Sudah hampir 5 pesan di kirim oleh Deni pada Dini. Dia mengabarkan jika dirinya dan ayahnya sudah berada di rumah bi Sanih. Tetapi Dini tidak jua membalas pesan dari Deni. Dini hanya membaca pesan tersebut. Tanpa sedikit pun ingin membalas pesan yang di berikan oleh Deni. Pesan keenam yang sudah di kirim oleh Deni pada Dini. Berharap akan mendapatkan jawaban yang di inginkan. Tetapi pesan keenam itu pun masih menjadi misteri. Dini sengaja tidak mengaktifkan nomor handphone miliknya. Mungkin cara itu sengaja di lakukan oleh Dini demi menghindari pesan lainnya yang akan di kirim oleh Deni. Pak Suprapto yang sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Dini. Meminta pada Deni untuk menelpon Dini. Tetapi Deni segera mencari alasan, jika Dini sudah membalas pesan dari dirinya. Dia mengatakan jika Dini saat ini masih mengajar. Sehingga ia tidak bisa segera menghampiri ayahnya dan Deni. Sedikit kecewa, tetapi pak Suprapto tetap mewajarkan apa yang di lakukan oleh Dini. Mengingat Dini harus teta
Kiayi Musthofa langsung bangun dari tidurnya. Dia terlihat begitu terkejut dengan mimpi buruk yang di alami. Di mana ia bermimpi hal buruk terjadi pada Khadijah.Fatimah yang sedang menjaga kiayi Musthofa. Terlihat terkejut saat mendengar suara teriakan dari kiayi Musthofa. Dia terhentak, sebelum menghampiri kiyai Musthofa."Ada apa Mbah?" Tanya Fatimah panik."Mbah tadi mimpi Khadijah. Dia ketakutan, di kejar oleh dua laki-laki berbadan besar. Mbah khawatir akan hal buruk terjadi pada Bibi mu," ucap kiayi Musthofa dengan wajah pasrah."Astaghfirullah, semoga itu bukan hal buruk yang akan menimpa Bibi. Aku jadi khawatir Mbah," ucap Fatimah dengan wajah semakin panik."Mbah benar-benar khawatir dengan kondisi Bibi kamu. Khawatir keselamatan dari Khadijah. Ini akan semakin terlihat buruk, tetapi Mbah selalu berdoa akan keselamatan dari Bibi kamu," ucap kiayi Musthofa.Melihat kiayi Musthofa yang semakin panik. Fatimah segera menenangkan kakeknya tersebut. Dia memeluk tubuh lunglai kiayi
Entah siapa yang melakukan tindakan yang kurang baik pada Gus Fiment. Tetapi semua kendaraan yang ada di pondok pesantren. Secara tiba-tiba rusak begitu saja. Ini cukup membingungkan bagi seorang Gus Fiment. Tidak heran, apa yang terjadi saat ini cukup membuat Gus Fiment keheranan. Ia pun bertanya akan kondisi yang terjadi pada Gus Fiment saat ini. Mengingat seperti ada seseorang yang sedang melakukan sabotase pada Gus Fiment.Tidak peduli dengan kondisi kendaraan yang tiba-tiba tidak bisa di gunakan. Gus Fiment pergi ke kantor polisi dengan menumpang angkutan umum. Dia mencoba memberhentikan setiap angkutan umum yang melintas. Tetapi tidak satu pun angkutan umum itu berhenti tepat di depan Gus Fiment. Sehingga Gus Fiment terlihat begitu kebingungan dengan sikap para sopir angkutan umum."Tidak penuh. Tetapi kenapa mereka tidak mau berhenti. Seperti ada yang aneh saja," ucap Gus Fiment dengan raut wajah bingung.Angkutan berikutnya mungkin bisa menjadi opsi lain yang akan di dapat ole
