Pekerjaan itu mengajarkanku bagaimana memahami ekspresi, nada suara, dan kata-kata terselubung. Tapi Lucian Devereaux? Dia teka-teki yang tidak mudah dipecahkan. Aku masih mengingat percakapanku dengannya di dalam mobil semalam. Cara dia menatapku, seolah menimbang apakah aku pantas mengetahui rahasianya. Itu bukan ekspresi pria yang hanya menjalani pernikahan kontrak tanpa rasa peduli. Ada sesuatu di balik matanya—sesuatu yang lebih dalam dari pada yang pernah dia tunjukkan. Tapi pagi ini, aku tidak punya waktu untuk menganalisis tatapannya lebih jauh. Aku harus kembali ke kantor pusat Devereaux Industries. Meskipun aku hanya "istri kontrak" Lucian, peranku dalam perusahaan ini menjadi lebih besar dari yang kuduga. Saat aku memasuki gedung, aku merasakan tatapan para karyawan yang penuh rasa ingin tahu. Beberapa dari mereka m

    최신 업데이트 : 2025-03-04
  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Amplop dan Rahasia

    Saat aku kembali ke rumah malam itu, Lucian sudah ada di ruang kerjanya. Aku mengetuk pintu sebelum masuk, membuatnya menoleh. "Ada sesuatu yang ingin kau bicarakan?" tanyanya. Aku menutup pintu di belakangku dan melangkah mendekat. "Katakan padaku yang sebenarnya, Lucian. Apa yang terjadi antara kau dan Veronica?" Dia menghela napas, lalu berdiri dan berjalan ke arah jendela. "Itu bukan sesuatu yang mudah dijelaskan." "Aku tidak meminta penjelasan yang mudah. Aku meminta kejujuran." Dia diam sejenak sebelum akhirnya berbalik menatapku. "Kami memiliki masa lalu yang sulit. Ayah kami selalu menekan kami dengan ekspektasi tinggi. Aku mengambil alih perusahaan lebih cepat dari yang seharusnya, dan Veronica merasa itu adalah tanggung jawab yang seharusnya dia bagi denganku."

    최신 업데이트 : 2025-03-08
  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Batasan Mulai Kabur

    Saat kami berjalan keluar dari restoran, aku tidak bisa menahan diri untuk bertanya, “Lucian … apa yang ada di dalam amplop itu?” Dia terdiam sejenak sebelum menjawab, “Sesuatu yang tidak perlu kau lihat.” Aku mengerutkan kening. “Jadi kau memang menyembunyikan sesuatu?” Dia menghentikan langkahnya, lalu menatapku dengan mata gelapnya. “Seraphina, percayalah padaku dalam hal ini.” Aku ingin mempercayainya. Aku benar-benar ingin. Tapi bagaimana aku bisa melakukannya jika dia terus menutupi sesuatu dariku? "Kalau begitu, jawablah satu pertanyaanku.” “Apa?” Aku menelan ludah, lalu bertanya, “Ap

    최신 업데이트 : 2025-03-08

최신 챕터

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Sudahkah Malam Pertama?

    "Aku serius. Jangan mencium lagi, Lucian. Aku harus segera berangkat." Namun, Lucian tidak peduli. Tangannya tetap melingkar di pinggangku, kepalanya menunduk, mencium pelipisku sekali, dua kali, lalu turun ke pipi. Aku memiringkan wajah, berusaha menghindar, tapi dia justru menahan daguku erat. "Aku tidak akan lama. Serius!" ucapku lagi dengan suara yang sudah mulai kesal. Lucian menatapku datar, tapi terlihat memohon seperti anak kecil. "Malam ini aku tidur sendiri. Itu masalah yang sulit." Aku mendorong dadanya pelan. "Masalah sulitmu tidak lebih penting dari ayahku yang menyuruhku pulang." "Sebenarnya kenapa dia menyuruhmu pulang? Dia tahu kau sudah menikah. Artinya rumahmu di sini bersamaku." "Astaga, Lucian." "Sayang." Aku menahan napas. Sial. Kenapa dia harus memanggilku seperti itu sekarang? Aku mengeram pelan untuk berusaha sabar. "Jangan mulai menyebalkan lagi. Aku benar-benar harus berangkat. Ayah pasti sudah lama menungguku." "Baiklah, aku akan ikut."

