Share

Chapter 73

Penulis: Iamyourhappy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Bibi sehat. Sebelum ke kamar, tuan muda makan dulu saja. Pasti tuan muda lapar perjalan ke sini.”

“Baiklah.” Saka melangkah mengikuti Bibi yang berjalan lebih dulu.

Rumah orang tuanya ini sangatlah luas. Sekeliling rumah adalah pepohonan. Ada penjagaan yang begitu ketat, tidak akan ada yang bisa bebas masuk Mansion.

“Apa Kak Xavier dan Steven pernah ke sini?” tanya Saka yang sudah duduk.

Sedangkan Maid menyiapkan makanan di atas meja. Ada berbagai menu yang di masak. Entahlah—tapi memang seperti cara makan keluarganya. Ada banyak menu yang dihidangkan hanya untuk sekali makan.

“Jarang sekali. Mereka ke sini saat Tuan dan Nyonya yang minta. Jika tidak—mereka tidak akan pernah ke sini.”

Maid itu berhenti. “Tuan dan Nyonya terlihat sangat kesepian. Tuan Xavier dan Steven jarang sekali ke sini. Padahal Nyonya dan Tuan sangat senang saat mereka ke sini. Apalagi bisa bertemu dengan cucu mereka.”

Saka mengangguk pelan. Sedari dulu beginilah keadaannya. Ia merogoh ponselnya. Sebuah pe
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 74

    “Tuan Saka mencarimu. Dia bisa sangat marah jika tahu kau di rumah sakit. Kau pasti dipukul Aruna.” Ronald berkacak pinggang. Menatap tubuh Karina dengan teliti. “Dia kuat juga. Dia mematahkan kakimu, menamparmu.. apalagi? Mungkin ada yang tidak terlihat.” Karina menggeleng. “Tidak sampai patah. Aku baik-baik saja.” “Matamu baik-baik saja!” kesal Ronald. Jelas sekali jika dia melihat sendiri parahnya keadaan Karina. “Aku mohon jangan katakan pada Saka. Aku tidak ingin dia marah.” “Tuan Saka saat ini berada di Amerika. Dia menyuruhku mencarimu, Untuk memastikanmu baik-baik saja. Meskipun kau melarangku. Aku akan memberitahukan pada Tuan Saka jika kau berada di rumah sakit karena terluka.” Karina semakin menggeleng keras. “Jangan!” “Awh.” Karina meringis pelan karena bibirnya yang sobek terasa nyeri. “Jangan pokoknya! Aku tidak ingin membuat mereka bertengkar. Jangan mengatakan jika aku terluka karena Aruna.” Ronald mengambil duduk bangku samping Karina. “Aku lelah, Karina. Jangan

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 75

    Tak beberapa lama Ronald kembali. Pria itu tidak kembali dengan tangan kosong. Ada sebuah paper bag yang dibawanya. “Aku menemukan ponselmu rusak di sekitar kafe. Aku baru saja membeli ponsel ini untuk kau gunakan. Harganya memang tidak semahal milikmu, tapi setidaknya bisa kau gunakan untuk sementara.” Ronald membuka sebuah ponsel baru. “Aku sudah memindahkan kartunya. Kau bisa langsung menggunakannya.” “Terima kasih Ronald. Aku akan mengganti uangmu.” “Harus Karina!” Karina menyipitkan mata. “Bercanda!” Ronald menunjukkan dua jari peacenya. Karina membuka sebuah pesan yang baru saja dikirim. “Aku mengawasimu. Jika kau tidak meninggalkan Saka, aku bisa melakukan hal yang lebih para dari ini. Welcome to the hell. Aku tidak akan segan membuatmu hidup di Neraka.” “Siapa yang mengirimmu pesan?” Ronald menadadak ingin tahu. Apalagi melihat pesan yang lumayan panjang. “Tidak.” Karina segera menutup ponselnya. “Hanya dari operator. Jika tidak ada hal lain lagi, kau bisa pergi Ronald

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 76

    Karina mendongak sebentar. Menatap Saka yang memejamkan mata akibat remasan tangannya. Karina menurunkan satu kain yang menghalangi. Kemudian melakukan tugasnya. Ia tidak canggung lagi, meskipun ada perasaan sedikit malu. Tapi Karina sungguh handal. Ia semakin bersemangat saat melihat Saka. “Masukkan mulutmu.” Saka menggenggam rambut Karina dari belakang. Karina bergerak atas kendalinya. “Bagus Karina… teruskaan yaaa.. seperti itu..” Hingga puncak itu segera datang. Saka menarik pinggang Karina, membalikkannya. Langsung menyentak miliknya ke dalam milik Karina. Bergerak dengan cepat tanpa ampun. Tubuh Karina terguncang. Karina tidak bisa menahan des@hannya. “Aaa…. Aaa…” Karina berpegang pada kepala ranjang. Sedangkan Saka terus menghujamnya dari belakang. “Saka akuuu…” Karina memejamkan mata. Hujaman Saka kian kencang. Beberapa kali Saka menampar pantatnya hingga memerah. “Sebentar lagi, Babe…” Saka mencengkram pinggang Karina. Salah satu tangannya menampar lagi pantat Karina. H

