Alana berdiri memandang keluar jendela. Sudah hampir 20 menit dia berada di posisi itu sejak melihat mobil milik Alesio yang terparkir di halaman depan.Pintu kamar perlahan terbuka, Alana menoleh, dan matanya bertemu dengan mata tajam Alesio. Pria itu masuk dengan langkah tegas."Menungguku, Senorita" ucap Alesio“Sedikit” Jawab Alana dengan jujur“Kau memberikan sambutan yang buruk pada calon suamimu, Alana” Alesio kemudian duduk di pinggir ranjang Alana dengan angkuhnya.Alana mengangguk, mencoba menyembunyikan rasa ketidaknyamanannya. “Aku hanya butuh waktu untuk meresapi semuanya”“Padahal kau yang menawarkan kontrak itu padaku” Celetuk AlesioAlesio memandang Alana dengan tajam. "Kita berdua tahu bahwa ini hanyalah perjanjian bisnis, tetapi itu tidak berarti kita tidak bisa membuatnya terlihat nyata."“Aku tau” Jawab AlanaAlesio tersenyum licik. "Bagaiman
“Ada barang penting yang ingin kau bawa?” ucap AlesioAlana yang masih melamun langsung tersadar dan meresapi kata-kata itu. Dia mencoba mengumpulkan pikirannya yang terbang entah ke mana. “Mau kemana?” tanya Alana dengan tatapan waspada.Alesio melangkah mendekati Alana, menggenggam tangannya dengan mengecupnya dengan lembut hingga Alana tersentak. “California” jawab Alesio.Alana terdiam sejenak, mata mereka saling bertemu, dan dia bisa merasakan getaran emosi yang terjadi di antara mereka berdua.“Ngapain?” tanyanya, kekhawatiran dan ketidakpastian masih bersarang di benak Alana.“Kelurgaku ingin bertemu.”Alana membelalak. “Apa kita juga harus berpura-pura di depan keluargamu?”“Menurutmu?” tanyanya datar.“Apa itu perlu?” Melihat ekspresi datar Alesio membuat Alana melanjutkan ucapannya, “Em.. maksudku.. ini kan pernikahan
Mansion utama Kingston, California, USA.Alana memandang takjub desain bangunan di hadapannya itu. lampu-lampu menghiasi bangunan itu dengan indahnya. Alesio menatap Alana sambil tersenyum tipis, membiarkan Alana untuk menikmati rasa takjubnya itu“Hey.” Sampai akhirnya Alesio mengintrupsinya, membuat Alana tersentak “Kau menyukainya?” Tanya AlesioAlana mengangguk ringan “Ini indah, siapa yang mendesainnya?”“Tidak tahu, sejak aku lahir memang sudah begitu. Aku punya banyak dan lebih indah dari ini, kau ingin melihat milikku?” Ucap Alesio menyombongkan kepemilikan“Milikmu atau orang tuamu?” Tukas Alana dengan alis terangkat, menantang pria itu.“Kau ingin melihat nama pemiliknya? Aku tidak keberatan meminta Markus menyiapkannya”Alana mendengus “Ya.. yaa.. tuan muda keluarga Kingston sungguh hebat sekali”Alesio hanya tertawa, menikmati ketegangan ringan di udara antara mereka. Dia merasa tertarik dengan keberanian dan kecerdasan Alana yang membuatnya berbeda dari gadis-gadis yang p
“Kau salah sangka Alana. Dia hanya dijadikan gandengan putraku saja, lagipula kau gadis pertama yang diperkenalkan secara langsung padaku” Perkataan Shia membuat Alana tercengang.Jadi bagaimana dengan rumor yang beredar diluar sana???Pikiran Alana seolah kosong. Kenapa ada banyak sisi dari Alesio yang berbeda dengan rumornya. Tapi Alana yakin jika pendengarannya saat malam itu tidak salah. Ada desahan wanita ditelpon milik Alesio dan semua media jelas-jelas memberitakan teman kencan Alesio yang berbeda setiap harinya.Obrolan mereka terintrupsi oleh pelayan yang membawakan minuman dan menyerahkannya pada mereka. Rasa manis dan segar membasahi kerongkongan Alana."Alana..." panggil Shia dengan nada yang begitu serius, mata biru itu menatap Alana lurus, seolah menyelami isi pikiran Alana. Mata biru yang sama dengan milik Alesio, namun lebih cerah dan hidup."Apa kau mencintai putraku?" tanya Shia, suaranya lembut namun penuh dengan arti yang mendalam.Seperti terkena tamparan keras, A