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Jangan Melanggar Lagi

    Hari ini tidak ada rapat besar. Aku baru sadar ketika membuka pintu ruang kerja Lucian dan mendapati dia duduk santai di sofa panjang, tanpa jas, hanya kemeja putih yang lengannya digulung hingga siku. Beberapa kancing atas dibiarkan terbuka. Pemandangan yang terlalu menggoda untuk dibiarkan begitu saja. "Kau tidak ada rapat hari ini?" Lucian melirikku singkat. "Tidak. Aku hanya menyelesaikan laporan pribadi." Aku melangkah masuk, menutup pintu pelan, lalu berjalan menuju sofa tempat dia duduk. Aku meletakkan tas tangan di meja dan duduk di sampingnya. Tanganku meraih berkas yang dia baca dan meletakkannya ke meja. "Kalau begitu, kau bisa diganggu sebentar, kan?" Dia mengangkat alis. "Gangguan macam apa yang kau tawarkan?" Aku tidak menjawab. Tubuhku bergeser, mendekat hingga hampir memojokkan dia ke sudut sofa. Tanganku menyentuh kerah kemejanya. "Kau terlalu santai. Aku tidak terbiasa melihatmu seperti ini." "Itu artinya kau harus membiasakan diri." Aku tertawa kecil.

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Cara Dia Mencintai

    Aku baru saja selesai mengeringkan rambut ketika suara ketukan pelan terdengar dari balik pintu kamar mandi. "Seraphina." Suara itu memang terdengar tenang tanpa godaan, tapi aku masih bisa mendengar sedikit nada iseng di baliknya. Aku akhirnya membuang napas pelan. "Apa, Lucian?" "Kau mau mandi bersamaku?" "Astaga." Aku menggumam pelan. Aku tahu ini pasti ulahnya lagi. Selalu ada saja caranya menjahiliku, dan kali ini jelas-jelas aku tidak akan membiarkannya menang. "Tidak," jawabku cepat sedikit berteriak. Lalu beberapa saat kemudian tidak ada balasan apapun. Aku akhirnya membuka pintu, dan ternyata dia sudah pergi, aku segera melangkah cepat keluar dari kamar mandi. Tubuhku masih diselimuti aroma sabun ketika aku melangkah ke dapur dengan handuk melilit rambut dan baju mandi satin berwarna lembut. Mataku langsung menangkap sosok Lucian yang tengah menata piring di meja makan. Dia tampak fokus, kedua tangannya lincah mengatur sendok dan garpu, dan ... entah kenapa, p

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Bolehkah Menyentuhmu?

    Aku sudah berbaring di tempat tidur, memunggungi Lucian yang masih duduk dan membolak-balikkan lembar dokumen di sampingku. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutku ataupun mulutnya sejak kami masuk kamar. Entah kenapa, aku merasa canggung. Ini mungkin pertama kalinya sejak kami resmi menikah, aku tidak merasa marah, tidak merasa tertekan, hanya sedikit bingung. Tiba-tiba, aku merasakan tubuhku ditarik ke belakang. Lucian melingkarkan lengannya di pinggangku, lalu menekan tubuhnya ke arahku. Tubuhku seketika kaku, tetapi tidak bisa bergerak karena pelukannya terlalu erat. Kepalaku menyentuh dadanya, dan kakinya melingkar di kakiku. Seolah-olah aku sedang dipenjara dalam kehangatan yang tidak bisa kutolak. "Lucian," bisikku menahan gugup. Bukannya menjawab, Lucian justru mengecup bagian atas kepalaku. Hangat. Lembut. Dan terlalu membuat jantungku berdetak lebih cepat. "Terima kasih," kata Lucian tiba-tiba. Suaranya nyaris seperti gumaman, tapi cukup jelas di telingaku. "T

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Pria Menjengkelkan

    Aku berdiri di dapur, diam-diam menyelipkan sebatang cokelat ke mulut sambil memperhatikan Lucian yang melintas lagi dengan koper kecil dan beberapa barang di tangan. Gerak-geriknya tenang, nyaris terlalu biasa … tapi justru itu yang membuat jantungku berdegup lebih kencang dari seharusnya. "Jadi dia benar-benar pindah, ya," gumamku lirih. Lucian melewatiku sekali lagi, kali ini dengan bantal tambahan. Aku mengunyah pelan cokelat di mulutku, seolah rasa manis itu bisa mengalihkan pikiranku yang semakin liar. "Tenang, Seraphina. Pria itu hanya akan tidur. Tidak akan melakukan apa-apa. Meskipun bukan patung es, aku berharap dia tidur seperti batu." Mataku mengikuti punggungnya yang menjauh sambil membatin, "Aku sungguh tidak mengerti … mengapa aku gelisah seperti ini?" Akhirnya dengan langkah pelan, aku menuju kamar. Pintunya sengaja dibiarkan setengah terbuka. Dari celahnya, kulih

