Cahaya jingga sudah terlihat menutupi sebagian langit. Pertanda matahari akan segera terbenam di ufuk barat. Momen yang tidak boleh di lupakan oleh semua orang. Beberapa orang mulai menyalakan handphone mereka. Mencoba merekam apa yang terjadi saat ini. Pancaran sinar matahari benar-benar terlihat begitu meredup. Mulai kalah dengan gelap yang membungkus bumi. Tugas matahari yang sudah selesai di hari ini. Orang-orang mulai bersorak saat momen matahari terbenam dengan begitu indahnya. Pengalaman yang jarang di rasakan oleh sebagian orang. Sehingga mereka terlihat begitu gembira bisa melihat matahari yang perlahan pergi tenggelam di makan gelap malam yang datang. Dini pun tidak ingin melewatkan momen yang cantik di hadapannya. Dia segera mengambil handphone, sebelum menyalakan kamera di handphone miliknya tersebut. Pengalaman yang tidak akan pernah bisa Dini lupakan. Sama sekali, ini adalah pengalaman yang cukup berkesan bagi seorang Dini melihat matahari terbenam di ufuk barat denga
Hampir sudah mencoba beberapa kali. Tetapi mesin printer miliknya masih tidak berfungsi dengan baik. Padahal Khadijah harus segera memprint beberapa lembar dokumen penting. Dia pun segera menuju ruang guru. Menggunakan mesin printer yang ada di ruangan tersebut. Sial bagi Khadijah, semua mesin printer di ruangan itu. Sama-sama mengalami kerusakan. Tentu saja itu cukup membuat kesabaran dari Khadijah sedikit teruji. Mengingat Khadijah yang harus segera melakukan print terhadap dokumen yang ada. Khadijah terdiam sejenak. Menenangkan dirinya yang mulai emosi dengan kejadian di hari ini. Mesin printer yang tiba-tiba harus rusak secara bersamaan. Sama sekali ini adalah momen yang paling di benci oleh Khadijah tentunya. "Kenapa mesin printer ini pada rusak. Padahal lagi aku butuhkan. Mau tidak mau, aku harus pergi ke tukang fhoto copy. Sehingga aku bisa segera memprint seluruh dokumen penting ini," ujar Khadijah. Khadijah segera membawa flashdisk kecil miliknya. Menyimpan alat mungil it
Tiba di depan gapura pondok pesantren. Perasaan canggung langsung di rasakan oleh Dini saat melihat Gus Fiment. Apalagi Dini saat ini sedang bersama dengan Fachri. Tentu ada sedikit rasa canggung yang di rasakan oleh Dini saat bertemu dengan Gus Fiment. Dini tidak berani melihat wajah Gus Fiment. Ia hanya menunduk saat berpapasan dengan Gus Fiment. Padahal Gus Fiment berada di hadapannya. "Habis dari mana kalian?" Tanya Gus Fiment pada Fachri dan Dini. "Kami habis melihat sunset di pantai Abi. Tadi itu pengalaman yang cukup seru. Apalagi Dini pertama kali lihat sunset. Jadi itu cukup berharga untuk dia bisa menyaksikan sunset dengan pemandangan yang ada," jawab Fachri dengan wajah sumringah. "Wih seru banget itu pasti," ujar Gus Fiment. "Abi sendiri mau ke mana sekarang?" Tanya Fachri. "Abi mau pergi ke tukang photo copy. Abi mau menyusul Khadijah. Tadi flashdisk dia ketinggalan satu. Abi mau mengantarkan flashdisk ini ke dia," jawab Gus Fiment. Gus Fiment segera pergi dari had
