Anna memasuki ruang makan, dia menoleh ke sekeliling untuk mencari keberadaan suaminya. Tetapi hanya ada dia dan Hellen di sana, Anna segera duduk di tempatnya kemudian membiarkan Hellen untuk menyiapkan sarapannya. "Apakah tuanmu sudah pergi bekerja?"Hellen tersenyum, "Sudah, Nyonya. Ada pekerjaan yang harus diselesaikannya pagi ini. Jadi Tuan berangkat lebih awal."Anna hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban, dia lalu menyantap sarapannya dengan tenang.Setelah selesai, Anna segera bergegas ke sebuah rumah produksi. Sebuah gedung dengan lima lantai sudah berada di depannya. Anna tersenyum dan seketika dia langsung memegang dada ketika merasakan detakan hebat di jantungnya. Ini adalah pertama kali Anna mendapatkan tawaran bahwa naskahnya akan difilmkan. Biasanya dia selalu menulis untuk dijadikan buku cetak. Anna menarik napas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Setelah hatinya sudah siap, Anna segera melangkah masuk ke dalam perusahaan. Dia menuju meja resepsionis d
Cedric hanya bisa diam ketika Eric mengatakan akan mengakuisisi perusahaannya. Dia tidak bisa membiarkan menantunya itu mengambil alih perusahaan yang sudah susah payah dia bangun. Tetapi di lain sisi, Cedric juga tidak mau istrinya yang licik menipunya. Lama sekali Cedric terdiam, setelah beberapa saat, dia mendongak dan menatap Eric yang menatapnya balik, seketika itu juga dia merasa terintimidasi oleh menantunya sendiri. "Biarkan aku bertemu dengan Anna, tolong bawa dia kemari," Cedric sudah memutuskan, lebih baik perusahaannya jatuh ke tangan putri kandungnya daripada harus menjadi milik Eric dan juga Agatha. Eric tentu saja tahu maksudnya, pria ini, bekerja dengan begitu keras semasa dia muda. Sudah pasti enggan untuk menyerahkan jerih payahnya. Kemudian tanpa berkata-kata lagi, Eric segera pergi dari sana. Langkah kakinya tenang dan tanpa suara, tetapi kakinya yang panjang membuat dia sampai lebih cepat dibandingkan orang biasa. Ketika dia telah sampai di parkiran, Liam deng
Kening Anna berkerut tidak senang, dia baru saja bertemu dengan ibu mertuanya, ternyata dia sama sekali tidak disukai. Sekarang malah berkata bahwa dia harus pergi dari hadapan Eric.Padahal dia menikah karena paksaan, dia menikah karena melunasi hutang ibunya. Sekarang ketika dia sudah mulai terbiasa dengan kehidupannya, ibu Eric datang, secara terang-terangan tidak menyukainya.Anna mencoba untuk tetap tenang, dia tersenyum lalu berkata, "Maaf, saya tidak bisa melakukannya."Jawaban Anna tentu saja membuat wanita itu tidak senang. Seketika wajahnya berubah merah, kedua tangannya terangkat dan saat itu juga sebuah tamparan mendarat di pipi Anna.Anna tidak mampu menghindar, dia juga tidak bersiap dengan segala kemungkinan dia akan terkena pukulan. Tamparan yang sangat kencang hingga membuatnya terhuyung ke belakang, tubuh Anna berakhir di lantai.Anna memegang wajahnya yang memanas, dia bisa merasakan bau amis darah