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Cantik Saat Marah

    Suara gemericik air dari keran masih terdengar saat aku membilas piring terakhir. Lampu dapur kuning redup membuat suasana terasa tenang. Setelah makan malam, Lucian ke kamar sebentar untuk menerima telepon. Entah dari siapa. Aku tidak terlalu peduli. Aku menyeka tangan dengan handuk kecil yang tergantung di dekat wastafel. Baru saja hendak berbalik, dua tangan kekar tiba-tiba melingkar ke pinggangku dari belakang. "Lucian," panggilku menahan gugup. Lucian hanya berdehem, dagunya sengaja bertumpu di bahuku. Napasnya menyapu kulit leher sehingga membuatku merinding, tapi aku tidak membantah jika itu terasa nyaman. "Kau kenapa? Apa ingin menanyakan sesuatu?" Lucian diam sejenak, lalu mengeratkan pelukannya pada perutku. "Aku tidak sabar untuk tidur bersamamu." Aku merasa jantungku membeku satu detik, tapi berusaha menjaga nada suaraku tetap tenang. "Kau seperti sedang menantikan sesuatu yang menyenangkan." "Itu benar. Kau memang pintar, Istriku." "Lucian ...." "Kenapa?

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Tanpa Kebohongan

    Cahaya matahari pagi menembus celah tirai kamar rumah sakit sehingga menciptakan pantulan hangat di lantai putih yang mengilap. Aku berdiri di samping ranjang, menatap wajah ibuku yang tiba-tiba mulai membuka matanya perlahan. Napasku tertahan di tenggorokan saat jari-jarinya bergerak pelan. "Seraphina," panggil wanita itu seperti bisikan, membuat air bening spontan memenuhi pelupuk mataku. "Ibu!" Aku segera menggenggam tangannya dan menunduk untuk memastikan aku tidak sedang bermimpi. "Ibu benar-benar sudah sadar?" Tatapan matanya masih lemah, tapi ada sudah kehangatan di dalamnya. Dia mengedarkan pandangan, seolah memastikan di mana dia berada sekarang. "Berapa lama aku tertidur?" Aku tersenyum lembut sambil menangis. "Cukup lama, tapi itu tidak penting sekarang. Yang penting, Ibu sudah kembali. Aku senang bisa melihat ibu membuka mata lagi." Pintu kamar kemudian terbuka. Ayahku masuk dengan langkah terburu-buru. Wajahnya yang selama ini selalu terlihat tegar, kini dipenuh

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Sudah Selesai

    Aku memperhatikan Lucian yang berdiri di seberang meja. Raut wajahnya dingin seperti biasa, tetapi ada kilatan fokus di matanya. Di antara kami, berkas-berkas tersusun rapi—semua bukti yang selama ini dia kumpulkan. Laporan-laporan itu adalah hasil kerja keras yang akan membuktikan semuanya. "Jadi ini yang kau temukan?" Aku meraih salah satu dokumen dan membaca isinya. "Iya, aku sudah lama mencurigai Damien dan Celeste, tapi aku tidak bisa bertindak tanpa bukti konkret. Dan sekarang kita punya semuanya." Aku menggigit bibir. Ada banyak angka dalam laporan ini—transfer mencurigakan, aset yang tidak dilaporkan, dan transaksi ilegal yang mengarah pada penyelundupan. Damien dan Celeste benar-benar tenggelam dalam dunia kejahatan lebih dalam dari yang kuduga. Setiap halaman tampak seperti mencerminkan kegelapan dari kehidupan mereka yang selama ini tersembunyi. Lucian menyandarkan diri pada kursi, lalu menatapku lurus. "Setelah ini, tidak ada jalan kembali bagi mereka. Begitu kita m

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Ungkapan Perasaan

    Aku menatap ke luar jendela, membiarkan pikiranku tenggelam dalam kekosongan. Setelah insiden penculikan itu, segalanya terasa begitu berat. Keberanian yang sebelumnya mengalir dalam diriku perlahan-lahan memudar, tergantikan oleh keraguan yang menggerogoti. Aku memejamkan mata, mengingat kembali bagaimana Damien dan Celeste berusaha menghancurkanku. Bagaimana aku hampir tidak bisa keluar dari situasi itu. Setiap detik dalam penangkapan itu terukir jelas di ingatanku, seperti bayangan gelap yang terus membayangi. Namun, yang lebih mengusik pikiranku adalah bagaimana Lucian muncul tepat waktu, seperti selalu tahu aku dalam bahaya. Dan sekarang, aku duduk di kamar ini, menunggu kejujuran yang katanya akan dia berikan. Meskipun sebenarnya aku tidak tahu, apakah aku benar-benar siap untuk mendengar apa yang akan dikatakannya? Pintu terbuka, dan aku bisa mendengar langkahnya mendekat. Setiap langkahnya terasa seolah beban yang dia bawa jauh lebih berat dari yang aku pikirkan. Ak

좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status