Penjaga photo copy langsung menghampiri Gus Fiment. Dia segera memberitahu pada Gus Fiment akan Khadijah yang di bawa oleh dua orang penjahat. Tentu saja Gus Fiment khawatir saat tahu kabar dari penjaga photo copy tersebut. Dia pun terlihat gelisah dengan kondisi dari adiknya. "Bagaimana itu bisa terjadi? Tanya Gus Fiment. "Dua orang itu membawa Khadijah pergi dengan mobilnya. Dia menodongkan senjata tajam pada kami. Lalu membawa Khadijah ke dalam mobilnya," jawab penjaga photo copy. Retak jantung Gus Fiment mendengar kabar Khadijah yang di bawa oleh kedua penjahat tersebut. Dia merasa itu cukup pilu untuk di dengar. Tetapi itu kenyataan yang harus di terima oleh dirinya. Namun Gus Fiment harus berusaha tetap tenang, dia harus segera menemukan keberadaan dari Khadijah. "Kemana mobil itu pergi?" Tanya Gus Fiment. "Ke arah sana. Sepertinya mereka membawa Khadijah ke arah hutan," jawab penjaga photo copy. Gus Fiment dengan motornya segera menuju ke arah hutan. Tempat di mana Khadij
Gus Fiment pun hanya mendapatkan sebuah rasa kecewa, tak kala ia tidak berhasil mengejar mobil yang membawa Khadijah. Ia merasa gagal menjadi seorang kakak yang baik untuk Khadijah. Sehingga ada rasa bersalah yang cukup besar yang menghinggapi dirinya. Dia menghentikan laju motornya tepat di depan pon tempat warga berkumpul. Air matanya mulai menetes dengan begitu derasnya. Membayangkan hal buruk yang mungkin akan terjadi pada Khadijah. Ini benar-benar hal yang tidak pernah bisa di duga oleh dirinya. Bagaimana ia akan kehilangan Khadijah dengan begitu mudahnya. Selain merasa kecewa dengan apa yang terjadi pada dirinya. Gus Fiment pun tengah dalam dilema yang cukup besar. Ia merasa akan sedikit kurang beruntung saat dirinya tidak mendapatkan ruang yang cukup untuk bisa menemukan adiknya. Dia tidak bisa melapor ke pihak berwajib. Mengingat Khadijah belum hilang selama seharian penuh. Sehingga perlu waktu esok hari untuk melaporkan kehilangan Khadijah pada pihak berwajib. Di sisi lain
Gus Fiment akhirnya pulang ke pondok pesantren. Wajahnya begitu kusut dengan kenyataan yang harus di terima oleh dirinya. Gus Fiment benar-benar merasa begitu bersedih dengan apa yang terjadi. Mengingat ada kabar buruk yang harus di beritakan pada semua orang di pondok pesantren saat ini. Dia menyimpan motornya terlebih dahulu, sebelum membersihkan tubuhnya yang basah oleh gerimis yang mengguyurnya. Ini nampak seperti hal yang tidak pernah bisa di bayangkan oleh Gus Fiment. Sehingga cukup membuat dirinya merasa bersedih dengan kenyataan yang ada. Dia segera mengambil air wudhu, segera menuntaskan shalat isya. Terlihat sedikit tenang, sebelum air matanya kembali menetes sesuai shalat isya. Dia berdoa untuk Khadijah, itu yang membuat Gus Fiment begitu merasa pilu dengan apa yang terjadi saat ini. Sehingga ia hanya bisa terdiam dengan segala kemungkinan yang ada untuknya. Seorang santri mendekat ke arah Gus Fiment. Dia mendengar suara tangisan dari Gus Fiment. Mencoba menenangkan Gus
Sebuah pengumuman langsung di sampaikan oleh kiayi Musthofa. Di mana ia meminta pada seluruh santri dan santriwati untuk bergegas ke hutan mencari keberadaan dari Khadijah. Tentu ini adalah waktu yang tepat untuk mencari Khadijah. Mengingat kedua penjahat itu masih belum jauh membawa Khadijah ke hutan. Beberapa santri segera membuat grup untuk mencari Khadijah. Mereka harus membentuk grup untuk memudahkan dalam pencarian Khadijah. Mereka sadar, jika tidak dengan cara itu. Maka kecil kemungkinan bagi Khadijah untuk bisa di temukan. Sehingga mereka pun membentuk kelompok untuk bisa menemukan Khadijah. Beberapa kelompok sudah terbentuk, mereka pun segera meminta arahan dari Gus Fiment untuk mencari keberadaan dari Khadijah. Tentu Gus Fiment lebih tahu keberadaan dari Khadijah. Sekali pun, dia juga tidak tahu lokasi tepatnya. Tetapi Gus Fiment tahu arah dari mobil yang membawa Khadijah. "Kami siap mencari keberadaan dari Ustadzah Khadijah. Jika berkenan, Gus Fiment mungkin bisa memberi