Bi Sanih sudah tidak sabar untuk mengabarkan kedatangan dari Deni pada Dini. Tentu saja ini adalah kabar yang akan di sambut dengan baik oleh Dini. Sudah hampir 2 bulan, Dini dan Deni tidak bertemu. Tentu ada kesan tersendiri yang di rasakan oleh keduanya.Bi Sanih segera mendatangi ruang tata usaha. Di mana mungkin dia akan bertemu dengan Dini secara langsung. Di ruangan itu, bi Sanih siap bertemu dengan Dini untuk mengabarkan Deni yang sudah ada di rumahnya. Bisa juga, menjadi ajang untuk menjemput Dini dari pesantren untuk bertemu dengan Deni."Assalamualaikum," sapa bi Sanih pada Laras yang merupakan penjaga ruangan tata usaha."Wallaikumsallam, ada yang bisa di bantu Ibu?" jawab Laras dengan lembut."Apakah saya bisa bertemu dengan Dini?" Tanya bi Sanih."Maksud Ibu Bu Dini. Tentu saja bisa Bu, baik saya akan panggil Bu Dini ke sini," jawab Laras dengan lembut.Laras segera pergi ke kelas, tempat Dini mengajar saat ini. Laras yakin, Dini berada di kelas 11-6, di mana kelas itu se
Gus Fiment tidak bisa berkata-kata lagi, saat Deni dan pak Suprapto berada di ruang tunggu demi Gus Fiment. Hal yang tidak di duga oleh Gus Fiment akan kebaikan yang telah di berikan oleh Deni dan pak Suprapto pada dirinya. Deni sangat senang dengan apa yang sudah di lakukan pada Gus Fiment. Itu adalah tindakan mulia yang coba di lakukan Deni untuk membuat Gus Fiment merasa lebih terlindungi. Banyak bahaya yang mungkin saja datang pada Gus Fiment. Sehingga Deni dan pak Suprapto tidak ingin hal buruk akan datang pada dirinya dengan segera. Gus Fiment segera menghampiri Deni di ruang tunggu. Dia membawa sebuah kertas berisi surat keterangan akan hilangnya Khadijah. Surat yang akan membuat Gus Fiment bisa lebih nyaman kembali. Sehingga peluang untuk kembali mendapatkan Khadijah akan begitu besar di dapatnya. "Bagaimana, apakah sudah?" Tanya Deni dengan penuh antusias. "Alhamdulillah sudah. Respon mereka baik. Saya senang dengan apa yang mereka katakan. Mereka akan segera mencari Khad
Ferdi begitu kesal saat Gus Fatur membawa kabar akan Gus Fiment yang telah melaporkan kasu penculikan dari Khadijah pada pihak berwajib. Ada rasa khawatir yang di rasakan oleh Ferdi, sehingga ia mulai gelisah dengan laporan yang di buat oleh Gus Fiment di kantor polisi. Ferdi merasa ini akan menjadi kabar buruk yang akan di terima olehnya. "Kenapa kamu tidak mencegah dia untuk ke kantor polisi?" Tanya Ferdi dengan suara keras. "Aku sudah berusaha. Aku menghadang setiap langkah dia. Tetapi itu sulit untuk bisa aku hindari. Ada pertolongan dari orang lain yang membuat dia lolos. Sehingga dia bisa tiba di kantor polisi," jawab Gus Fatur. Kedua penculik dari Khadijah pun mulai gelisah dengan laporan yang datang pada mereka. Keduanya pernah merasakan dinginnya sel penjara. Itu yang membuat mereka khawatir akan kembali masuk ke dalam penjara. "Belum setahun bebas dari penjara, masa sudah masuk lagi. Nasib-nasib, gini amat sih hidup gue. Kecut!" ucap salah seorang penculik. "Kalau sampa
Bi Sanih terlihat begitu merasa sedih saat Deni pak Suprapto datang menghampiri dirinya di ruang tamu. Kedatangan dari Deni dan pak Suprapto di liputi rasa gembira yang cukup besar. Tidak heran, mereka sudah tidak sabar untuk mendapatkan kabar dari bi Sanih. Terutama pak Suprapto yang sudah tidak bisa menahan rasa rindu yang ada pada seorang Dini. "Bagaimana Bi?" Tanya pak Suprapto dengan begitu antusias.Bi Sanih dilema besar. Dia ingin mengatakan yang sesungguhnya. Tetapi bi Sanih khawatir akan menyakiti hati pak Suprapto. Tetapi jika dia berbohong, mungkin itu akan semakin membuat pak Suprapto sakit di kemudian hari. Bi Sanih benar-benar merasa berada di dia persimpangan yang begitu besar saat ini. Dia tidak tahu harus memilih jalan mana yang harus dia ambil olehnya. "Ya Allah, berikan hamba petunjuk Mu. Hamba benar-benar tidak tahu harus melakukan apa saat ini. Rasanya ini benar-benar bukan hal yang mudah. Tetapi ini adalah hal yang cukup sulit untuk di lakukan. Ampuni hamba, ji
