Mendengar kabar Dini yang lolos menjadi pengajar di pondok pesantren. Seketika membuat Fitri merasa geram. Dia merasa itu adalah bagian dari cara Dini untuk mencoba mendekati Fachri. Bisa juga cara yang di lakukan oleh Dini untuk menarik perhatian dari Fachri. Hal yang seharusnya tidak di lakukan oleh Dini, demi mendapatkan cinta dari Fachri. Pikir seorang Fitri saat ini.Bi Sanih yang melihat kekesalan yang sedang di rasakan oleh Fitri. Mencoba menciptakan suasana yang sedikit lebih tenang. Dia berharap Fitri tidak akan melakukan tindakan yang tidak seharusnya di lakukan pada Dini. Mengingat Fitri yang selalu iri dengan apapun yang di lakukan oleh Dini. Fitri merasa Dini adalah pesaing utama dalam merebut hati seorang Fachri."Kamu kenapa sih? Kamu tidak terima dengan keputusan dari Gus Fiment. Dini memang layak menjadi seorang pengajar. Dia pintar, jadi wajar jika dia di pilih oleh Gus Fiment untuk menjadi seorang pengajar di pondok pesantren," ucap bi Sanih menata makanan di atas m
Dini ingin menceritakan semua kebahagiaan yang sedang di rasakan pada bi Sanih. Dini merasa bi Sanih akan senang dengan apa yang terjadi pada Dini saat ini. Mengingat Dini pun meminta doa pada bi Sanih, sebelum melakukan test. Ini bagian dari doa yang di ucapkan oleh bi Sanih. Sehingga ia bisa menjadi seorang pengajar di pondok pesantren.Tidak lupa Dini membawa buah tangan yang hendak di berikan pada bi Sanih. Buah-buahan segar yang Dini beli dari pedagang keliling, menjadi buah tangan yang akan di berikan pada bi Sanih. Dini pun terlihat begitu gembira saat membawa buah tangan itu menuju rumah bi Sanih.Beberapa orang yang mulai mengenal Dini. Tidak ragu untuk menyapa dirinya. Dini yang senang dengan sikap ramah yang di tunjukkan oleh penduduk desa. Mulai terkesan dengan apa yang di berikan oleh penduduk desa pada dirinya. Tidak heran, senyuman selalu Dini berikan saat warga desa mulai menyapa dirinya.Namun, baru di pertengahan jalan. Dini harus di buat emosi oleh keberadaan dari F
Umi Salamah yang masih tidak menerima keputusan dari Gus Fiment. Terlihat begitu kesal dengan apa yang terjadi pada Dini. Di mana Dini akhirnya menjadi seorang pengajar di pondok pesantren. Padahal dalam sudut pandang dirinya, Dini sama sekali tidak cocok menjadi seorang pengajar di pondok pesantren.Umi Salamah tidak ragu untuk datang ke ruang kerja dari kiayi Musthofa. Menyampaikan kekecewaan yang di rasakan oleh dirinya akan hasil seleksi yang di lakukan oleh Gus Fiment. Umi Salamah berharap kiayi Musthofa bisa berbuat banyak. Sehingga Dini batal menjadi seorang pengajar di pondok pesantren."Assalamualaikum Pak kiayi," sapa Umi Salamah."Wallaikumsallam. Silakan duduk," jawab pak kiayi.Umi Salamah segera duduk di sofa yang sudah ada. Dia terlihat sudah yakin untuk protes dengan keputusan yang sudah di ambil oleh Gus Fiment. Umi Salamah merasa tindakan yang di lakukan oleh dirinya. Semata-mata untuk menyelamatkan nama baik pesantren. Menurutnya Dini bukan seorang yang layak untuk