Gus Fatur terlihat panik saat masuk ke dalam ruang perawatan dari kiayi Musthofa. Wajahnya tiba-tiba panik melihat kondisi dari kiayi Musthofa yang terbaring lemas di atas ranjang perawatan. Gus Fatur seolah iba dengan apa yang terjadi pada kiayi Musthofa. "Apa yang terjadi pada Abi? tanya Gus Fatur dengan raut wajah bersedih. "Mbah tadi kaget. Saat Paman Firman mengatakan jika Bibi Khadijah di culik," jawab Fatimah dengan raut wajah sedih. "Apa! Khadijah di culik. Siapa yang melakukan itu semua?" Gus Fatur semakin terlihat panik. "Tidak tahu Abi. Jika kita tahu, sudah pasti kita akan mendatanginya. Bibi di bawa oleh dua orang penjahat ke arah hutan lindung. Entah apa motif dari mereka berdua. Sehingga tega melakukan semua itu pada Bibi," ucap Fatimah semakin bersedih. "Astaghfirullah, semoga Khadijah baik-baik saja. Abi berharap tidak akan ada hal buruk yang akan datang pada Khadijah. Semoga Allah selalu melindungi Khadijah," ucap Gus Fatur dengan raut wajah kaget. Kiayi Mustho
Dini terlihat begitu cantik saat mengenakan kebaya berwarna putih. Begitu juga dengan Gus Fiment yang terlihat begitu tampan dengan jas berwarna hitam serta kemeja putih. Tidak lupa, sarung dengan kualitas bahan yang prima di kenakan oleh Gus Fiment. Itu semakin membuat Gus Fiment terlihat begitu tampan. Hal yang tidak pernah di duga oleh banyak orang.Beberapa Santriwati mulai tertarik dengan penampilan dari Gus Fiment yang terlihat mempesona. Mereka tidak jemu melihat bagaimana seorang Gus Fiment yang terlihat begitu tampan dengan gaya maskulin yang terlihat begitu berwibawa. Penampilan ciamik yang di perlihatkan oleh Gus Fiment. Semakin membuat banyak santriwati tertarik akan ketampanan dari Gus Fiment.Seorang penghulu sudah di siapkan untuk mewakili pak Suprapto sebagai wali dari Dini. Penghulu itu terlihat sudah begitu siap untuk mengawal pernikahan dari Gus Fiment dan Dini.Khadijah serta anggota keluarga lainnya juga, sudah tidak sabar untuk segera menyaksikan ijab qobul yang
Datang dengan kiayi Musthofa dan Khadijah. Gus Fiment tampil gagah dengan sebuah baju Koko serta celana panjang hitam. Tidak lupa, peci hitam semakin menambah ketampanan dari Gus Fiment di malam ini. Tidak ada pemberitahuan sebelumnya pada Dini. Gus Fiment datang ke rumah Dini dengan modal nekat saja. Ini kesempatan yang cukup bagus. Mengingat masih ada kembaran dari Dini, yakni Deni. Begitu juga dengan pak Suprapto yang belum pulang ke rumahnya di Jakarta.Tiba di depan rumah Dini, Gus Fiment dengan suara merdunya mulai mengucapkan salam. Ada sedikit rasa gugup yang di rasakan oleh Gus Fiment. Tetapi dia tetap percaya diri untuk bisa mendapatkan cinta Dini. Meminang Dini sebagai istrinya.Dini langsung di buat terkesima dengan penampilan dari Gus Fiment. Dini melihat penampilan dari Gus Fiment begitu mempesona. Apalagi Dini menyukai peci hitam yang di kenakan oleh Gus Fiment. Peci itu begitu ciamik berpadu dengan baju koko yang di kenakan oleh Gus Fiment. Semakin memperlihatkan bagai
