Suara klakson yang khas dari mobil Deni. Segera di hampiri oleh bi Sanih yang berada di dapur. Dia terlihat begitu antusias dengan apa yang di dengar olehnya. Sudah lama ia tidak mendengar suara klakson dari mobil Deni tersebut. Suara klakson yang terkadang membuat bi Sanih riang gembira. Melihat Deni ada di depan rumahnya. Bi Sanih segera menghampiri Deni dengan raut wajah yang begitu gembira. Dia benar-benar tidak menyangka, Deni akan datang kembali ke desa tersebut. Selain kedatangan dari Deni yang membuat bi Sanih terkejut. Kedatangan dari ayah Deni yang bernama Suprapto. Juga cukup membuat bi Sanih begitu gembira. Ini jauh di luar apa yang di pikirkan oleh bi Sanih. Sama sekali ia tidak memikirkan hal ini akan terjadi pada dirinya. "Ya Allah Mas Deni. Pak Suprapto. Bibi senang banget kalian datang ke sini," ucap bi Sanih sembari menggenggam tangan Deni. Deni menunjukkan bagaimana dirinya yang begitu sopan. Dia mencium tangan bi Sanih dengan begitu lembutnya. Menunjukkan sikap
Gus Fiment sudah membawa semua bukti yang akan di bawa olehnya ke kantor polisi. Terlihat dengan jelas, bagaimana Gus Fiment sudah siap melaporkan penculikan yang di lakukan oleh Ferdi pada pihak berwajib. Mengingat apa yang di lakukan oleh Ferdi adalah tindakan kriminal. Sehingga ada kewajiban bagi Gus Fiment untuk melaporkan semua yang sudah di lakukan oleh Ferdi. Baru akan menyalakan motor miliknya. Gus Fiment sudah harus menerima cobaan yang begitu berat. Ban motor yang semalam baik-baik saja. Tetapi di pagi ini, secara mengejutkan bocor. Tentu saja Gus Fiment kesal dengan realita yang harus di hadapi olehnya. Gus Fiment pun merasa apa yang terjadi pada dirinya adalah hal yang kurang baik. Tetapi Gus Fiment tetap akan mendatangi kantor polisi. Guna melaporkan apa yang telah terjadi pada Khadijah. Gus Fiment segera bergegas ke arah kamar Fachri. Tentu Gus Fiment ingin meminjam motor Fachri. Sehingga ia akan pergi ke kantor polisi mengunakan motor Fachri. Tidak keberatan bagi Fac
Sudah hampir 5 pesan di kirim oleh Deni pada Dini. Dia mengabarkan jika dirinya dan ayahnya sudah berada di rumah bi Sanih. Tetapi Dini tidak jua membalas pesan dari Deni. Dini hanya membaca pesan tersebut. Tanpa sedikit pun ingin membalas pesan yang di berikan oleh Deni. Pesan keenam yang sudah di kirim oleh Deni pada Dini. Berharap akan mendapatkan jawaban yang di inginkan. Tetapi pesan keenam itu pun masih menjadi misteri. Dini sengaja tidak mengaktifkan nomor handphone miliknya. Mungkin cara itu sengaja di lakukan oleh Dini demi menghindari pesan lainnya yang akan di kirim oleh Deni. Pak Suprapto yang sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Dini. Meminta pada Deni untuk menelpon Dini. Tetapi Deni segera mencari alasan, jika Dini sudah membalas pesan dari dirinya. Dia mengatakan jika Dini saat ini masih mengajar. Sehingga ia tidak bisa segera menghampiri ayahnya dan Deni. Sedikit kecewa, tetapi pak Suprapto tetap mewajarkan apa yang di lakukan oleh Dini. Mengingat Dini harus teta
Kiayi Musthofa langsung bangun dari tidurnya. Dia terlihat begitu terkejut dengan mimpi buruk yang di alami. Di mana ia bermimpi hal buruk terjadi pada Khadijah.Fatimah yang sedang menjaga kiayi Musthofa. Terlihat terkejut saat mendengar suara teriakan dari kiayi Musthofa. Dia terhentak, sebelum menghampiri kiyai Musthofa."Ada apa Mbah?" Tanya Fatimah panik."Mbah tadi mimpi Khadijah. Dia ketakutan, di kejar oleh dua laki-laki berbadan besar. Mbah khawatir akan hal buruk terjadi pada Bibi mu," ucap kiayi Musthofa dengan wajah pasrah."Astaghfirullah, semoga itu bukan hal buruk yang akan menimpa Bibi. Aku jadi khawatir Mbah," ucap Fatimah dengan wajah semakin panik."Mbah benar-benar khawatir dengan kondisi Bibi kamu. Khawatir keselamatan dari Khadijah. Ini akan semakin terlihat buruk, tetapi Mbah selalu berdoa akan keselamatan dari Bibi kamu," ucap kiayi Musthofa.Melihat kiayi Musthofa yang semakin panik. Fatimah segera menenangkan kakeknya tersebut. Dia memeluk tubuh lunglai kiayi