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 77

    Karina berjalan di sebuah lorong gelap. Di sisi kiri dan kanannya adalah sebuah sel. Jumlahnya tidak terhitung. Dari tempatnya berdiri sampai ujung yang tidak diketahui panjangnya. Karina menoleh ke samping. Mengamati apa yang terjadi di dalam sel tersebut. Beberapa pria yang berpakaian orange tengah makan. Mereka menyeramkan dengan tato disekujur tubuh. “Aku di mana?” Karina menggigil. Ia terus berjalan. Sampai pada sebuah sel bernomor 0310. Karina mengamati seorang pria yang tengah menggenggam sebuah tali. “Papa,” lirihnya. “PAPA!” Karina berlari. Papa memasang tali itu di langit-langit. “PAPA JANGAN PA. PAPA KARINA ADA DI SINI!” Karina terus berteriak. Papa sama sekali tidak mendengarkan perkataannya. Papa mengambil kursi. Papa menaiki kursi tersebut. “PAPA!” Akhirnya Papa menatapnya juga. Karina mundur—wajah Papa berubah menyeramkan. Kedua bola mata berwarna merah menyala. “Selamat tinggal anakku.” Setelah memasukkan kepala ke dalam tali. Papa menedang kursi yang menopang t

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 78

    “Tidak.” Saka menarik Karina ke dalam pelukannya. “Aku tidak akan meninggalkanmu, Karina. Aku mencintaimu. Aku terlambat mengatakannya, tapi sedari dulu aku selalu mencintaimu.” ~~ Karina egois. Layaknya selingkuhan yang ingin menjadi istri sah. Karina mendadak menginginkan Saka menjadi miliknya. Pagi ini—ia terbangun lebih dahulu. Membersihkan diri dan berpakaian terbaik. Perkataan Saka tadi malam menjadi sebuah sedikit harapan untuk hidupnya. “Aku yakin Saka akan menepati ucapannya.” Karina menggoreng nasi. Ia juga sudah menyiapkan secangkir kopi. “Kau membuat apa?” Saka memeluk Karina dari belakang. Karina tersenyum. Ia membalikkan bada dan langsung merangkul leher Saka tanpa diminta. “Aku membuat sarapan untuk kita.” Saka mengusap helaian rambut Karina. “Kau terlihat lebih ceria. Apa yang membuatmu begitu bahagia?” “Pernyataan kamu tadi malam.” Karina bisa tersenyum sepanjang hari. “Aku sangat senang.” Saka mengusap pinggang Karina. “Bersabarlah agar kita bisa terus bersam

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 79

    “Tidak masalah. Aku sudah biasa.” Karina hendak bergerak—namun dicegah oleh Saka lagi. “Biar aku saja.” Akhirnya Saka bertindak. Ia menggulung kemejanya sampai sebatas siku. Kemudian dengan sedikit ragu mencabut rumput-rumput liar itu. Ia menatap jijik pada tangannya yang ikut kotor. “Apa kamu baik-baik saja?” Saka menoleh. “Hm, ya. Tidak masalah.” Saka kembali mencabuti rumput hingga bersih sementara Karina yang berbicara dengan Ayahnya. “Pa, Karina datang bersama Saka. Dulu Papa bilang pengen ketemu sama Saka.” Saka menepuk tangannya agar tanah yang menempel di tangannya turun. “Benarkah?” ia mengernyit. Setaunya, orang tua Karina tidak menyukainya. Karina mengangguk. “Dulu Papa jarang di rumah. Tapi Papa tahu kok kamu pacarku. Mama yang bilang. Mama emang gak suka sama kamu. Tapi Papa suka sama kamu, karena kamu pintar. Papa pengen ketemu langsung sama kamu, tapi emang gak sempet.” Saka tersenyum. Ia kira dulu kedua orang tua Karina tidak menyukainya. Dulu Saka tidak bisa me

