Anna membelalakkan kedua matanya, saat ini wajahnya begitu dekat dengan wajah Eric. Mereka bahkan sampai bisa merasakan napas satu sama lain. Anna tidak bisa berkutik, dia seperti terhipnotis dengan tatapan sang suami. Tangan Eric terangkat kemudian merapikan helaian rambut yang menutupi wajah istrinya. Menatap kedua mata Anna, lalu bertanya, "Haruskah kita melakukannya sekarang?" Anna sama sekali tidak paham dengan maksud suaminya. Dengan hati penuh keraguan, Anna bertanya, "Melakukan apa?" Sial! Istrinya begitu polos dan itu malah semakin membuatnya suka. Eric ingin sekali melakukannya sekarang juga tetapi dia tidak mau membuat Anna trauma. Kemudian dengan kedua tangannya, Eric langsung memindahkan Anna untuk kembali berbaring di sampingnya. Memeluk gadis itu dengan posisi Anna membelakanginya. Mencium kepala Anna dengan perasaan yang dimabuk cinta. "Tidur saja di sini tidak apa-apa. Aku tidak masalah jika kamu menyentuhku sepuasmu," ucap Eric dengan senyum. Mendengar perkata
"Eric, siapa dia? Kenapa wajahnya sangat mirip denganku?" Anna mengabaikan pertanyaan suaminya. Dia lebih penasaran dengan siapa wanita di dalam foto itu sebenarnya. Sementara Eric, dia mendadak tidak bisa bicara. Dia sangat bingung menjelaskan pada Anna. Dia tidak bisa menceritakan yang sebenarnya. Hubungan yang begitu rumit di antara mereka. "Itu adalah seseorang yang memiliki hubungan darah dengan ibuku. Dan aku juga tidak tahu kenapa dia bisa memiliki wajah yang mirip denganmu."Kening Anna berkerut bingung, dia tidak mempermasalahkan hubungan darah wanita itu dengan Vania, tetapi kenapa bisa Eric tidak tahu alasan di balik wajah mereka yang sama?Namun, Anna tidak berniat untuk bertanya lebih jauh padanya. Dia merasa semakin bertanya maka Eric akan semakin enggan untuk menjawabnya. Anna bertekad untuk mencari tahu sendiri supaya hatinya jadi lebih tenang. "Aku sudah selesai, lebih baik kita sarapan sekarang setelah itu pulang ke rumah. Atau ada sesuatu yang ingin kamu lakukan
Anna akhirnya pergi bersama dengan Eric setelah pria itunterus saja memaksanya untuk ikut bersama. Dia tidak tahu kenapa sang suami bisa bersikeras seperti ini untuk mengajaknya keluar. Padahal dia sendiri sudah mengatakan bahwa dirinya hanya ingin beristirahat. Tetapi Eric sama sekali tidak mau mendengarkannya. "Tenang saja, aku yakin kamu pasti sangat senang ikut bersama denganku hari ini," ucap Eric ketika sang istri hanya diam saja sembari terus menatap ke arah luar jendela mobil. Eric membawa mereka menuju pinggiran ibu kota. Bukan hanya itu saja, dia bahkan sampai membawa Anna ke luar kota. Perjalanan yang panjang, membuat Anna berulang kali menguap. Hingga tanpa sadar dia malah memejamkan kedua mata hingga dirinya pulas. Eric menoleh ke arah sang istri dan saat itu juga dia tersenyum. Anna bagi seorang bayi yang sangat lucu. Membuat dia ingin sekali menciumnya tetapi tidak mungkin juga untuk dilakukan. Mereka sedang berada di jalan, Eric tidak mau membuat masalah. Eric meng
Anna sangat terkejut dengan pengakuan suaminya. Dia sampai tidak bisa berkata-kata untuk membalasnya. Baru kali ini Anna mendapatkan pengakuan cinta, terlebih dengan kondisi yang seperti sekarang. Awal mula mereka menikah, Anna tidak pernah membayangkan kisah pernikahannya akan berakhir bahagia. Dia malah berpikir mungkin saja mereka akan bercerai kurang dari lima tahun ke depan. Sama sekali tidak pernah menyangka bahwa suaminya akan lebih dulu mencintainya. Anna sangat bingung dengan perasaannya sekarang. Dalam hatinya masih muncul ketakutan jika dia akan dikecewakan. Anna sadar jika dia memilih untuk jatuh cinta pada Eric, maka dia harus siap untuk disakiti oleh rasa cintanya. Namun, di sisi lain Anna juga tidak mau Eric pergi dari hidupnya. Sebab dia sudah mulai merasa nyaman dengan keberadaan pria itu di sisinya. Seakan tahu dengan yang dipikirkan oleh istrinya, Eric tersenyum sembari berkata, "Tidak apa-apa jika kamu belum mau membuka hatimu untukku. Aku akan siap menunggumu