Dini masih belum bisa membayangkan bagaimana kesalahan yang sudah di lakukan oleh ayahnya di masa lalu. Itu yang membuat Dini begitu sulit untuk memaafkan ayahnya sendiri. Padahal sudah berjalan cukup lama, begitu juga dengan ayahnya yang sudah meminta maaf pada Dini. Tetapi ia tidak bisa memaafkan begitu saja. Sehingga pintu maaf yang ada di dalam hati Dini. Urung terbuka pada ayahnya sendiri. Sekali pun ayahnya sudah memohon maaf pada Dini. Tetapi Dini tetap pada keputusan yang ada, dia merasa ini sudah menjadi keputusan yang sudah di ambil oleh Dini. Dini menikmati angin malam di taman. Dia terus terpikir akan apa yang sudah di lakukan oleh dirinya pada ayahnya selama ini. Di mana Dini terlihat begitu merasa bersalah dengan sikapnya yang masih dingin pada ayahnya. Menolak pertemuan dengan ayahnya sendiri. Hal yang bodoh di lakukan oleh Dini pada ayahnya. Gus Fiment yang melihat Dini berada di taman sendirian. Tertarik untuk tahu apa yang sedang di lakukan oleh Dini. Tidak biasany
Dini terlihat begitu cantik saat mengenakan kebaya berwarna putih. Begitu juga dengan Gus Fiment yang terlihat begitu tampan dengan jas berwarna hitam serta kemeja putih. Tidak lupa, sarung dengan kualitas bahan yang prima di kenakan oleh Gus Fiment. Itu semakin membuat Gus Fiment terlihat begitu tampan. Hal yang tidak pernah di duga oleh banyak orang.Beberapa Santriwati mulai tertarik dengan penampilan dari Gus Fiment yang terlihat mempesona. Mereka tidak jemu melihat bagaimana seorang Gus Fiment yang terlihat begitu tampan dengan gaya maskulin yang terlihat begitu berwibawa. Penampilan ciamik yang di perlihatkan oleh Gus Fiment. Semakin membuat banyak santriwati tertarik akan ketampanan dari Gus Fiment.Seorang penghulu sudah di siapkan untuk mewakili pak Suprapto sebagai wali dari Dini. Penghulu itu terlihat sudah begitu siap untuk mengawal pernikahan dari Gus Fiment dan Dini.Khadijah serta anggota keluarga lainnya juga, sudah tidak sabar untuk segera menyaksikan ijab qobul yang
Datang dengan kiayi Musthofa dan Khadijah. Gus Fiment tampil gagah dengan sebuah baju Koko serta celana panjang hitam. Tidak lupa, peci hitam semakin menambah ketampanan dari Gus Fiment di malam ini. Tidak ada pemberitahuan sebelumnya pada Dini. Gus Fiment datang ke rumah Dini dengan modal nekat saja. Ini kesempatan yang cukup bagus. Mengingat masih ada kembaran dari Dini, yakni Deni. Begitu juga dengan pak Suprapto yang belum pulang ke rumahnya di Jakarta.Tiba di depan rumah Dini, Gus Fiment dengan suara merdunya mulai mengucapkan salam. Ada sedikit rasa gugup yang di rasakan oleh Gus Fiment. Tetapi dia tetap percaya diri untuk bisa mendapatkan cinta Dini. Meminang Dini sebagai istrinya.Dini langsung di buat terkesima dengan penampilan dari Gus Fiment. Dini melihat penampilan dari Gus Fiment begitu mempesona. Apalagi Dini menyukai peci hitam yang di kenakan oleh Gus Fiment. Peci itu begitu ciamik berpadu dengan baju koko yang di kenakan oleh Gus Fiment. Semakin memperlihatkan bagai