Entah siapa yang melakukan tindakan yang kurang baik pada Gus Fiment. Tetapi semua kendaraan yang ada di pondok pesantren. Secara tiba-tiba rusak begitu saja. Ini cukup membingungkan bagi seorang Gus Fiment. Tidak heran, apa yang terjadi saat ini cukup membuat Gus Fiment keheranan. Ia pun bertanya akan kondisi yang terjadi pada Gus Fiment saat ini. Mengingat seperti ada seseorang yang sedang melakukan sabotase pada Gus Fiment.Tidak peduli dengan kondisi kendaraan yang tiba-tiba tidak bisa di gunakan. Gus Fiment pergi ke kantor polisi dengan menumpang angkutan umum. Dia mencoba memberhentikan setiap angkutan umum yang melintas. Tetapi tidak satu pun angkutan umum itu berhenti tepat di depan Gus Fiment. Sehingga Gus Fiment terlihat begitu kebingungan dengan sikap para sopir angkutan umum."Tidak penuh. Tetapi kenapa mereka tidak mau berhenti. Seperti ada yang aneh saja," ucap Gus Fiment dengan raut wajah bingung.Angkutan berikutnya mungkin bisa menjadi opsi lain yang akan di dapat ole
Bi Sanih sudah tidak sabar untuk mengabarkan kedatangan dari Deni pada Dini. Tentu saja ini adalah kabar yang akan di sambut dengan baik oleh Dini. Sudah hampir 2 bulan, Dini dan Deni tidak bertemu. Tentu ada kesan tersendiri yang di rasakan oleh keduanya.Bi Sanih segera mendatangi ruang tata usaha. Di mana mungkin dia akan bertemu dengan Dini secara langsung. Di ruangan itu, bi Sanih siap bertemu dengan Dini untuk mengabarkan Deni yang sudah ada di rumahnya. Bisa juga, menjadi ajang untuk menjemput Dini dari pesantren untuk bertemu dengan Deni."Assalamualaikum," sapa bi Sanih pada Laras yang merupakan penjaga ruangan tata usaha."Wallaikumsallam, ada yang bisa di bantu Ibu?" jawab Laras dengan lembut."Apakah saya bisa bertemu dengan Dini?" Tanya bi Sanih."Maksud Ibu Bu Dini. Tentu saja bisa Bu, baik saya akan panggil Bu Dini ke sini," jawab Laras dengan lembut.Laras segera pergi ke kelas, tempat Dini mengajar saat ini. Laras yakin, Dini berada di kelas 11-6, di mana kelas itu se
Gus Fiment tidak bisa berkata-kata lagi, saat Deni dan pak Suprapto berada di ruang tunggu demi Gus Fiment. Hal yang tidak di duga oleh Gus Fiment akan kebaikan yang telah di berikan oleh Deni dan pak Suprapto pada dirinya. Deni sangat senang dengan apa yang sudah di lakukan pada Gus Fiment. Itu adalah tindakan mulia yang coba di lakukan Deni untuk membuat Gus Fiment merasa lebih terlindungi. Banyak bahaya yang mungkin saja datang pada Gus Fiment. Sehingga Deni dan pak Suprapto tidak ingin hal buruk akan datang pada dirinya dengan segera. Gus Fiment segera menghampiri Deni di ruang tunggu. Dia membawa sebuah kertas berisi surat keterangan akan hilangnya Khadijah. Surat yang akan membuat Gus Fiment bisa lebih nyaman kembali. Sehingga peluang untuk kembali mendapatkan Khadijah akan begitu besar di dapatnya. "Bagaimana, apakah sudah?" Tanya Deni dengan penuh antusias. "Alhamdulillah sudah. Respon mereka baik. Saya senang dengan apa yang mereka katakan. Mereka akan segera mencari Khad
Ferdi begitu kesal saat Gus Fatur membawa kabar akan Gus Fiment yang telah melaporkan kasu penculikan dari Khadijah pada pihak berwajib. Ada rasa khawatir yang di rasakan oleh Ferdi, sehingga ia mulai gelisah dengan laporan yang di buat oleh Gus Fiment di kantor polisi. Ferdi merasa ini akan menjadi kabar buruk yang akan di terima olehnya. "Kenapa kamu tidak mencegah dia untuk ke kantor polisi?" Tanya Ferdi dengan suara keras. "Aku sudah berusaha. Aku menghadang setiap langkah dia. Tetapi itu sulit untuk bisa aku hindari. Ada pertolongan dari orang lain yang membuat dia lolos. Sehingga dia bisa tiba di kantor polisi," jawab Gus Fatur. Kedua penculik dari Khadijah pun mulai gelisah dengan laporan yang datang pada mereka. Keduanya pernah merasakan dinginnya sel penjara. Itu yang membuat mereka khawatir akan kembali masuk ke dalam penjara. "Belum setahun bebas dari penjara, masa sudah masuk lagi. Nasib-nasib, gini amat sih hidup gue. Kecut!" ucap salah seorang penculik. "Kalau sampa