Kedua matanya terasa memanas, dia bisa merasakan air mata yang mulai menggenang. Seumur hidupnya tidak sekalipun dia merasa dicintai oleh seseorang. Dia menikah karena perjodohan. Jadi wajar saja jika suaminya marah tanpa menanyakan dulu kebenarannya ketika dia bersikap kurang ajar pada ibunya.Dalam hati Anna merasa kecil, mungkin ini adalah karma akibat perbuatan orang tuanya. Dia lahir di luar pernikahan, mungkin saja Tuhan marah dan membuatnya harus membayar dosa-dosa kedua orang tuanya.Namun, dia tidak pernah meminta untuk dilahirkan dari orang tua yang seperti apa. Anna tidak pernah ingin dia dilahirkan dari hasil perzinahan. Dia hadir ke dunia karena kesalahan orang tuanya, tidak adil jika dia juga yang harus menebus semua dosa mereka.Anna menundukkan kepalanya, saat itu air mata jatuh dan mengenai lantai. Dia menggigit bibir menahan suara tangisnya. Hingga tiba-tiba sepasang tangan menyentuh wajahnya, menghapus air mata yang keluar
Pagi hari ketika Anna sudah selesai membersihkan dirinya, tepat pada saat itu pintu kamarnya diketuk. Anna melangkah dengan malas lalu membuka pintu.Dilihatnya Hellen sedang tersenyum lalu berkata, "Selamat pagi, Nyonya. Sarapan sudah siap."Anna menganggukkan kepala, "Aku akan turun sekarang."Setelah mengatakan itu, Anna segera turun mengikuti langkah Hellen yang lebih dulu melangkah meninggalkannya. Sebenarnya Anna agak sedikit bingung, biasanya wanita itu akan memberikan opsi untuk dia sarapan di kamar. Tetapi semenjak Anna mengetahui bahwa anak mafia itu adalah suaminya, dia selalu disuruh untuk sarapan dan makan malam di bawah. Hellen tidak pernah lagi memberikan dia opsi untuk makan di kamar.Pernah Anna membantah, berkata bahwa dia ingin makan di kamar. Tepat pada saat itu Eric langsung datang dan menyuruhnya untuk turun ke bawah. Ketika Anna sudah sampai di ruang makan, nampak Eric sudah menunggunya di sana. Seketika ingatan tentang kejadian kemarin kembali terlintas dalam
Anna terbelalak, seketika lidahnya terasa kelu, dia tidak bisa merespon apapun. Hanya diam saja sambil terus melihat pria itu.Dalam hatinya berharap bahwa pria ini hanya sedang bergurau dengannya. Tetapi semakin intens diperhatikan, Anna hanya bisa melihat keseriusan dari wajahnya.Anna mendengus, dia tidak percaya orang seperti Eric bisa mencintainya. Bahkan sekarang dia tidak percaya segala hal tentang cinta. Bagi Anna, cinta adalah rasa yang hanya membuat rusak sebuah hubungan. Dia lahir dari cinta kedua orang tuanya yang malah membuat hati wanita lain tersakiti. Dan berakibat dia yang harus menerima karma buruk dari perbuatan kedua orang tuanya.Eric melepaskan genggaman tangannya, melihat kedua mata Anna semakin dalam, "Kenapa? Kau tidak percaya?"Anna menghela napas, "Kau pikir ... aku akan dengan mudah percaya dengan semua kata-kata yang kau ucapkan? Sementara kita saja baru menikah beberapa bulan. Entah harus berapa kali aku ingatkan bahwa pernikahan kita bukan karena kita s
Anna menggelengkan kepala, dia hanya bisa mengusap dada ketika akhirnya Laura kembali berpikiran buruk tentangnya. Mengatakan dia berbohong hanya untuk menjaga harga dirinya.Anna menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Beralih pada Carlos yang memandangnya dengan tatapan sama. Dalam hatinya berpikir bahwa pasangan ini begitu serasi. Sama-sama tidak bisa mempercayai perkataan orang yang bahkan sudah mereka kenal sangat lama."Aku tidak berbohong," Nada bicaranya serius, ekspresi wajahnya yang tenang semakin membuat orang percaya dengan perkataannya.Laura dan Carlos juga hampir percaya dengan perkataan Anna. Tetapi dalam hati Laura, dia tidak terima jika Anna bisa lepas dari perasaannya terhadap Carlos. Dalam pikirannya, Anna adalah seorang gadis yang tidak dicintai oleh kedua orang tuanya. Laura tidak akan terima jika gadis itu mendapatkan pria yang lebih kaya darinya. "Anna, kami tidak akan marah jika memang kau tidak suka dengan Brian. Aku juga minta maaf kalau s