Ikhlas, tetapi sakit hati tetap di rasakan oleh seorang Fachri. Di sadar, tidak mungkin dirinya akan memaksa Dini untuk bisa cinta pada dirinya. Tidak mungkin juga bagi seorang Fachri untuk bisa mendapatkan cinta dari Dini. Tentu ada pertimbangan yang harus di lakukan oleh Dini akan Fachri. Itu hal yang tidak mudah. Tetapi Fachri selalu berusaha untuk tetap tegar dengan segala hal yang di rasakan. Menikmati semuanya dengan ikhlas. Sekali pun untuk tetap di posisi ikhlas bukan hal yang mudah. Mengingat banyak hal yang sudah di lakukan dengan Dini. Menghapus sebagian kenangan dengan Dini adalah bagian paling sulit yang tidak bisa dengan mudah di lakukan oleh Fachri.Fachri sudah tiba di Mesir dengan versi dia yang baru. Fachri berharap sudah tidak ada lagi rasa sakit yang di rasakan oleh Fachri seperti apa yang di rasakan oleh dirinya saat berada di Indonesia. Bertemu dengan Dini adalah hal yang paling menyakitkan bagi seorang Fachri. Tidak heran dia begitu merasa terbebani saat kembali
Khadijah terlihat begitu santai dengan sebuah buku di tangan kanannya. Begitu juga dengan kiayi Musthofa, yang terlihat menikmati suasana sore ini dengan sebuah buku tebal. Hobi keduanya yang sama-sama membaca, membuat suasana sore mereka di habiskan untuk membaca buku dari penulis terkenal di dunia. Melihat suasana sore yang hangat. Ini akan menjadi kesempatan yang cukup baik bagi Gus Fiment untuk bisa berdiskusi dengan mereka berdua. Tidak hanya diskusi kecil saja. Melainkan sebuah saran di harapkan oleh Gus Fiment dari keduanya. Permintaan dari Fachri tentu bukan permintaan yang biasa. Di mana Fachri menitipkan seorang Dini pada Gus Fiment. Fachri berharap Gus Fiment bisa menjaga seorang Dini seperti apa yang di minta oleh Fachri. Itu tugas yang tidak mudah. Tetapi Gus Fiment akan tetap berusaha untuk memberikan yang terbaik dari permintaan seorang Fachri.Gus Fiment terlihat malu-malu saat tiba-tiba duduk di samping Khadijah. Pandangan matanya tidak mampu menatap ke arah Gus kia
Pak Suprapto sudah merapikan seluruh pakaiannya ke dalam koper. Ini adalah hari terakhir dia berada di desa. Di mana pak Suprapto siap kembali ke kota untuk menjalani kehidupan sebagai orang kota. Sudah rasanya bagi pak Suprapto untuk berada di desa. Menikmati setiap panorama yang ada di desa. Ini pengalaman yang paling menyenangkan di rasakan oleh pak Suprapto. Sehingga ia merasa ini adalah hal yang cukup menyenangkan untuk di rasa.Dini terlihat bersedih, saat melihat Deni sudah mulai memanaskan mobilnya. Deni siap kembali pulang ke kota, membawa pak Suprapto juga dalam perjalanan ke rumahnya tersebut. Hal yang cukup membuat Dini merasa sedikit kehilangan dengan kepulangan keduanya."Apa kamu tidak mau tinggal seminggu lagi di sini. Aku masih pengen sama Ayah," ucap Dini dengan begitu sedih."Pekerjaan Ayah siapa yang akan urus di sana. Posisi Ayah penting di perusahaan, makanya Ayah harus selalu ada di perusahaan. Tidak boleh hilang dari peredaran," ucap Deni dengan tegasnya."Tapi
Fachri berpelukan pada setiap anggota keluarganya, begitu pesawat yang akan membawa dirinya terbang. Dia meneteskan air mata pada setiap orang yang di peluknya. Memohon doa keselamatan yang akan di jalani oleh Fachri. Tentu ini akan menjadi perjalanan yang cukup panjang di tempuh oleh Fachri. Hal yang tidak biasa akan di lakukan oleh Fachri. Perjalanan yang tidak semestinya mungkin akan di lakukan oleh Fachri secara berjam-jam. Perjalanan jauh itu akan memakan waktu yang cukup panjang. Pelukan Fachri cukup lama di kiayi Musthofa. Beban berat di berikan oleh kiayi Musthofa pada seorang Fachri. Di mana Kiayi Musthofa berharap Fachri akan menjaga nama baik dari keluarga besarnya selama di Mesir nanti. Begitu juga dengan hal lain yang harus bisa di lakukan oleh Fachri. Dia harus bisa melakukan segala hal dengan sebaik mungkin. Sehingga tidak akan ada hal baru yang akan datang pada seorang Fachri. Itu cukup berkesan bagi Fachri, sehingga air matanya tidak berhenti menetes. Fachri terliha