Dini dan Fachri akhirnya sampai di depan rumah bi Sanih. Namun perasaan Fachri dan Dini langsung berubah menjadi kurang enak. Tak kala mereka melihat Fitri yang datang dengan wajah masamnya. Fitri terlihat begitu kesal dengan kedatangan dari Dini dan Fachri ke rumah bi Sanih.Fachri dan Dini mencoba membuang perasaan kurang enak itu. Mereka tetap menegur Fitri dengan lembut. Memberikan salam sebagai penghormatan pada Fitri. Tetapi Fitri yang kurang suka akan Dini dan Fachri. Sama sekali tidak begitu nyaman melihat kedekatan keduanya. Ia pun terlihat begitu kesal akan Dini dan Fachri. Sehingga tidak menjawab salam yang di berikan oleh keduanya.Tidak berselang lama, bi Sanih dengan pakaian yang begitu rapi. Terlihat datang menghampiri Dini dan Fachri. Ia begitu cantik dengan pakaian muslim yang anggun. Sehingga tidak luput dari pujian seorang Dini."Eh ada Neng Dini dan Mas Fachri. Silakan masuk Neng dan Mas Fachri," ucap bi Sanih penuh kebahagiaan."Iya Bi. Dini ingin main ke rumah Bi
Dini kembali ke pondok pesantren dengan raut wajah yang cukup kesal. Bagaimana pun juga, Dini merasa apa yang di lakukan oleh Fitri pada dirinya sudah begitu keterlaluan. Sehingga Dini sudah tidak bisa memaafkan Fitri kembali.Dini duduk di ayunan dengan terik mentari yang menyorot langsung ke wajahnya. Ia sama sekali tidak peduli dengan panas yang terus membakar dirinya. Dini berharap bisa tenang dengan berada di ayunan tersebut. Meskipun matahari semakin menciptakan suasana yang cukup panas di tubuh Dini. Tetapi ia tetap berusaha untuk bisa tenang. Tidak lagi terbawa emosi dengan apa yang sudah di lakukan oleh Fitri pada dirinya.Gus Fiment melihat Dini, dia mencoba mendatangi Dini. Gus Fiment menyadari kegelisahan yang sedang di rasakan oleh Dini. Sehingga Gus Fiment mencoba menghibur Dini dengan caranya sendiri."Assalamualaikum," sapa Gus Fiment dengan begitu lembut."Wallaikumsallam," jawab Dini turun dari ayunan."Kamu tidak panas berada di sini?" Tanya Gus Fiment.Dini menoreh
Dini sudah tidak sabar untuk mengajar di kelas. Dia merasa ini akan jadi pengalaman yang cukup mengesankan bagi seorang Dini. Apalagi dia berhasil mengalahkan beberapa orang yang di rasa punya pengalaman yang jauh dari Dini. Sehingga ada rasa bangga yang tentunya di rasakan oleh Dini.Mendapatkan sebuah seragam yang di kenakan oleh semua pengajar. Dini terlihat cantik dengan hijab berwarna senada. Penampilan dari Dini pun tidak luput dari pujian semua orang yang ada di pondok pesantren."Definisi bidadari turun dari surga," ucap seorang Santri dengan wajah kagum. "Aku boleh iri gak?" ucap Santriwati pertama kali melihat wajah Dini. Segala pujian yang datang pada Dini di hari ini. Tidak membuat dia merasa tinggi hati. Justru sebaliknya, dia merasa senang dengan penampilan dari dirinya yang mendapatkan banyak pujian. Hal yang tidak pernah dinduga oleh Dini sebelumnya. Sehingga ia begitu bersemangat untuk bisa mengajar di hari pertama ini. Sebelum masuk kelas, Fachri terlihat menghamp
Baru masuk ke dalam ruang kerjanya. Fachri langsung di panggil oleh Gus Fiment untuk menghadapnya. Ada suatu hal yang ingin di bicarakan oleh Gus Fiment pada Fachri. Sehingga ia segera memanggil Fachri untuk masuk ke dalam ruang kerjanya. Tanpa pikir panjang, Fachri segera mendatangi ruang kerja Gus Fiment. Dia penasaran dengan apa yang ingin di bicarakan oleh Gus Fiment. Sehingga ia di panggil masuk ke dalam ruang kerjanya. Sampai di ruang kerja Gus Fiment, dengan mengucapkan salam. Fachri terlihat begitu bingung, sebab ia masih sedikit bertanya-tanya akan pemanggilan yang di lakukan oleh dirinya oleh Gus Fiment. "Ada apa Abi memanggil ku ke sini?" Tanya Fachri dengan raut wajah penasaran. "Duduk dulu. Abi hanya ingin bertanya beberapa hal pada mu," ucap Gus Fiment. Fachri segera duduk di kursi di depan Gus Fiment. Dia masih terlihat penasaran dengan pertanyaan yang ada di dalam hatinya. Entah mengapa Gus Fiment tiba-tiba memanggil dirinya ke ruang kerja. Tidak biasanya hal ini