Ikhlas, tetapi sakit hati tetap di rasakan oleh seorang Fachri. Di sadar, tidak mungkin dirinya akan memaksa Dini untuk bisa cinta pada dirinya. Tidak mungkin juga bagi seorang Fachri untuk bisa mendapatkan cinta dari Dini. Tentu ada pertimbangan yang harus di lakukan oleh Dini akan Fachri. Itu hal yang tidak mudah. Tetapi Fachri selalu berusaha untuk tetap tegar dengan segala hal yang di rasakan. Menikmati semuanya dengan ikhlas. Sekali pun untuk tetap di posisi ikhlas bukan hal yang mudah. Mengingat banyak hal yang sudah di lakukan dengan Dini. Menghapus sebagian kenangan dengan Dini adalah bagian paling sulit yang tidak bisa dengan mudah di lakukan oleh Fachri.Fachri sudah tiba di Mesir dengan versi dia yang baru. Fachri berharap sudah tidak ada lagi rasa sakit yang di rasakan oleh Fachri seperti apa yang di rasakan oleh dirinya saat berada di Indonesia. Bertemu dengan Dini adalah hal yang paling menyakitkan bagi seorang Fachri. Tidak heran dia begitu merasa terbebani saat kembali
Khadijah terlihat begitu santai dengan sebuah buku di tangan kanannya. Begitu juga dengan kiayi Musthofa, yang terlihat menikmati suasana sore ini dengan sebuah buku tebal. Hobi keduanya yang sama-sama membaca, membuat suasana sore mereka di habiskan untuk membaca buku dari penulis terkenal di dunia. Melihat suasana sore yang hangat. Ini akan menjadi kesempatan yang cukup baik bagi Gus Fiment untuk bisa berdiskusi dengan mereka berdua. Tidak hanya diskusi kecil saja. Melainkan sebuah saran di harapkan oleh Gus Fiment dari keduanya. Permintaan dari Fachri tentu bukan permintaan yang biasa. Di mana Fachri menitipkan seorang Dini pada Gus Fiment. Fachri berharap Gus Fiment bisa menjaga seorang Dini seperti apa yang di minta oleh Fachri. Itu tugas yang tidak mudah. Tetapi Gus Fiment akan tetap berusaha untuk memberikan yang terbaik dari permintaan seorang Fachri.Gus Fiment terlihat malu-malu saat tiba-tiba duduk di samping Khadijah. Pandangan matanya tidak mampu menatap ke arah Gus kia
Pak Suprapto sudah merapikan seluruh pakaiannya ke dalam koper. Ini adalah hari terakhir dia berada di desa. Di mana pak Suprapto siap kembali ke kota untuk menjalani kehidupan sebagai orang kota. Sudah rasanya bagi pak Suprapto untuk berada di desa. Menikmati setiap panorama yang ada di desa. Ini pengalaman yang paling menyenangkan di rasakan oleh pak Suprapto. Sehingga ia merasa ini adalah hal yang cukup menyenangkan untuk di rasa.Dini terlihat bersedih, saat melihat Deni sudah mulai memanaskan mobilnya. Deni siap kembali pulang ke kota, membawa pak Suprapto juga dalam perjalanan ke rumahnya tersebut. Hal yang cukup membuat Dini merasa sedikit kehilangan dengan kepulangan keduanya."Apa kamu tidak mau tinggal seminggu lagi di sini. Aku masih pengen sama Ayah," ucap Dini dengan begitu sedih."Pekerjaan Ayah siapa yang akan urus di sana. Posisi Ayah penting di perusahaan, makanya Ayah harus selalu ada di perusahaan. Tidak boleh hilang dari peredaran," ucap Deni dengan tegasnya."Tapi
Fachri berpelukan pada setiap anggota keluarganya, begitu pesawat yang akan membawa dirinya terbang. Dia meneteskan air mata pada setiap orang yang di peluknya. Memohon doa keselamatan yang akan di jalani oleh Fachri. Tentu ini akan menjadi perjalanan yang cukup panjang di tempuh oleh Fachri. Hal yang tidak biasa akan di lakukan oleh Fachri. Perjalanan yang tidak semestinya mungkin akan di lakukan oleh Fachri secara berjam-jam. Perjalanan jauh itu akan memakan waktu yang cukup panjang. Pelukan Fachri cukup lama di kiayi Musthofa. Beban berat di berikan oleh kiayi Musthofa pada seorang Fachri. Di mana Kiayi Musthofa berharap Fachri akan menjaga nama baik dari keluarga besarnya selama di Mesir nanti. Begitu juga dengan hal lain yang harus bisa di lakukan oleh Fachri. Dia harus bisa melakukan segala hal dengan sebaik mungkin. Sehingga tidak akan ada hal baru yang akan datang pada seorang Fachri. Itu cukup berkesan bagi Fachri, sehingga air matanya tidak berhenti menetes. Fachri terliha