Anna melihat kartu undangan yang berada di atas meja. Gadis itu mendengus saat ingatan tentang Carlos yang mengatakan dia sudah putus dengan Laura. Akhirnya mereka kembali bersama dan menyebarkan undangan. Anna memiringkan kepala, kali ini dia benar-benar menyadari bahwa dia sudah tidak lagi memiliki perasaan pada Carlos. Hatinya sudah tidak lagi merasa panas ketika melihat nama dua orang itu berada dalam satu kertas. Tidak lagi merasa risau ketika melihat gambar diri mereka bersama sama undangan pernikahan. Anna menarik napas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Dia tersenyum ketika memikirkan bahwa hatinya telah bebas dari perasaan cinta sepihak. Sekarang dia bisa menjalani kehidupan dengan normal. Tidak ada lagi rasa cemburu ketika melihat pria yang dicintainya bersama dengan wanita lain. Namun, tiba-tiba Anna teringat dengan ucapan Laura yang mengatakan bahwa dia harus datang bersama dengan suami. Dia memang tidak berbohong tetapi apakah Eric mau pergi bersama dengannya
Waktu berlalu sejak hari di mana mereka pergi ke taman yang ada di dekat rumah. Berhari-hari setelahnya, Ethan juga terlihat murung karena tidak bisa bermain dengan teman barunya. Anna berpikir bahwa ini hanya masalah anak kecil, waktu yang akan membuatnya lupa. Sekarang kedua anaknya sudah beranjak dewasa. Ethan sudah berusia 30 tahun sementara Lyra tahun ini baru menginjak usia 28 tahun. Anna menikmati kebersamaannya bersama dengan sang suami. Perusahaan pun sudah perlahan-lahan diserahkan pada Ethan. Kini dia dan Eric hanya tinggal menikmati masa tua bersama. Dilihatnya jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 06.00 sore. Sebentar lagi suami dan juga anak-anaknya akan kembali setelah selesai bekerja. Anna merapikan meja makan dan tepat pada saat itu dugaannya benar. Tak lama datang Eric dengan Lyra yang menggendong tangannya. Namun, tidak ada Ethan yang mengekori mereka. Hal itu membuat Anna bertanya-tanya, "Sayang, dimana kakakmu?" Lyra memeluk sang ibu kemudian berkata, "Kata
Akhirnya Anna harus merelakan pakaian dalam kesayangannya menjadi korban "keganasan" Eric yang sudah tidak bisa menahan gairahnya. Anna hanya bisa pasrah dan menikmati saja setiap perlakuan yang diberikan oleh suaminya. Anna merasa kehidupannya sudah sangat sempurna, suami yang sangat mencintainya dan juga anak-anak yang cantik dan tampan. Sudah lengkap kebahagiaan yang dirasakan olehnya setelah bertahun-tahun hidup dalam kesedihan. Tahun demi tahun dilalui keluarga kecil itu dengan penuh semangat kebahagiaan. Kerikil tetap saja akan hadir tetapi jika Eric terus menggenggam kedua tangannya, maka semua akan menjadi baik-baik saja. Kini Anna dan Eric bersiap-siap untuk mengajak Lyra dan Ethan bermain ke taman. Mereka berdua dengan penuh semangat dan kebahagiaan mempersiapkan segala perlengkapan yang diperlukan untuk hari yang menyenangkan bersama keluarga kecil mereka.Lyra yang ceria dan Ethan yang penuh energi dengan riangnya melompat-lompat karena hendak diajak pergi ke taman. Mer