Alana terbangun saat seseorang membuka tirai jendela membuat cahaya pagi yang lembut langsung menyapu ke dalam kamar, mengusik tidurnya yang nyenyak. "Selamat pagi, Nyonya Muda" sapa seorang pelayan yang tampak sudah berumur dengan senyuman ramah. Alana mengerutkan keningnya, merasa sedikit bingung. Dia mencoba menyusun pikirannya, mencari tahu di mana sebenarnya dia berada. Melihat sekeliling kamar yang mewah dan elegan, kesadaran perlahan menyapu ingatannya. Seingat Alana dia kemarin sedang berbincang dengan Alesio dan Dante ditaman lalu “Ah aku ketiduran” Gumam Alana sambil mengusap wajahnya. "Selamat pagi. Maaf aku kesiangan” Ucap Alana, menyadari bahwa dia harus mengumpulkan informasi untuk mengisi celah dalam ingatannya. Pelayan itu tersenyum "Tuan Alesio meminta saya membantu Anda menyiapkan segala sesuatu untuk hari ini, Nyonya Muda" Ucap pelayan dengan hormat. Alana mengangguk sebagai jawaban. "Siapa nama bibi?" tanya Alana, mencoba mengenali pelayan tersebut. "Jangan me
Mobil Alesio berhenti di depan Kingston Group, perusahaan maskapai penerbangan terbesar di benua Eropa. Alana melihat keluar jendela, memperhatikan gedung megah dan aktivitas karyawan yang sibuk. Hatinya berdebar-debar, menyadari bahwa mereka akan menjadi pusat perhatian di kantor ini. ‘Ah jiwa Introvet ku meronta-ronta’ Batin Alana sambil menghela napas gusar. Kalau begini Alana yakin saat perceraiannya satu tahun lagi maka para wartawan pasti akan mengejar dirinya. Mencari berita utama tentang kehidupan pribadi seorang Kingston. Alesio keluar dari mobil dan dengan sopan membantu Alana keluar, membawa Alana berjalan menuju pintu masuk dengan langkah mantap. “Selamat pagi Mr Kingston” Sapaan serempak para pegawai terdengar namun setelahnya suasana di koridor seolah berubah. Para pegawai yang biasanya langsung sibuk dengan tugasnya setelah menyapa masih memandang Alesio dan Alana dengan keheranan. Alana merasa seperti menjadi bintang tamu di pertunjukan besar. Beberapa bisikan dan
Alana memainkan handphonenya dengan bosan, beberapa foto dirinya menghiasi headline berita online. Berbagai artikel dan komentar netizen memenuhi layar ponselnya, membicarakan hubungannya dengan Alesio.Alana merasa sedikit terganggu oleh sorotan media dan perhatian publik yang tiba-tiba padanya. Terlebih beberapa komentar miring para netizen diakun insta miliknya."Alesio" Panggil Fiona dengan suara tertahan, Alana mentap kearah pintu, Fiona memanggil Alesio dengan menujulurkan kepalanya.‘Dia terlihat polos dengan payudara yang besar dan menonjol’ Diam-diam otak Alana menilai penampilan Fiona, wanita itu seperti sengaja berpose demikian untu menggoda Alesio.“Kenapa Fiona?” Tanya Alesio“Kau ditunggu di ruang rapat untuk pertemuan bersama tim pengembangan proyek." Ucap FionaAlesio hanya mengangguk sebagai tanggapan, lalu berjalan pada Alana, merangkul pinggangnya dengan ringan “Ayo sayang” Ajak Al
"Bagaimana menurutmu rencana pengembangan bisnis di Asia, Alana?" tanya Alesio, sambil menyelipkan sentuhan ringan di punggung tangan Alana.Alana yang semula melamun memikirkan hubungan antara Fiona dan Alesio langsung terkesiap saat pertanyaan diajukan. Semua mata kini tertuju padanya, dan Alana berusaha untuk tetap fokus, menatap Alesio dengan tatapan tajam.Pria itu tersenyum tipis “Bagaimana menurutmu, calon istriku?” tanyanya, menyelipkan kerlingan nakal di matanyaAlana merasa perasaan canggung, tetapi dia menyadari bahwa ini mungkin bagian dari usaha Alesio untuk menguji atau mengerjainya. Tanpa membiarkan rasa tidak nyaman mempengaruhi jawabannya, Alana menjawab"Rencana pengembangan bisnis di Asia terlihat sangat menjanjikan tapi ada beberapa peluang besar di pasar regional yang dapat dimanfaatkan. Namun, sepertinya kalian harus memastikan bahwa strategi pemasaran dan distribusi itu benar-benar terukur selain itu pertimbangkan juga b
