Khadijah segera mengetuk pintu kamar dari Dini. Dia membawa kabar akan Dini yang sukses menjadi kandidat yang di pilih oleh Gus Fiment. Khadijah pun terlihat bahagia akan kabar yang di bawanya tersebut. Sehingga ia menyampaikan pada Dini dengan begitu semangat. Bagaimana pun juga, itu adalah cara dari Khadijah untuk tetap bisa membuat Dini semakin termotivasi. Khadijah langsung memeluk Dini saat Dini membuka pintu kamarnya. Tidak lupa, Khadijah pun mengucapkan selamat pada Dini. Ucapan selamat atas keberhasilan dari Dini yang sukses menjadi salah seorang pengajar di pondok pesantren. "Selamat yah Dini. Akhirnya kamu menjadi salah satu kandidat yang lolos untuk mengajar di sini. Aku harap kamu akan selalu senang untuk bisa menyebarkan ilmu di pondok pesantren ini," ucap Khadijah.Beberapa santriwati yang berada di dekat kamar Dini. Juga turut mengucapkan selamat atas keberhasilan dari Dini yang di pilih oleh Gus Fiment menjadi seorang pengajar di pondok pesantren. Mereka pun terlihat
Mendengar kabar Dini yang lolos menjadi pengajar di pondok pesantren. Seketika membuat Fitri merasa geram. Dia merasa itu adalah bagian dari cara Dini untuk mencoba mendekati Fachri. Bisa juga cara yang di lakukan oleh Dini untuk menarik perhatian dari Fachri. Hal yang seharusnya tidak di lakukan oleh Dini, demi mendapatkan cinta dari Fachri. Pikir seorang Fitri saat ini.Bi Sanih yang melihat kekesalan yang sedang di rasakan oleh Fitri. Mencoba menciptakan suasana yang sedikit lebih tenang. Dia berharap Fitri tidak akan melakukan tindakan yang tidak seharusnya di lakukan pada Dini. Mengingat Fitri yang selalu iri dengan apapun yang di lakukan oleh Dini. Fitri merasa Dini adalah pesaing utama dalam merebut hati seorang Fachri."Kamu kenapa sih? Kamu tidak terima dengan keputusan dari Gus Fiment. Dini memang layak menjadi seorang pengajar. Dia pintar, jadi wajar jika dia di pilih oleh Gus Fiment untuk menjadi seorang pengajar di pondok pesantren," ucap bi Sanih menata makanan di atas m
Dini ingin menceritakan semua kebahagiaan yang sedang di rasakan pada bi Sanih. Dini merasa bi Sanih akan senang dengan apa yang terjadi pada Dini saat ini. Mengingat Dini pun meminta doa pada bi Sanih, sebelum melakukan test. Ini bagian dari doa yang di ucapkan oleh bi Sanih. Sehingga ia bisa menjadi seorang pengajar di pondok pesantren.Tidak lupa Dini membawa buah tangan yang hendak di berikan pada bi Sanih. Buah-buahan segar yang Dini beli dari pedagang keliling, menjadi buah tangan yang akan di berikan pada bi Sanih. Dini pun terlihat begitu gembira saat membawa buah tangan itu menuju rumah bi Sanih.Beberapa orang yang mulai mengenal Dini. Tidak ragu untuk menyapa dirinya. Dini yang senang dengan sikap ramah yang di tunjukkan oleh penduduk desa. Mulai terkesan dengan apa yang di berikan oleh penduduk desa pada dirinya. Tidak heran, senyuman selalu Dini berikan saat warga desa mulai menyapa dirinya.Namun, baru di pertengahan jalan. Dini harus di buat emosi oleh keberadaan dari F
Umi Salamah yang masih tidak menerima keputusan dari Gus Fiment. Terlihat begitu kesal dengan apa yang terjadi pada Dini. Di mana Dini akhirnya menjadi seorang pengajar di pondok pesantren. Padahal dalam sudut pandang dirinya, Dini sama sekali tidak cocok menjadi seorang pengajar di pondok pesantren.Umi Salamah tidak ragu untuk datang ke ruang kerja dari kiayi Musthofa. Menyampaikan kekecewaan yang di rasakan oleh dirinya akan hasil seleksi yang di lakukan oleh Gus Fiment. Umi Salamah berharap kiayi Musthofa bisa berbuat banyak. Sehingga Dini batal menjadi seorang pengajar di pondok pesantren."Assalamualaikum Pak kiayi," sapa Umi Salamah."Wallaikumsallam. Silakan duduk," jawab pak kiayi.Umi Salamah segera duduk di sofa yang sudah ada. Dia terlihat sudah yakin untuk protes dengan keputusan yang sudah di ambil oleh Gus Fiment. Umi Salamah merasa tindakan yang di lakukan oleh dirinya. Semata-mata untuk menyelamatkan nama baik pesantren. Menurutnya Dini bukan seorang yang layak untuk