Eric merasa sangat malu karena sudah tertangkap basah melakukan sesuatu yang tidak senonoh oleh istrinya. Padahal dia berusaha untuk menjaga kerahasiaan dirinya sendiri tetapi tidak disangka malah Anna tiba-tiba datang kembali setelah dia menyuruhnya untuk pergi beristirahat. Saat ini Eric sedang duduk di tepi ranjang dengan kepala tertunduk dan jemari yang saling bertaut. Dia seperti seorang penjahat yang sudah kedapatan tertangkap warga saat sedang melakukan aksinya. "Anna, aku ...." Eric tidak bisa menemukan alasan yang tepat untuk diberikan pada istrinya. Anna menggelengkan kepala, menatap Eric dengan tidak percaya. Dalam hati sedikit merasa bersalah karena dialah yang menjadi penyebab Eric melakukannya. Seandainya saja dia tidak ketakutan, mungkin hal seperti tadi tidak akan pernah terjadi. Anna menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Dia berjalan mendekati suaminya kemudian duduk di sebelahnya. "Sayang, maaf, aku tidak bermaksud—""Maafkan aku." Eric meng
Eric memicingkan kedua matanya, kali ini dia balik menatap Anna dengan kesal. Berani sekali istrinya ini berbohong dengan mengatakan bahwa dia belum selesai. Membuat Eric merasa uring-uringan selama seharian ini. Sementara Anna, dia tahu marabahaya akan segera datang. Dia segera bersiap, mendorong tubuh Eric, hendak bangun dan pergi meninggalkannya. Namun, gerakan Anna tidak kalah cepat dengan gerakan Eric. Prianitu segera menangkap pergelangan tangannya, membuat Anna tidak bisa pergi menjauhinya. "Kamu mau kemana?" Eric berkata dengan tatapan mengintimidasi. Anna yang melihat itu, seketika dia sadar bahwa riwayatnya akan segera tamat. Eric pasti tidak akan membiarkannya. "Eric, aku ...." Anna tidak bisa lagi berkata-kata. Dalam hati dia merasa harus mengubah strateginya. Jika ditolak, tentu Eric akan kecewa. Sementara jika diladenipun, Anna takut sebab dia masih merasa ngilu melakukannya. Anna berdeham, dia melingkarkan kedua tangannya di leher Eric kemudian memberikan kecupan-
"Mana ada! Bahkan aku tidak pernah terpikir untuk melakukan hal seperti itu di belakang!" Eric membela diri.Anna memicingkan kedua matanya, menatap Eric dengan perasaan curiga. Perlahan dia berjalan mendekati suaminya kemudian melirik ke arah layar laptop yang terbuka. Di sana hanya ada lembar kerja lengkap dengan catatan di sana. Anna membuka seluruh isi di dalamnya dan tidak menemukan hal-hal mencurigakan. Anna menolehkan kepala dan tatapannya langsung bertemu dengan Eric. Kedua tangan pria itu bersedekap di depan dada, melihat sang istri yang menatap yang tidak percaya. "Bagaimana? Apakah kamu sudah menemukan hal-hal yang kamu cari?" Eric bertanya dengan penuh keberanian. Sementara Anna, dia hanya diam sembari terus memperhatikan ekspresi wajah suaminya. Tetapi dia hanya mencintai kebenaran di sana. Eric sama sekali tidak berbohong tentang dia yang memiliki pekerjaan. "Kalau gitu, sekarang tidur bersama denganku! Kamu sudah berjanji tidak akan menyentuh pekerjaan selama dua b
Sepanjang hari itu, Eric merasa sangat kesal dengan keadaan. Padahal dia yakin bahwa hari ini istrinya sudah siap. Dia sudah menghitung tanggal dan sekarang adalah hari yang tepat. "Bukankah sudah satu bulan berlalu, tapi kenapa belum juga bisa? Apakah aku salah menghitung?" Eric bermonolog. "Kenapa, Eric?" Edmund bertanya, saat ini dia sedang mengajak Ethan bermain di halaman belakang tetapi tiba-tiba mendengar putranya berbicara. Hanya saja dia tidak terlalu mendengarkan, sehingga tidak tahu kalimat yang diucapkan oleh Eric. Eric menolehkan kepala dan dalam hati merasa malu sebab dia tidak menyadari bahwa telah menyuarakan isi kepalanya. "Tidak ada," Eric menggelengkan kepala. Edmund tidak bertanya lagi, dia memilih untuk kembali fokus pada Ethan hingga tiba-tiba Eric memanggilnya. "Kenapa?" Edmund bertanya. Eric terdiam beberapa saat sebelum akhirnya dia berkata, "Pa, apakah wanita memang membutuhkan waktu yang lama setelah melahirkan?" Mendengar pertanyaan putranya, seketi