Gus Fatur nampak bingung untuk mencari cara lain dalam mendapatkan tanah di belakang pondok pesantren. Sudah banyak cara di lakukan oleh dirinya. Tetapi tidak ada satupun yang berhasil. Gus Fatur pun merasa begitu we frustasi. Mengingat semua cara yang di lakukan oleh dirinya sama sekali tidak berhasil. Hal yang tidak pernah bisa di bayangkan oleh Gus Fatur. Gus Fatur terus memasang wajah yang murung. Wajah yang kurang di sukai oleh Ferdi. Sehingga Ferdi pun tidak segan untuk memarahi Gus Fatur yang terlihat sudah putus asa dalam mendapatkan tanah milik ayahnya tersebut. Gus Fatur merasa sudah berada di jalan buntu. Tidak ada pilihan lain yang bisa di lakukan oleh Gus Fatur. Itu yang membuat Gus Fatur seperti sudah mati rasa untuk mendapatkan tanah tersebut. "Kamu mau menyerah?" Tanya Ferdi dengan wajah kesal. "Bagaimana lagi. Segala usaha sudah kita lakukan. Tetapi tidak ada hasilnya sama sekali. Kegagalan seolah bersahabat dengan kita. Sehingga aku tidak yakin setiap usaha lain a
Dini terlihat begitu cantik saat mengenakan kebaya berwarna putih. Begitu juga dengan Gus Fiment yang terlihat begitu tampan dengan jas berwarna hitam serta kemeja putih. Tidak lupa, sarung dengan kualitas bahan yang prima di kenakan oleh Gus Fiment. Itu semakin membuat Gus Fiment terlihat begitu tampan. Hal yang tidak pernah di duga oleh banyak orang.Beberapa Santriwati mulai tertarik dengan penampilan dari Gus Fiment yang terlihat mempesona. Mereka tidak jemu melihat bagaimana seorang Gus Fiment yang terlihat begitu tampan dengan gaya maskulin yang terlihat begitu berwibawa. Penampilan ciamik yang di perlihatkan oleh Gus Fiment. Semakin membuat banyak santriwati tertarik akan ketampanan dari Gus Fiment.Seorang penghulu sudah di siapkan untuk mewakili pak Suprapto sebagai wali dari Dini. Penghulu itu terlihat sudah begitu siap untuk mengawal pernikahan dari Gus Fiment dan Dini.Khadijah serta anggota keluarga lainnya juga, sudah tidak sabar untuk segera menyaksikan ijab qobul yang
Datang dengan kiayi Musthofa dan Khadijah. Gus Fiment tampil gagah dengan sebuah baju Koko serta celana panjang hitam. Tidak lupa, peci hitam semakin menambah ketampanan dari Gus Fiment di malam ini. Tidak ada pemberitahuan sebelumnya pada Dini. Gus Fiment datang ke rumah Dini dengan modal nekat saja. Ini kesempatan yang cukup bagus. Mengingat masih ada kembaran dari Dini, yakni Deni. Begitu juga dengan pak Suprapto yang belum pulang ke rumahnya di Jakarta.Tiba di depan rumah Dini, Gus Fiment dengan suara merdunya mulai mengucapkan salam. Ada sedikit rasa gugup yang di rasakan oleh Gus Fiment. Tetapi dia tetap percaya diri untuk bisa mendapatkan cinta Dini. Meminang Dini sebagai istrinya.Dini langsung di buat terkesima dengan penampilan dari Gus Fiment. Dini melihat penampilan dari Gus Fiment begitu mempesona. Apalagi Dini menyukai peci hitam yang di kenakan oleh Gus Fiment. Peci itu begitu ciamik berpadu dengan baju koko yang di kenakan oleh Gus Fiment. Semakin memperlihatkan bagai
