Fachri terlihat begitu gugup saat berhadapan dengan ayah serta kakeknya. Hari ini adalah keputusan berat yang akan diambil oleh Fachri. Antara melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, atau memilih untuk menjadi pengajar di pondok pesantren. Gus Fiment berharap Fachri akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Dia ingin Fachri yang melanjutkan cita-cita dari Gus Fiment untuk mendapatkan gelar doktor yang sempat tertunda. Tidak berbeda dengan Gus Fiment, hal yang sama dirasakan oleh kiayi Musthofa. Di mana beliau berharap Fachri akan melakukan pendidikannya di Mesir. Sama seperti yang diharapkan oleh Gus Fiment, kiayi Musthofa juga berharap Fachri akan mendapatkan gelar doktor. "Bagaimana Fachri, apa kamu akan melanjutkan pendidikan kamu ke magister. Kakek berharap kamu akan melanjutkan pendidikan S2 kamu," ucap kiayi Musthofa. "Abi juga berharap demikian Fachri. Abi ingin kamu melanjutkan pendidikan magister kamu. Bahkan Abi berharap kamu akan mendap
Fachri terlihat merenung di atas ayunan besi di taman. Sesekali Fachri mengayunkan dengan dorongan yang pelan. Menikmati desir angin yang berhembus seirama dengan arah ayunan yang diayunnya. Fachri masih belum bisa menjelaskan keputusan dari dirinya untuk tidak melanjutkan pendidikan di Mesir. Merengkuh gelar magister yang diharapkan oleh seluruh keluarga besarnya. Dari arah pintu masuk taman, Dini yang penasaran dengan luas taman yang belum sempat dia kunjungi. Terlihat begitu penasaran dengan taman yang mempesona. Dini segera mendatangi taman untuk menikmati setiap hal yang ada di sana. Ia terlihat begitu gembira akan suasana taman yang sejuk dan meneduhkan hati. Dini menghela napas panjang, sebelum menghembuskan. Dini terlihat begitu gembira untuk segera memasuki area taman. Namun baru melangkahkan kaki di area taman. Dini melihat Fachri yang sedang duduk termenung di atas ayunan. Sontak Dini pun langsung penasaran dengan apa yang di lakukan oleh Fachri. Dini yang sedang gembira,
Melihat sajadah Gus Fiment yang sedang di jemur di belakang pesantren. Tiba-tiba Umi Salamah mulai berpikir hal lain. Dia mulai berpikir akan dirinya yang akan bisa menyentuh sajadah besar milik Gus Fiment. Tentu Umi Salamah akan shalat bersama dengan Gus Fiment di sajadah besar tersebut. Sebab hanya Gus Fiment dan calon istrinya saja yang bisa shalat di sajadah itu. Itu yang diimpikan oleh Umi Salamah, bisa berada di atas sajadah itu bersama dengan Gus Fiment. "Mudah-mudahan saja, suatu saat nanti. Aku bisa sujud di atas sajadah itu bersama dengan Gus Fiment. Sepertinya akan jadi sebuah kenyamanan yang akan aku rasakan," ucap Umi Salamah dengan raut wajah tersenyum. Umi Salamah langsung terkejut dengan kedatangan dari Dania. Ia seorang pengajar di pesantren juga, tidak heran kedatangan dari Dani secara tiba-tiba. Membuat Umi Salamah terkejut bukan main. Apalagi Dania menghampiri Umi Salamah, ketika Umi Salamah sedang membayangkan dirinya Yang berada di atas sajadah Gus Fiment. Sont