"Eric? Kamu kenapa, Nak?" Vania sangat terkejut melihat tampilan putranya yang sudah mirip seperti zombie. Kantung mata hitam sangat terlihat dengan jelas ditambah dengan rambut yang acak-acakan serta kaos putih oblong yang sudah tidak beraturan. Eric seperti pria yang tidak terurus. Vania mengintip dari balik celah tubuh putranya dan saat itulah dia semakin terkejut. Anna dalam posisi duduk dan bersandar di kepala ranjang dengan menggendong Lyra dan juga kedua mata yang terkanduk. "Apa yang terjadi dengan kalian? Kenapa penampilan kalian seberantakan ini?" Hari masih pagi tapi anak dan menantunya sudah tidak bersemangat untuk menjalani hari. "Tadi malam Lyra tidak mau tidur, setiap kami ingin meninggalkannya tidur, dia malah terus menangis sampai membangunkan Ethan. Akhirnya kami ajak mereka berdua untuk tidur bersama di bawah tapi malah berakhir tidak tidur semalaman." Eric berjalan dengan gontai ke arah ranjang kemudian berbaring di samping Ethan yang baru saja terlelap bebera
Anna memejamkan kedua mata setelah hari yang melelahkan untuknya. Dia sudah tidak sanggup lagi untuk berjalan dari arah ruang keluarga ke kamar. Bahkan untuk bernapas saja, rasanya sangat sulit untuk dilakukan. Tepat pada saat itu Eric turun dari lantai dua dan duduk di sebelahnya. Terdengar helaan nafas panjang sebagai tanda bahwa suaminya itu juga merasakan hal yang sama dengannya. Anna dan Eric merasa kelelahan yang mendalam setelah merawat Ethan dan Lyra yang masih bayi. Mereka duduk di sofa dengan ekspresi lelah. Ketika Ethan lahir, meskipun merasa lelah tetapi mereka berdua bisa mengatasinya dengan sangat baik. Keduanya akan secara bergantian menjaga Ethan malam dan juga pagi. Eric akan menjaga Ethan pada malam hari sementara Anna terlelap. Kemudian dari pagi hingga bertemu dengan matahari terbenam, ganti Anna yang menjaga. Selama dua bulan mereka melakukannya hingga akhirnya jam tidur Ethan berangsur normal seperti manusia pada umumnya. Pada malam hari, Ethan sudah tidak l
Anna dan Eric membawa dua anak mereka ke tempat yayasan dimana Cedric tinggal. Sudah bertahun-tahun sejak Gwenevieve diakuisisi oleh Eric, Cedric memilih untuk tinggal di yayasan ini bersama para orang tua lain. Ethan dengan penuh kegembiraan mendekati Lyra yang terbaring tenang dalam gendongan kakeknya, Cedric. Bocah berusia hampir tiga tahun itu sangat menyayangi adiknya, jadi ketika dalam posisi berdekatan seperti ini maka dia akan memajukan wajah dan memberikan kecupan di pipi Lyra. Cedric, dengan senyuman hangat dan penuh kelembutan, menyambut Ethan dan Lyra dengan penuh kasih sayang. Dia merasa begitu bersyukur bisa melihat cucunya yang baru lahir dan cucunya yang sudah tumbuh dengan sehat dan bahagia."Ethan sayang sama adik Lyra?" Cedric bertanya dengan penuh sayang. Ethan langsung mengganggukan kepalanya dengan sangat antusias, "Ethan sayang adik!" Cedric tak kuasa menahan tawanya, melihat tingkah lucu sang cucu, membuat dia sangat gemas. Kehadiran dua cucu membuat hidupn