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 80

    “Aku pergi.” Karina membuka pintu mobil dan keluar. Saka melanjutkan perjalanannya. Tidak membutuhkan waktu lama. Akhirnya sampai juga di kantor. Ia melangkah pelan memasuki perusahaan. Ada beberapa pegawai yang menyapanya. Saka tersenyum terkadang juga membalasnya. Seperti saat ini. “Selamat siang, Pak.” Saka tersenyum. “Selamat siang juga.” Para pegawai wanita itu takjub karena baru pertama kali bosnya membalas sapaannya. Saka juga tersenyum! kekaguman itu terus berlanjut. Saka tersenyum ramah dengan pegawai yang melewatinya. “Selamat siang pak.” “Selamat istirahat siang kalian,” balas Saka sebelum memasuki lift. “Waah, Pak Saka membalasku.” Wanita itu menggeleng takjub. “Hatiku berdebar hanya mendengar suara Pak Saka.” “Yaampun, pria misterius memang beda. Sekalinya ngomong bikin meleleh hati.” “Ingat woy. Udah punya istri! Mau jadi pelakor?!” “Iya-iya.” Ya begitulah kira-kira para pegawai yang sibuk membicarakan perubahan Saka. Sedangkan Saka hanya merasa moodnya bagus

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 81

    Aruna tersenyum canggung. “Oh iya juga. Tapi aku akan berusaha tidak berisik. Aku akan berusaha tidak menganggumu.” “Bagaimana kalau kita makan malam?” tanya Aruna dengan mata yang berbinar. “Aku sudah memesan tempat di restoran kesukaanmu.” Sambil tersenyum. “Oke.” Saka menghela nafas. Ia mengambil ponselnya—mengetikkan sebuah pesan kepada Karina agar tidak menunggunya.~~Hanya untuk Saka, karina mau repot-repot datang ke kantor malam hari. Bibirnya masih mengembangkan senyum. Di tangan kirinya membawa sebuah bekal—rencananya ia akan memberikan makanan itu untuk di makan berdua. Namun Karina berhenti saat ponselnya berbunyi. [Tidak usah menungguku. Aku ada urusan.] “Baiklah.” Karina menghela nafas. Taksi yang ditumpanginya baru saja pergi. baru saja berbalik—Karina mendapati Saka sedang berjalan dengan Aruna. Mereka nampak beriringan dengan Aruna yang memeluk lengan Saka. “Kenapa mereka..” Karina segera bersembunyi saat Aruna menoleh. Baiklah—Karina harus merasakan sakit hati

Bab terbaru

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 539

    “Sir, ada yang ingin bertemu dengan anda. Mereka dari perusahaan kontruksi yang baru saja mendapatkan pemutusan kerja sama. Mereka ingin bertanya secara langsung kenapa anda memutuskan kerja sama yang sudah terjalin sejak lama.” Itu ucapan dari asistennya, Jack. Rafa mengangguk. “Pertemukan aku dengan mereka. Akan aku beritahu alasanku.” Tidak menunggu waktu yang lama. Berada di sebuah restoran berbintang. Rafa masuk dengan langkah yang begitu tajam. Ia menatap sekitarnya dan melihat seorang pria. “Selamat datang, Sir.” Pria itu mengulurkan tangan namun terang-terangan tidak dijabat oleh Rafa. “Saya ingin menanyakan kenapa tiba-tiba anda memutuskan kerja sama yang sudah terjalin dengan begitu lama, Sir? Saya berharap anda bisa berpikir lagi tentang pemutusan tersebut. Apalagi ada proyek yang akan kami jalankan.” Rafa menghela nafas. “Aku hanya sedang bersih-bersih. Kerja sama ini tidak terlalu menguntungkan. Tapi sebenarnya aku bisa saja mempertahankan kerja sama ini, tapi kau m

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 538

    “Di rumah Dad lebih seru, Mom. Ada banyak mainan dan kamarnya besar.” Yoshi mengeluh saat sampai di rumah. Bocah itu terlihat lebih senang berada di rumah itu daripada rumahnya sendiri. Sana menghela nafas. Baru bertemu sudah memanggil Dad. Sana menggeleng pelan. “Diam saja dan tidurlah lagi.” “Besok beli mainan,” ucap bocah itu sebelum pergi ke kamar sendiri. Sana menghela panjang sebelum masuk ke dalam kamarnya sendiri. Merebahkan diri di atas ranjangnya. Tanpa bisa dicegah, air matanya kembali turun. Bersama Rafa terlihat menggiurkan dan menyenangkan, namun Sana juga masih teringat hal-hal menyakitkan bersama pria itu. Lalu, jika ia memilih untuk bersama Rafa dan hal menyakitkan itu kembali terulang apakah ia sanggup menghadapinya? Sana menggeleng pelan. “Hidupku lebih tenang seperti ini. Aku tidak akan bisa bernafas jika kembali bersamanya. Ada banyak hal yang membuatku ragu bersamanya kembali. Lebih baik memang kita berpisah.” Keesokan harinya. Seperti biasa, Sana mengantar