Alesio melingkarkan tangannya di pinggang ramping Alana dan mengelusnya pelan, bibir pria itu menicum leher putih Alana yang terekspos.Alana tersentak, dia melirik Alesio yang masih setia menciumi lehernya.“Kamu ini sedang apa sih?” tanyanya“kau wangi” Ucap Alesio. Pria itu menggigit leher Alana membuat gadis itu kaget.“Bisa kamu hentikan, aku sedang memasak”Alesio tidak menggubris ucapan Alana, pria itu masih menciumi lehernya, menikmati aroma yang mampu membuat Alesio kecanduan.Alana merasa semakin tidak nyaman dengan situasi ini, merasakan ketidaknyamanan dan kebingungan mencampuradukkan perasaannya.“Tolong, Alesio” desisnya lagi, mencoba untuk meminta dengan lebih tegas agar Alesio menghentikan tindakannya. Tetapi dia juga merasa sulit untuk menolaknya sepenuhnya, terpesona oleh keintiman yang mereka bagikan.“Ini hukuman mu karena memasak di rumahku” Ucapny
“KAKEKKKK!” Alana berteriak keras begitu melihat Kakek Igrit sedang berdiri memandangi pohon mahoni di samping rumah.Kakek Igrit memalingkan pandangannya dari pohon yang dia amati dengan penuh konsentrasi. Senyum hangat terukir di wajahnya ketika melihat Alana mendekatinya dengan cepat.“Di mana Alesio, Nak?” tanyanya dengan suara lembut, matanya memancarkan kekhawatiran.Alana menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya sendiri sebelum menjawab. “Dia sedang ada urusan, Kakek” ucapnya tanpa raguKakek Igrit mengangguk mengerti, tetapi matanya tetap penuh dengan rasa ingin tahu. “Baiklah, Nak” katanya dengan lembut, sebelum melangkah menuju pintu masuk rumah dengan langkah perlahan. Alana mengikuti di belakangnya, merasa lega bahwa dia memiliki seseorang yang selalu memahami dan peduli padanya.“Bagaimana kondisi perusahaan?” tanya kakek Igrit, berubah dari kekhawatiran pribadi
Alesio meloncat keluar dari mobil mewah dengan wajah yang penuh kemarahan. "Keluar!" teriaknya, suaranya gemetar oleh kemarahan.Diana keluar dari rumah dengan wajah sumringah, dia senang Alesio menemuinya “Al, aku merindu- Akh” Diana memekikAlesio menarik tangan Diana dan mencekik leher wanita itu, bahkan dengan mudahnya sedikit mengangkat tubuh Diana hingga tak menampak pada tanah“Alesio” Clark berteriak.Alesio cukup kaget melihat Clark yang keluar dari rumah Diana. Dia mendekat pada Alesio, meraih tangan Alesio yang bahkan kaku untuk ditarikAlesio tenggelam dalam lautan pikirannya yang gelap, tak terganggu oleh kehadiran Clark yang mencoba memanggilnya. Satu-satunya fokusnya adalah memadamkan nyala kebencian yang berkobar di dalam dirinya, kebencian yang diarahkan kepada Diana, sosok yang dianggapnya sebagai biang keladi dari kepergian Alana."ALESIO!" Clark berteriak, mencoba memperoleh perhatian pria it
“Aku hamil anak Alesio”Alana mengulas senyum tipis sambil menatap wanita cantik berambut blonde didepannya“Benarkah? Kau yakin itu miliknya?” Tanya Alana, dia meletakkan tangannya dan menopang dagu, menatap Diana dengan senyum tipis"Ya, aku yakin, memangnya siapa lagi pria yang menyentuhku selain Al" Diana menjawab dengan percaya diri, sambil menggerakkan rambutnya yang tergerai lembut ke belakang telingaAlana menganggukan kepalanya“Selamat” Ucap Alana yang membuat Diana terpaku, dia tidak menyangka dengan respon yang diberikan Alana“Kau tidak marah?” Tanya Diana. Seharusnya Alana marah padanya lalu dia akan menjatuhkan diri hingga menyebabkan keguguran untuk meraih simpati publik namun Alana justru hanya menggelengkan kepala ringan“Untuk apa aku marah? Buang-buang tenaga” Ucap Alana, tangannya meraih gelas dan menyesap kopi didalamnya“Ke-kenapa?” tanya Diana meminta penjelasan lebih lanjut“Aku sudah memutuskan untuk fokus pada masa depan, bukan untuk menghabiskan energi untu
Candu.Setidaknya itulah yang Alesio rasakan ketika bercinta dengan Alana. Alesio tidak peduli dengan tanggapan jika dia dikatakan hypersex, tapi saat ini Alesio memang ingin terus melakukannya dengan Alana.. lagi dan lagi.Mereka seperti magnet yang saling tarik-menarik, tak bisa lepas satu sama lain. Setiap sentuhan, setiap ciuman, dan setiap gerakan terasa seperti keajaiban yang mereka ciptakan bersama. Mereka saling memenuhi kebutuhan satu sama lain, menggali keintiman yang mendalam di antara mereka.“You’re so beautiful, Amour” bisiknya parau di telinga Alana. Bibirnya menyisir lembut leher Alana serta memberikan kiss mark sebagai tanda kepemilikannya.Tangan Alesio kemudian bergerak turun ke payudara dan perut Alana, lalu beralih pada pangkal paha Alana yang memang tidak menggunakan apapun. Kondisi keduanya sama-sama telanjang, hanya selimut tebal yang menutupi tubuh keduanya.Alana merespon dengan desahan kecil yang terputu