Niat dari Fitri tentu mengusir Dini dari desa. Fitri merasa sudah begitu geram dengan apa yang di lakukan oleh Dini. Mendekati Fachri adalah tindakan yang melanggar bagi Fitri. Sehingga Fitri siap memberikan sedikit pelajaran penting bagi Dini. Di bantu oleh Indah dan Romi yang merupakan teman main dari Fitri. Dia siap membuat Dini tidak betah untuk tinggal di rumahnya. Mungkin dengan bantuan mahluk halus. Fitri yakin Dini akan takut untuk tinggal sendiri di dalam rumahnya. Sehingga ia akan segera kembali ke kota. Ide dari Fitri di dukung penuh oleh Romi dan Indah. Mereka merasa apa yang di sampaikan oleh Fitri adalah sebuah ide cemerlang. Mungkin saja Dini akan ketakutan, saat dia bertemu dengan sosok hantu di rumah baru. Fitri menyiapkan sebuah kain berwarna putih, serta perlengkapan make up untuk di kenakan oleh Romi. Dia akan menjadi sosok pocong yang seram. Di mana Romi akan menghantui Dini di bagian belakang rumah. Romi siap melakukan apapun, demi membantu Fitri mengusir Dini
Deni menyarankan pada Dini untuk meminta saran lafa tokoh agama di desa perihal hantu yang di temui oleh dirinya tadi malam. Mungkin dengan sedikit saran dari Gus Fiment, Dini bisa akan lebih aman lagi dari gangguan hantu yang bisa tiba-tiba datang ke rumah. Dengan pakaian yang begitu rapi, Dini sudah siap bertemu dengan Gus Fiment. Dia berharap Gus Fiment akan memberikan sedikit saran yang akan membuat kedua hantu yang datang ke rumah Dini kapok. Apalagi Gus Fiment adalah seorang yang bijak dan di tuakan di desa. Tidak heran meminta saran dari Gus Fiment adalah sebuah keharusan bagi Dini saat ini. Tiba di pondok pesantren, Dini langsung mencari keberadaan Gus Fiment. Sempat dihentikan oleh satpam yang berjaga di pondok pesantren. Tetapi dengan bantuan Khadijah, Dini pun bisa leluasa masuk ke dalam pondok pesantren. Keberuntungan bagi Dini, akhir dia bertemu dengan Gus Fiment yang sudah dicarinya. Dini pun segera menghampiri Gus Fiment yang sedang berjalan ke arah musholla. Dini ya
Akbar yang merupakan anak pertama dari Gus Fatur. Tidak mampu menatap wajah kiayi Musthofa, saat dirinya berhadapan langsung di ruang kepala sekolah. Sudah kali ketiga, Akbar harus mendapatkan teguran dari kiayi Musthofa. Perihal kelakuan dari Akbar yang sedikit melenceng dari norma yang ada. "Kamu tahu kesalahan kamu apa Akbar?" tanya kiayi Musthofa. "Iya Akbar tahu. Kesalahan Akbar asyik bermain game online. Sampai Akbar lupa shalat shubuh berjamaah," jawab Akbar dengan raut wajah ketakutan. "Kamu sudah dewasa. Sudah seharusnya kamu merubah sikap kekanak-kanakan kamu itu. Menjadi contoh baik bagi para santri di sini. Bukan justru menjadi contoh buruk bagi yang lainnya. Bermain game sama sekali tidak pernah Kakek larang. Tetapi kamu harus tahu batasan dari kamu juga. Kamu harus bisa lebih tahu waktu lagi," ucap kiayi Musthofa. Akbar tidak bersuara, dia hanya tertunduk sembari diam. Matanya tidak mampu menatap wajah kiayi Musthofa. Dia sebenarnya kesal dengan apa yang di lakukan o
"Assalamualaikum," salam Dini sembari masuk ke dalam rumah bi Sanih. Kedatangan dari Dini, langsung di sambut gembira oleh bi Sanih. Dia segera menawarkan makan siang pada Dini. Sebab bi Sanih baru saja memasak menu makan siang untuk hari ini. Dia pun terlihat sudah tidak sabar untuk menyantap menu makan siang bersama dengan Dini. "Jangan dulu Bi. Sekarang, Bibi antar aku ke mall," ucap Dini menggenggam tangan bi Sanih. "Ke mall? Tidak ada Mall di sini," sahut Fitri sedikit meledek Dini. "As..." Dini lupa ingin menyebut kata Astaghfirullah. "Astaghfirullah. Gitu aja tidak bisa. Cita-cita pengen nikah sama Gus Fiment. Mana mau Gus Fiment nikah sama perempuan yang ilmu agamanya seperti kamu. Dia tidak level," sahut Fitri kembali. "Hussh... Kamu tidak boleh bilang seperti itu. Dini baru belajar, jadi wajar kalau dia masih belum bisa. Jangan seperti itu, Fitri!" tegas bi Sanih. "Aku bicara apa adanya. Perempuan ini cuman modal cantik saja. Sementara ilmu agama dia nol besar. Mana m