Masih bingung dengan sikap dingin yang di tunjukkan oleh Fachri. Dini tentu tidak ingin tetap dalam rasa penasaran yang begitu besar. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya membuat Fachri terlihat begitu dingin pada dirinya. Ini sama sekali tidak sama seperti biasanya. Itu yang membuat Dini ingin tahu akan hal tersebut. Dini harus bisa menemukan jawaban dari segala persoalan yang sedang ada dalam diri Fachri.Dini mendatangi Fatimah. Orang yang mungkin bisa dia temui untuk mendapatkan segala informasi seputar pondok pesantren. Dini pun mengajak Fatimah untuk bertemu di taman. Di mana Dini sudah tidak sabar untuk tahu penyebab dari perubahan sikap dari seorang Fachri yang begitu drastis. Ini menjadi tanda tanya besar yang datang dari dalam diri seorang Dini. Sehingga ia harus tahu jawaban yang pasti dari seorang Fachri. Sikap Fachri yang tiba-tiba berubah drastis begitu saja. Tentu ada penyebab yang membuat dia menjadi dingin pada seorang Dini.Fatimah datang lebih dulu di taman. Sebelum
Sebelum keberangkatan ke Mesir. Fachri meminta bertemu terlebih dahulu dengan Gus Fatur. Tentu pertemuan dengan Gus Fatur akan menjadi sebuah pertemuan yang cukup di nanti oleh Fachri. Mengingat pertemuan dirinya tersebut akan menjadi pertemuan sekaligus meminta izin pada Gus Fatur. Bagaimana pun juga, Fachri berharap doa dari seorang Gus Fatur dalam perjalanan menuju Mesir. Mendapatkan banyak doa semakin baik di dapat oleh Fachri.Tidak hanya Fachri saja yang datang ke penjara untuk bertemu dengan Gus Fatur. Gus Fiment dan beberapa anggota keluarga lainnya, juga tertarik datang ke penjara untuk menjenguk Gus Fatur. Mereka ingin memberikan sedikit motivasi pada Gus Fatur yang saat ini dalam posisi tertekan.Khadijah yang sedikit kecewa dengan apa yang sudah di lakukan oleh Gus Fatur. Merasa apa yang telah di lakukan oleh Gus Fatur sedikit berlebihan. Mungkin ini akan sedikit lebih baik ketika Khadijah mulai merasa bisa memaafkan Gus Fatur. Sekali pun itu adalah hal yang sangat sulit d
Sempat ragu untuk melanjutkan pendidikan yang tertunda. Fachri akhirnya menerima tawaran dari keluarga besarnya untuk pergi kembali ke Mesir dalam melanjutkan pendidikan S2 yang sempat tertunda. Terlihat bagaimana raut wajah sedih masih menyelimuti seorang Fachri. Bagaimana pun juga, dia masih merasa begitu bersedih dengan kenyataan pahit yang harus di terima oleh dirinya akan perasaan dari Dini. Fachri menghampiri Gus Fiment, dia segera mengatakan pada Gus Fiment untuk tiket ke Mesir yang sudah di janjikan. Tiket yang bisa di pakai oleh Fachri kapan saja. Gus Fiment terhentak dengan permintaan dari Fachri tersebut. Dia penasaran dengan alasan dari Fachri yang akhirnya menerima tawaran dari keluarga besarnya untuk kembali ke Mesir. Mengingat Fachri yang selama ini menolak untuk kembali melanjutkan pendidikan yang sudah di jalaninya tersebut. "Ada angin apa, kenapa kamu menerima tawaran untuk kembali ke Mesir. Kamu tidak bercanda, bukan?" Tanya Gus Fiment dengan raut wajah kurang ya