Anna langsung membalikkan tubuhnya ketika Eric masuk saat dia sudah siap. Beruntungnya dia sudah membalut tubuhnya dengan handuk kimono sehingga Eric tidak langsung melihat tubuhnya yang berbalut lingerie. Anna tidak berniat untuk mengenakannya tetapi ketika tadi dia mencoba untuk melihat ke sekeliling tidak satupun pakaian yang dapat dipakainya. Benar-benar hanya ada lingerie saja yang disediakan. Awalnya dia memilih hanya mengenakan handuk kimono saja tetapi setelah dipikirkan ulang lebih baik dia memakai dalaman. Anna sama sekali tidak tahu kenapa bisa dua hari ini kejadian yang sama terulang. Hal yang menjadi pembeda adalah di sini tidak ada pakaian sang suami yang bisa dikenakan. "Kenapa lama sekali?" Eric bertanya selidik. Melihat ekspresi wajah Anna seketika membuat dia curiga bahwa ada sesuatu yang disembunyikan darinya. Namun, tentu saja Anna tidak akan bicara dengan mudah. Bagaimana bisa dia memberitahu suaminya bahwa dia hanya mengenakan lingerie di balik handuk kimon
Ekspresi wajah Eric berubah muram, "Kamu tahu bahwa aku sangat tidak bisa tidur di sofa.""Tidak, aku tidak tahu. Selama ini hanya kamu yang mengatakan bahwa kamu tidak bisa tidur di coklat. Tapi aku tidak pernah melihat kamu benar benar tidak bisa tidur di sofa."Eric menghela napas, dia memandang Anna dengan ekspresi wajah sedih, berharap istrinya itu akan percaya dengan dirinya.Namun, Anna sudah tiga kali mengalaminya, dia tidak ingin lagi ada yang keempat kali di pagi hari bersama dengan Eric. "Jika kamu tidak mau, tolong biarkan aku yang tidur di sofa." Anna segera bangun dan mengambil sebuah bantal lalu berjalan melewati Eric setelah itu duduk di sofa. Anna sudah bertekad bahwa malam ini tidak akan ada kejadian serupa seperti sebelumnya. Dia tidak mau lagi bangun dalam keadaan malu sebab salah satu dari mereka yang saling menyentuh. "Anna," panggil Eric, tetapi sama sekali tidak digubris oleh Anna. "Anna," kedua kalinya masih tetap sama, Anna malah memejamkan kedua matanya.
Siang harinya, Anna sudah tidak lagi merasakan sakit di perutnya. Sepertinya obat yang diberikan oleh dokter sangat berguna dan mampu menghentikan rasa sakit yang dirasakannya. Dia melihat sekeliling dan tidak mendapati siapapun di sana. Anna turun dari ranjang, di saat itu dia merasakan sakit di punggung tangannya. Selang infus yang masih tertancap, membuat dia sedikit nyeri di sana. Anna memegang tiang infus kemudian berjalan dengan perlahan keluar kamar. Tidak ada siapapun di sana hingga membuat Anna memilih untuk turun ke lantai satu dan mencari keberadaan suaminya. Ketika dia baru menuruni setengah anak tangga, tiba-tiba telinganya mendengar percakapan beberapa orang yang berarti tidak jauh dari sana. Suara yang sangat familiar di telinganya adalah suara suaminya. Namun, yang membuat Anna tidak bisa melanjutkan langkahnya adalah ketika dia mendengar suara sang suami yang membentak seseorang dengan kasar. "Apakah kamu sadar dengan yang kamu lakukan itu? Kamu bisa saja membunu
Eric membuka kedua matanya dengan lebar, dia seperti tidak percaya dengan pendengarnya, "Katakan sekali lagi." Anna tersenyum malu, dia mana mungkin mengulanginya. Dia saja sudah berusaha untuk bersikap jujur walaupun sulit sebab rasa malu yang begitu besar. "Tidak mau! Aku tidak akan mengulanginya lagi," ucap Anna, dia segera memalingkan wajah menatap ke arah yang lain. Anna merasa, jika dianterus melihat Eric, maka dia tidak akan bisa menahan dirinya. "Katakan sekali lagi, aku ingin mendengarnya darimu," ucap Eric mendesaknya. Tetapi Anna menggelengkan kepalanya, dia benar-benar sangat malu sekarang. Bahkan Anna sampai menutup wajah dengan kedua tangan hanya untuk menghindari tatapan dari suaminya. "Tolong, jangan desak aku lagi. Aku sangat malu sekarang," ucap Anna dari balik wajahnya yang ditutup oleh kedua tangan. Eric terkekeh mendengarnya, dengan segera dia menarik tangan Anna dan memeluknya dengan erat. Tidak ada satupun kata-kata yang bisa menggambarkan betapa baha