Akbar langsung mengacaukan seisi kamar. Dia melempar semua perlengkapan tubuhnya saat masuk ke dalam kamar. Dia juga menarik sarung kasur, sebelum melempar sarung itu menjauh dari kasurnya. Akbar benar-benar kecewa dengan apa yang terjadi dengan dirinya. Kekecewaan yang dirasakan oleh Akbar akan kiayi Musthofa. Mendengar Akbar yang mengumpat di dalam kamar. Ibu dan adik Akbar segera mendatangi kamar Akbar. Mereka ingin tahu, apa yang membuat Akbar begitu marah di hari ini. Hingga banyak kata kotor yang keluar dari dalam mulutnya."Ada apa Akbar?" tanya ibu Akbar dengan wajah panik. "Akbar benci sama Kakek. Dia memarahi Akbar, hanya karena Akbar lupa shalat shubuh. Dia seperti manusia sempurna yang tidak pernah lupa saja. Akbar pokoknya benci Kakek!" ucap Akbar melempar deodoran ke tembok. Melihat Akbar yang begitu marah, ibunya berusaha menenangkan Akbar. Dia memeluk Akbar, meminta Akbar untuk bisa sedikit lebih tenang lagi. Situasi ini sulit untuk Akbar, tetapi ibunya akan berusah
Dini terlihat begitu cantik saat mengenakan kebaya berwarna putih. Begitu juga dengan Gus Fiment yang terlihat begitu tampan dengan jas berwarna hitam serta kemeja putih. Tidak lupa, sarung dengan kualitas bahan yang prima di kenakan oleh Gus Fiment. Itu semakin membuat Gus Fiment terlihat begitu tampan. Hal yang tidak pernah di duga oleh banyak orang.Beberapa Santriwati mulai tertarik dengan penampilan dari Gus Fiment yang terlihat mempesona. Mereka tidak jemu melihat bagaimana seorang Gus Fiment yang terlihat begitu tampan dengan gaya maskulin yang terlihat begitu berwibawa. Penampilan ciamik yang di perlihatkan oleh Gus Fiment. Semakin membuat banyak santriwati tertarik akan ketampanan dari Gus Fiment.Seorang penghulu sudah di siapkan untuk mewakili pak Suprapto sebagai wali dari Dini. Penghulu itu terlihat sudah begitu siap untuk mengawal pernikahan dari Gus Fiment dan Dini.Khadijah serta anggota keluarga lainnya juga, sudah tidak sabar untuk segera menyaksikan ijab qobul yang
Datang dengan kiayi Musthofa dan Khadijah. Gus Fiment tampil gagah dengan sebuah baju Koko serta celana panjang hitam. Tidak lupa, peci hitam semakin menambah ketampanan dari Gus Fiment di malam ini. Tidak ada pemberitahuan sebelumnya pada Dini. Gus Fiment datang ke rumah Dini dengan modal nekat saja. Ini kesempatan yang cukup bagus. Mengingat masih ada kembaran dari Dini, yakni Deni. Begitu juga dengan pak Suprapto yang belum pulang ke rumahnya di Jakarta.Tiba di depan rumah Dini, Gus Fiment dengan suara merdunya mulai mengucapkan salam. Ada sedikit rasa gugup yang di rasakan oleh Gus Fiment. Tetapi dia tetap percaya diri untuk bisa mendapatkan cinta Dini. Meminang Dini sebagai istrinya.Dini langsung di buat terkesima dengan penampilan dari Gus Fiment. Dini melihat penampilan dari Gus Fiment begitu mempesona. Apalagi Dini menyukai peci hitam yang di kenakan oleh Gus Fiment. Peci itu begitu ciamik berpadu dengan baju koko yang di kenakan oleh Gus Fiment. Semakin memperlihatkan bagai