Ikhlas, tetapi sakit hati tetap di rasakan oleh seorang Fachri. Di sadar, tidak mungkin dirinya akan memaksa Dini untuk bisa cinta pada dirinya. Tidak mungkin juga bagi seorang Fachri untuk bisa mendapatkan cinta dari Dini. Tentu ada pertimbangan yang harus di lakukan oleh Dini akan Fachri. Itu hal yang tidak mudah. Tetapi Fachri selalu berusaha untuk tetap tegar dengan segala hal yang di rasakan. Menikmati semuanya dengan ikhlas. Sekali pun untuk tetap di posisi ikhlas bukan hal yang mudah. Mengingat banyak hal yang sudah di lakukan dengan Dini. Menghapus sebagian kenangan dengan Dini adalah bagian paling sulit yang tidak bisa dengan mudah di lakukan oleh Fachri.Fachri sudah tiba di Mesir dengan versi dia yang baru. Fachri berharap sudah tidak ada lagi rasa sakit yang di rasakan oleh Fachri seperti apa yang di rasakan oleh dirinya saat berada di Indonesia. Bertemu dengan Dini adalah hal yang paling menyakitkan bagi seorang Fachri. Tidak heran dia begitu merasa terbebani saat kembali
Khadijah terlihat begitu santai dengan sebuah buku di tangan kanannya. Begitu juga dengan kiayi Musthofa, yang terlihat menikmati suasana sore ini dengan sebuah buku tebal. Hobi keduanya yang sama-sama membaca, membuat suasana sore mereka di habiskan untuk membaca buku dari penulis terkenal di dunia. Melihat suasana sore yang hangat. Ini akan menjadi kesempatan yang cukup baik bagi Gus Fiment untuk bisa berdiskusi dengan mereka berdua. Tidak hanya diskusi kecil saja. Melainkan sebuah saran di harapkan oleh Gus Fiment dari keduanya. Permintaan dari Fachri tentu bukan permintaan yang biasa. Di mana Fachri menitipkan seorang Dini pada Gus Fiment. Fachri berharap Gus Fiment bisa menjaga seorang Dini seperti apa yang di minta oleh Fachri. Itu tugas yang tidak mudah. Tetapi Gus Fiment akan tetap berusaha untuk memberikan yang terbaik dari permintaan seorang Fachri.Gus Fiment terlihat malu-malu saat tiba-tiba duduk di samping Khadijah. Pandangan matanya tidak mampu menatap ke arah Gus kia
Pak Suprapto sudah merapikan seluruh pakaiannya ke dalam koper. Ini adalah hari terakhir dia berada di desa. Di mana pak Suprapto siap kembali ke kota untuk menjalani kehidupan sebagai orang kota. Sudah rasanya bagi pak Suprapto untuk berada di desa. Menikmati setiap panorama yang ada di desa. Ini pengalaman yang paling menyenangkan di rasakan oleh pak Suprapto. Sehingga ia merasa ini adalah hal yang cukup menyenangkan untuk di rasa.Dini terlihat bersedih, saat melihat Deni sudah mulai memanaskan mobilnya. Deni siap kembali pulang ke kota, membawa pak Suprapto juga dalam perjalanan ke rumahnya tersebut. Hal yang cukup membuat Dini merasa sedikit kehilangan dengan kepulangan keduanya."Apa kamu tidak mau tinggal seminggu lagi di sini. Aku masih pengen sama Ayah," ucap Dini dengan begitu sedih."Pekerjaan Ayah siapa yang akan urus di sana. Posisi Ayah penting di perusahaan, makanya Ayah harus selalu ada di perusahaan. Tidak boleh hilang dari peredaran," ucap Deni dengan tegasnya."Tapi
Fachri berpelukan pada setiap anggota keluarganya, begitu pesawat yang akan membawa dirinya terbang. Dia meneteskan air mata pada setiap orang yang di peluknya. Memohon doa keselamatan yang akan di jalani oleh Fachri. Tentu ini akan menjadi perjalanan yang cukup panjang di tempuh oleh Fachri. Hal yang tidak biasa akan di lakukan oleh Fachri. Perjalanan yang tidak semestinya mungkin akan di lakukan oleh Fachri secara berjam-jam. Perjalanan jauh itu akan memakan waktu yang cukup panjang. Pelukan Fachri cukup lama di kiayi Musthofa. Beban berat di berikan oleh kiayi Musthofa pada seorang Fachri. Di mana Kiayi Musthofa berharap Fachri akan menjaga nama baik dari keluarga besarnya selama di Mesir nanti. Begitu juga dengan hal lain yang harus bisa di lakukan oleh Fachri. Dia harus bisa melakukan segala hal dengan sebaik mungkin. Sehingga tidak akan ada hal baru yang akan datang pada seorang Fachri. Itu cukup berkesan bagi Fachri, sehingga air matanya tidak berhenti menetes. Fachri terliha