Masih bingung dengan sikap dingin yang di tunjukkan oleh Fachri. Dini tentu tidak ingin tetap dalam rasa penasaran yang begitu besar. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya membuat Fachri terlihat begitu dingin pada dirinya. Ini sama sekali tidak sama seperti biasanya. Itu yang membuat Dini ingin tahu akan hal tersebut. Dini harus bisa menemukan jawaban dari segala persoalan yang sedang ada dalam diri Fachri.Dini mendatangi Fatimah. Orang yang mungkin bisa dia temui untuk mendapatkan segala informasi seputar pondok pesantren. Dini pun mengajak Fatimah untuk bertemu di taman. Di mana Dini sudah tidak sabar untuk tahu penyebab dari perubahan sikap dari seorang Fachri yang begitu drastis. Ini menjadi tanda tanya besar yang datang dari dalam diri seorang Dini. Sehingga ia harus tahu jawaban yang pasti dari seorang Fachri. Sikap Fachri yang tiba-tiba berubah drastis begitu saja. Tentu ada penyebab yang membuat dia menjadi dingin pada seorang Dini.Fatimah datang lebih dulu di taman. Sebelum
Sebelum keberangkatan ke Mesir. Fachri meminta bertemu terlebih dahulu dengan Gus Fatur. Tentu pertemuan dengan Gus Fatur akan menjadi sebuah pertemuan yang cukup di nanti oleh Fachri. Mengingat pertemuan dirinya tersebut akan menjadi pertemuan sekaligus meminta izin pada Gus Fatur. Bagaimana pun juga, Fachri berharap doa dari seorang Gus Fatur dalam perjalanan menuju Mesir. Mendapatkan banyak doa semakin baik di dapat oleh Fachri.Tidak hanya Fachri saja yang datang ke penjara untuk bertemu dengan Gus Fatur. Gus Fiment dan beberapa anggota keluarga lainnya, juga tertarik datang ke penjara untuk menjenguk Gus Fatur. Mereka ingin memberikan sedikit motivasi pada Gus Fatur yang saat ini dalam posisi tertekan.Khadijah yang sedikit kecewa dengan apa yang sudah di lakukan oleh Gus Fatur. Merasa apa yang telah di lakukan oleh Gus Fatur sedikit berlebihan. Mungkin ini akan sedikit lebih baik ketika Khadijah mulai merasa bisa memaafkan Gus Fatur. Sekali pun itu adalah hal yang sangat sulit d
Sempat ragu untuk melanjutkan pendidikan yang tertunda. Fachri akhirnya menerima tawaran dari keluarga besarnya untuk pergi kembali ke Mesir dalam melanjutkan pendidikan S2 yang sempat tertunda. Terlihat bagaimana raut wajah sedih masih menyelimuti seorang Fachri. Bagaimana pun juga, dia masih merasa begitu bersedih dengan kenyataan pahit yang harus di terima oleh dirinya akan perasaan dari Dini. Fachri menghampiri Gus Fiment, dia segera mengatakan pada Gus Fiment untuk tiket ke Mesir yang sudah di janjikan. Tiket yang bisa di pakai oleh Fachri kapan saja. Gus Fiment terhentak dengan permintaan dari Fachri tersebut. Dia penasaran dengan alasan dari Fachri yang akhirnya menerima tawaran dari keluarga besarnya untuk kembali ke Mesir. Mengingat Fachri yang selama ini menolak untuk kembali melanjutkan pendidikan yang sudah di jalaninya tersebut. "Ada angin apa, kenapa kamu menerima tawaran untuk kembali ke Mesir. Kamu tidak bercanda, bukan?" Tanya Gus Fiment dengan raut wajah kurang ya