Ikhlas, tetapi sakit hati tetap di rasakan oleh seorang Fachri. Di sadar, tidak mungkin dirinya akan memaksa Dini untuk bisa cinta pada dirinya. Tidak mungkin juga bagi seorang Fachri untuk bisa mendapatkan cinta dari Dini. Tentu ada pertimbangan yang harus di lakukan oleh Dini akan Fachri. Itu hal yang tidak mudah. Tetapi Fachri selalu berusaha untuk tetap tegar dengan segala hal yang di rasakan. Menikmati semuanya dengan ikhlas. Sekali pun untuk tetap di posisi ikhlas bukan hal yang mudah. Mengingat banyak hal yang sudah di lakukan dengan Dini. Menghapus sebagian kenangan dengan Dini adalah bagian paling sulit yang tidak bisa dengan mudah di lakukan oleh Fachri.Fachri sudah tiba di Mesir dengan versi dia yang baru. Fachri berharap sudah tidak ada lagi rasa sakit yang di rasakan oleh Fachri seperti apa yang di rasakan oleh dirinya saat berada di Indonesia. Bertemu dengan Dini adalah hal yang paling menyakitkan bagi seorang Fachri. Tidak heran dia begitu merasa terbebani saat kembali
Khadijah terlihat begitu santai dengan sebuah buku di tangan kanannya. Begitu juga dengan kiayi Musthofa, yang terlihat menikmati suasana sore ini dengan sebuah buku tebal. Hobi keduanya yang sama-sama membaca, membuat suasana sore mereka di habiskan untuk membaca buku dari penulis terkenal di dunia. Melihat suasana sore yang hangat. Ini akan menjadi kesempatan yang cukup baik bagi Gus Fiment untuk bisa berdiskusi dengan mereka berdua. Tidak hanya diskusi kecil saja. Melainkan sebuah saran di harapkan oleh Gus Fiment dari keduanya. Permintaan dari Fachri tentu bukan permintaan yang biasa. Di mana Fachri menitipkan seorang Dini pada Gus Fiment. Fachri berharap Gus Fiment bisa menjaga seorang Dini seperti apa yang di minta oleh Fachri. Itu tugas yang tidak mudah. Tetapi Gus Fiment akan tetap berusaha untuk memberikan yang terbaik dari permintaan seorang Fachri.Gus Fiment terlihat malu-malu saat tiba-tiba duduk di samping Khadijah. Pandangan matanya tidak mampu menatap ke arah Gus kia
Pak Suprapto sudah merapikan seluruh pakaiannya ke dalam koper. Ini adalah hari terakhir dia berada di desa. Di mana pak Suprapto siap kembali ke kota untuk menjalani kehidupan sebagai orang kota. Sudah rasanya bagi pak Suprapto untuk berada di desa. Menikmati setiap panorama yang ada di desa. Ini pengalaman yang paling menyenangkan di rasakan oleh pak Suprapto. Sehingga ia merasa ini adalah hal yang cukup menyenangkan untuk di rasa.Dini terlihat bersedih, saat melihat Deni sudah mulai memanaskan mobilnya. Deni siap kembali pulang ke kota, membawa pak Suprapto juga dalam perjalanan ke rumahnya tersebut. Hal yang cukup membuat Dini merasa sedikit kehilangan dengan kepulangan keduanya."Apa kamu tidak mau tinggal seminggu lagi di sini. Aku masih pengen sama Ayah," ucap Dini dengan begitu sedih."Pekerjaan Ayah siapa yang akan urus di sana. Posisi Ayah penting di perusahaan, makanya Ayah harus selalu ada di perusahaan. Tidak boleh hilang dari peredaran," ucap Deni dengan tegasnya."Tapi
Fachri berpelukan pada setiap anggota keluarganya, begitu pesawat yang akan membawa dirinya terbang. Dia meneteskan air mata pada setiap orang yang di peluknya. Memohon doa keselamatan yang akan di jalani oleh Fachri. Tentu ini akan menjadi perjalanan yang cukup panjang di tempuh oleh Fachri. Hal yang tidak biasa akan di lakukan oleh Fachri. Perjalanan yang tidak semestinya mungkin akan di lakukan oleh Fachri secara berjam-jam. Perjalanan jauh itu akan memakan waktu yang cukup panjang. Pelukan Fachri cukup lama di kiayi Musthofa. Beban berat di berikan oleh kiayi Musthofa pada seorang Fachri. Di mana Kiayi Musthofa berharap Fachri akan menjaga nama baik dari keluarga besarnya selama di Mesir nanti. Begitu juga dengan hal lain yang harus bisa di lakukan oleh Fachri. Dia harus bisa melakukan segala hal dengan sebaik mungkin. Sehingga tidak akan ada hal baru yang akan datang pada seorang Fachri. Itu cukup berkesan bagi Fachri, sehingga air matanya tidak berhenti menetes. Fachri terliha