Masih bingung dengan sikap dingin yang di tunjukkan oleh Fachri. Dini tentu tidak ingin tetap dalam rasa penasaran yang begitu besar. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya membuat Fachri terlihat begitu dingin pada dirinya. Ini sama sekali tidak sama seperti biasanya. Itu yang membuat Dini ingin tahu akan hal tersebut. Dini harus bisa menemukan jawaban dari segala persoalan yang sedang ada dalam diri Fachri.Dini mendatangi Fatimah. Orang yang mungkin bisa dia temui untuk mendapatkan segala informasi seputar pondok pesantren. Dini pun mengajak Fatimah untuk bertemu di taman. Di mana Dini sudah tidak sabar untuk tahu penyebab dari perubahan sikap dari seorang Fachri yang begitu drastis. Ini menjadi tanda tanya besar yang datang dari dalam diri seorang Dini. Sehingga ia harus tahu jawaban yang pasti dari seorang Fachri. Sikap Fachri yang tiba-tiba berubah drastis begitu saja. Tentu ada penyebab yang membuat dia menjadi dingin pada seorang Dini.Fatimah datang lebih dulu di taman. Sebelum
Sebelum keberangkatan ke Mesir. Fachri meminta bertemu terlebih dahulu dengan Gus Fatur. Tentu pertemuan dengan Gus Fatur akan menjadi sebuah pertemuan yang cukup di nanti oleh Fachri. Mengingat pertemuan dirinya tersebut akan menjadi pertemuan sekaligus meminta izin pada Gus Fatur. Bagaimana pun juga, Fachri berharap doa dari seorang Gus Fatur dalam perjalanan menuju Mesir. Mendapatkan banyak doa semakin baik di dapat oleh Fachri.Tidak hanya Fachri saja yang datang ke penjara untuk bertemu dengan Gus Fatur. Gus Fiment dan beberapa anggota keluarga lainnya, juga tertarik datang ke penjara untuk menjenguk Gus Fatur. Mereka ingin memberikan sedikit motivasi pada Gus Fatur yang saat ini dalam posisi tertekan.Khadijah yang sedikit kecewa dengan apa yang sudah di lakukan oleh Gus Fatur. Merasa apa yang telah di lakukan oleh Gus Fatur sedikit berlebihan. Mungkin ini akan sedikit lebih baik ketika Khadijah mulai merasa bisa memaafkan Gus Fatur. Sekali pun itu adalah hal yang sangat sulit d
Sempat ragu untuk melanjutkan pendidikan yang tertunda. Fachri akhirnya menerima tawaran dari keluarga besarnya untuk pergi kembali ke Mesir dalam melanjutkan pendidikan S2 yang sempat tertunda. Terlihat bagaimana raut wajah sedih masih menyelimuti seorang Fachri. Bagaimana pun juga, dia masih merasa begitu bersedih dengan kenyataan pahit yang harus di terima oleh dirinya akan perasaan dari Dini. Fachri menghampiri Gus Fiment, dia segera mengatakan pada Gus Fiment untuk tiket ke Mesir yang sudah di janjikan. Tiket yang bisa di pakai oleh Fachri kapan saja. Gus Fiment terhentak dengan permintaan dari Fachri tersebut. Dia penasaran dengan alasan dari Fachri yang akhirnya menerima tawaran dari keluarga besarnya untuk kembali ke Mesir. Mengingat Fachri yang selama ini menolak untuk kembali melanjutkan pendidikan yang sudah di jalaninya tersebut. "Ada angin apa, kenapa kamu menerima tawaran untuk kembali ke Mesir. Kamu tidak bercanda, bukan?" Tanya Gus Fiment dengan raut wajah kurang ya