“Aku tidak tertarik pada mereka, Ale. Aku bukan dirimu yang suka berganti-ganti pasang di tiap club malam”Alesio membatu, seharusnya yang dia khawatirkan bukan Alana tertarik pada Grey namun apa yang akan Ezel ucapkan pada Alana.“Berniat menjelaskan… Alesio Kingston” Ucap Alana dengan senyum lebar sambil mengarahkan pistolnya pada dada AlesioAlesio menahan pistol itu dengan jari telunjuknya “Sepat sekali senjata ini terarah padaku” Kekeh AlesioAlana tetap tenang, senyumnya tidak luntur sedikit pun. "Kau tahu, Ale, kadang-kadang aku merasa ragu dengan dirimu” Ucap Alana membuat pandangan Alesio menajam“Jangan Denial Alana” Desisnya. Matanya menatap tajam Alana yang kini memegang senjata di depannya. "Aku tahu aku punya kesalahan, tapi ini tidak benar-benar relevan sekarang. Kau sendiri juga sudah tahu bagaimana aku di masa lalu."Alana hanya tertawa, senyumnya terlihat mengejek
Suara tembakan terus menggema dalam ruang tembak. Begitu peluru habis Alana langsung mengisi ulang magazen pistolnya dengan cekatan, gerakan-gerakan yang semakin mantap dan terampil. Dia menjadi semakin percaya diri dengan setiap tembakan yang dia lakukan, dan itu memacu adrenalinnya.Setiap kali dia menarik pelatuk, dia merasakan getaran yang menyebar ke tangannya, tetapi sensasi itu tidak lagi membuatnya takut. Sebaliknya, itu membuatnya merasa hidup, seperti menguasai kekuatan yang sebelumnya tidak pernah dia sadari.Alana terus berlatih dengan tekun, menyesuaikan posisi dan sikapnya dengan saran-saran dari Alesio. Dia seperti tenggelam dalam latihan, seolah-olah dunia di sekitarnya lenyap dan satu-satunya yang ada hanyalah dia dan senjatanya.“Hei”Dor.Alana melotot, dia nyaris menembak seorang pria tampan yang tadi menyentuh pundaknya “Maaf, maafkan aku, aku tidak sengaja”Alana menahan napasnya, jantungnya berd
Suara tembakan nyaring menggema di koridor-koridor yang gelap, menambah ketegangan di udara. Ketika mereka melangkah lebih jauh, Alana merasa seolah-olah dia masuk ke dalam dunia gelap yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya.Dia mencoba untuk tetap tenang, berusaha mempertahankan keberaniannya meskipun hatinya berdegup kencang.“Gugup?” tanya Alesio membuat Alana mengangguk kaku.Bagaimana Alana tidak gugup jika tanpa persiapan apa pun, Alesio membawanya ke tempat yang disebutnya sebagai markas Siegel.“Tenang saja, mereka tidak berbahaya” kata Alesio, mencoba menenangkan Alana.Alana berdecak dalam hati. Bagaimana dia bisa merasa tenang jika sekitarnya dipenuhi oleh para penjaga berseragam yang terlihat menakutkan? Beberapa dari mereka memiliki tato dan bekas luka di wajah, dan tubuh besar yang berotot membuat mereka terlihat sangat intimidatif. Alana mencoba untuk menyembunyikan rasa ketidaknyamanannya, tetapi mata Alesi
Alana menggeliat saat merasakan geli diwajahnya akibat sebuah tangan yang terus bermain pada pipinya. Alana perlahan membuka mata dan mendapati mata biru menatapnya lembut disertai senyuman“Selamat pagi, Amour” Sapa Alesio sambil memberikan kecupan ringan pada bibir Alana“Hmm” Alana bergumam, tubuhnya terlalu lelah akibat dirinya yang terus bergumul dalam malam panas dengan pria yang staminanya tak pernah habis itu.“Ayo mandi lalu makan, aku sudah membuatkanmu makanan” desak Alesio dengan lembut“Bawakan ke sini” Ucap Alana dengan suara khas orang yang baru bangun tidur.“Mandi dulu” Ajak Alesio“Tidak mau. Bawakan saja makanannya”“Oke, tunggu sebentar” jawab Alesio patuh sebelum meninggalkan kamar ituSetelah Alesio pergi, Alana membuka mata, merenggangkan tubuhnya dari tempat tidur. Dia beranjak menuju kamar mandi, tak lupa mengunci pintu