Masih bingung dengan sikap dingin yang di tunjukkan oleh Fachri. Dini tentu tidak ingin tetap dalam rasa penasaran yang begitu besar. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya membuat Fachri terlihat begitu dingin pada dirinya. Ini sama sekali tidak sama seperti biasanya. Itu yang membuat Dini ingin tahu akan hal tersebut. Dini harus bisa menemukan jawaban dari segala persoalan yang sedang ada dalam diri Fachri.Dini mendatangi Fatimah. Orang yang mungkin bisa dia temui untuk mendapatkan segala informasi seputar pondok pesantren. Dini pun mengajak Fatimah untuk bertemu di taman. Di mana Dini sudah tidak sabar untuk tahu penyebab dari perubahan sikap dari seorang Fachri yang begitu drastis. Ini menjadi tanda tanya besar yang datang dari dalam diri seorang Dini. Sehingga ia harus tahu jawaban yang pasti dari seorang Fachri. Sikap Fachri yang tiba-tiba berubah drastis begitu saja. Tentu ada penyebab yang membuat dia menjadi dingin pada seorang Dini.Fatimah datang lebih dulu di taman. Sebelum
Sebelum keberangkatan ke Mesir. Fachri meminta bertemu terlebih dahulu dengan Gus Fatur. Tentu pertemuan dengan Gus Fatur akan menjadi sebuah pertemuan yang cukup di nanti oleh Fachri. Mengingat pertemuan dirinya tersebut akan menjadi pertemuan sekaligus meminta izin pada Gus Fatur. Bagaimana pun juga, Fachri berharap doa dari seorang Gus Fatur dalam perjalanan menuju Mesir. Mendapatkan banyak doa semakin baik di dapat oleh Fachri.Tidak hanya Fachri saja yang datang ke penjara untuk bertemu dengan Gus Fatur. Gus Fiment dan beberapa anggota keluarga lainnya, juga tertarik datang ke penjara untuk menjenguk Gus Fatur. Mereka ingin memberikan sedikit motivasi pada Gus Fatur yang saat ini dalam posisi tertekan.Khadijah yang sedikit kecewa dengan apa yang sudah di lakukan oleh Gus Fatur. Merasa apa yang telah di lakukan oleh Gus Fatur sedikit berlebihan. Mungkin ini akan sedikit lebih baik ketika Khadijah mulai merasa bisa memaafkan Gus Fatur. Sekali pun itu adalah hal yang sangat sulit d
Sempat ragu untuk melanjutkan pendidikan yang tertunda. Fachri akhirnya menerima tawaran dari keluarga besarnya untuk pergi kembali ke Mesir dalam melanjutkan pendidikan S2 yang sempat tertunda. Terlihat bagaimana raut wajah sedih masih menyelimuti seorang Fachri. Bagaimana pun juga, dia masih merasa begitu bersedih dengan kenyataan pahit yang harus di terima oleh dirinya akan perasaan dari Dini. Fachri menghampiri Gus Fiment, dia segera mengatakan pada Gus Fiment untuk tiket ke Mesir yang sudah di janjikan. Tiket yang bisa di pakai oleh Fachri kapan saja. Gus Fiment terhentak dengan permintaan dari Fachri tersebut. Dia penasaran dengan alasan dari Fachri yang akhirnya menerima tawaran dari keluarga besarnya untuk kembali ke Mesir. Mengingat Fachri yang selama ini menolak untuk kembali melanjutkan pendidikan yang sudah di jalaninya tersebut. "Ada angin apa, kenapa kamu menerima tawaran untuk kembali ke Mesir. Kamu tidak bercanda, bukan?" Tanya Gus Fiment dengan raut wajah kurang ya