Dini dan Fachri akhirnya sampai di depan rumah bi Sanih. Namun perasaan Fachri dan Dini langsung berubah menjadi kurang enak. Tak kala mereka melihat Fitri yang datang dengan wajah masamnya. Fitri terlihat begitu kesal dengan kedatangan dari Dini dan Fachri ke rumah bi Sanih.Fachri dan Dini mencoba membuang perasaan kurang enak itu. Mereka tetap menegur Fitri dengan lembut. Memberikan salam sebagai penghormatan pada Fitri. Tetapi Fitri yang kurang suka akan Dini dan Fachri. Sama sekali tidak begitu nyaman melihat kedekatan keduanya. Ia pun terlihat begitu kesal akan Dini dan Fachri. Sehingga tidak menjawab salam yang di berikan oleh keduanya.Tidak berselang lama, bi Sanih dengan pakaian yang begitu rapi. Terlihat datang menghampiri Dini dan Fachri. Ia begitu cantik dengan pakaian muslim yang anggun. Sehingga tidak luput dari pujian seorang Dini."Eh ada Neng Dini dan Mas Fachri. Silakan masuk Neng dan Mas Fachri," ucap bi Sanih penuh kebahagiaan."Iya Bi. Dini ingin main ke rumah Bi
Dini kembali ke pondok pesantren dengan raut wajah yang cukup kesal. Bagaimana pun juga, Dini merasa apa yang di lakukan oleh Fitri pada dirinya sudah begitu keterlaluan. Sehingga Dini sudah tidak bisa memaafkan Fitri kembali.Dini duduk di ayunan dengan terik mentari yang menyorot langsung ke wajahnya. Ia sama sekali tidak peduli dengan panas yang terus membakar dirinya. Dini berharap bisa tenang dengan berada di ayunan tersebut. Meskipun matahari semakin menciptakan suasana yang cukup panas di tubuh Dini. Tetapi ia tetap berusaha untuk bisa tenang. Tidak lagi terbawa emosi dengan apa yang sudah di lakukan oleh Fitri pada dirinya.Gus Fiment melihat Dini, dia mencoba mendatangi Dini. Gus Fiment menyadari kegelisahan yang sedang di rasakan oleh Dini. Sehingga Gus Fiment mencoba menghibur Dini dengan caranya sendiri."Assalamualaikum," sapa Gus Fiment dengan begitu lembut."Wallaikumsallam," jawab Dini turun dari ayunan."Kamu tidak panas berada di sini?" Tanya Gus Fiment.Dini menoreh
Dini sudah tidak sabar untuk mengajar di kelas. Dia merasa ini akan jadi pengalaman yang cukup mengesankan bagi seorang Dini. Apalagi dia berhasil mengalahkan beberapa orang yang di rasa punya pengalaman yang jauh dari Dini. Sehingga ada rasa bangga yang tentunya di rasakan oleh Dini.Mendapatkan sebuah seragam yang di kenakan oleh semua pengajar. Dini terlihat cantik dengan hijab berwarna senada. Penampilan dari Dini pun tidak luput dari pujian semua orang yang ada di pondok pesantren."Definisi bidadari turun dari surga," ucap seorang Santri dengan wajah kagum. "Aku boleh iri gak?" ucap Santriwati pertama kali melihat wajah Dini. Segala pujian yang datang pada Dini di hari ini. Tidak membuat dia merasa tinggi hati. Justru sebaliknya, dia merasa senang dengan penampilan dari dirinya yang mendapatkan banyak pujian. Hal yang tidak pernah dinduga oleh Dini sebelumnya. Sehingga ia begitu bersemangat untuk bisa mengajar di hari pertama ini. Sebelum masuk kelas, Fachri terlihat menghamp
Baru masuk ke dalam ruang kerjanya. Fachri langsung di panggil oleh Gus Fiment untuk menghadapnya. Ada suatu hal yang ingin di bicarakan oleh Gus Fiment pada Fachri. Sehingga ia segera memanggil Fachri untuk masuk ke dalam ruang kerjanya. Tanpa pikir panjang, Fachri segera mendatangi ruang kerja Gus Fiment. Dia penasaran dengan apa yang ingin di bicarakan oleh Gus Fiment. Sehingga ia di panggil masuk ke dalam ruang kerjanya. Sampai di ruang kerja Gus Fiment, dengan mengucapkan salam. Fachri terlihat begitu bingung, sebab ia masih sedikit bertanya-tanya akan pemanggilan yang di lakukan oleh dirinya oleh Gus Fiment. "Ada apa Abi memanggil ku ke sini?" Tanya Fachri dengan raut wajah penasaran. "Duduk dulu. Abi hanya ingin bertanya beberapa hal pada mu," ucap Gus Fiment. Fachri segera duduk di kursi di depan Gus Fiment. Dia masih terlihat penasaran dengan pertanyaan yang ada di dalam hatinya. Entah mengapa Gus Fiment tiba-tiba memanggil dirinya ke ruang kerja. Tidak biasanya hal ini