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 537

    Sana bergegas pergi setelah selesai melukis. Ia tidak akan ingat waktu ketika terlalu larut melukis. Sampai akhirnya ia melihat jendela yang menampilkan langit berubah menjadi mendung. Ia segera pergi untuk menjemput Yoshi yang seharusnya sudah pulang 1 jam yang lalu. “Dia pasti marah.” Sana keluar dari bus dengan membawa payung. Ia segera berlari masuk ke dalam sekolah. Bertanya pada Satpam yang ternyata seluruh siswa sudah pulang, tidak ada siswa yang masih berada di kelas. “Dia ke mana?” Sana merogoh ponselnya untuk memesan taksi. Ponselnya masih mati semenjak ia mengisi daya. Ia segera menghidupkannya dan mendapat sebuah pesan dari seseorang 30 menit yang lalu. [Yoshi bersamaku]Sana langsung menelepon orang itu. “Kau siapa? kenapa anakku bersamamu?!” tanayanya. “Datanglah ke rumahku jika ingin tahu siapa aku.” Sana menghela nafas. Kemungkinan besar ia tahu siapa yang meneleponnya. Tidak membutuhkan waktu yang lama, akhirnya sampai juga di sebuah rumah yang nampak begitu mega

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 536

    “Mom akan mengantar kamu ke kelas.” Sana mengambil tangan Yoshi. Namun putranya itu menolaknya. Yoshi menggeleng. “Aku akan pergi sendiri. Mom pulang saja.” Hari ini adalah pertama kalinya masuk ke sekolah baru. Sana berharap ini menjadi langkah awal untuk memulai hidup baru yang lebih baik. Ia juga berharap sekali tidak ada yang membuli Yoshi di sini. “Hm.” Sana mengangguk dan tersenyum. “Hati-hati.” Setelah mengantar Yoshi ke sekolah, Sana langsung pulang. Rencananya ia akan menguru perceraiannya dengan Rafa. Ia akan mulai mencari pengacara handal yang bisa membuatnya berpisah dengan Rafa. Dengan hak asuh jatuh kepadanya. Sana menghela nafas dan masuk ke dalam subway. Ia tidak menyadari jika ada orang yang membuntutinya. Orang yang membawa kamera dan membidik setiap pergerakannya. Kemudian orang itu akan melaporkan pada seseorang. [Dia baru saja pulang mengantar anaknya]Pesan itu langsung masuk ke sebuah ponsel milik seseorang. Rafa menatap ponselnya. Baru saja ia membaca seb

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 535

    Sana terdiam di tempat. Pikirannya kacau, antara memastikan putranya tetap berada di tempat dan segera pergi dari hadapan pria ini. Sana mengepalkan kedua tangannya. Rafa melangkah mendekat dan otomatis membuat Sana melangkah mundur dengan was-was. “Aku merindukanmu,” ucap Rafa. Terdengar rendah namun penuh penekanan dan juga tersirat sebuah rasa putus asa. Rafa mengepalkan tangannya ketika melihat Sana seperti menahan takut. “Aku akan segera mengurus perpisahan kita.” Sana menatap putranya yang telah menyadari keberadaannya. Yoshi melambaikan tangannya. Sana mengangguk pelan. “Aku harap kita bisa berpisah dengan baik-baik.” Sana melangkah melewati Rafa begitu saja. kemudian menggandeng tangan Yoshi agar ikut berjalan dengannya. Mereka terus berjalan sampai keluar dari gedung. Sana mencegah Yoshi yang setiap kali ingin menoleh ke belakang. “Mom tadi itu siapa?” tanya Yoshi. Sana tidak menjawab. Ia sedang memutar otak bagaimana harus segera pergi sedangkan dia tidak mempunyai ken

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 534

    Sana keluar bersama putranya. Merapikan penampilannya sebentar sebelum masuk. Tidak lupa berterima kasih pada sahabatnya yang mau repot-repot mengantarnya. Setelah masuk—Sana bisa melihat kemegahan di dalam gedung. Tidak salah lagi, orang tua Ren memang sangatlah kaya. Perusahaan orang tua Ren menguasai pasar Jepang dan internasional. Meskipun bisa dibilang, Ren adalah anak gelap, namun keberadaannya tidak pernah ditutupi. Untungnya di antara banyaknya konglomerat yang datang, Sana tidak mengenal mereka. Memang lebih baik seperti itu. Apalagi di depan tadi, ada red karpet dan para wartawan yang siap memotret selebriti maupun konglomerat. Sana melihat Mina yang tengah berbincang dengan beberapa orang. Untuk sebentar, Sana tidak mau mengganggunya. Ia menunggu mereka selesai berbicara barulah mendekati sang saudara. “Selamat.” Sana memeluk Mina. “Maaf aku tidak bisa menemanimu tadi.” Mina mengangguk. “Tidak masalah. Yang terpenting kau bisa datang ke sini.” Mina menatap Yoshi, kemud

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 533

    “Mom kita akan ke mana?” tanya Yoshi yang kebingungan dengan pakaian yang diguanakannya. Tubuhnya yang kecil menggunakan setelan jas. Bocah itu terlihat begitu tampan. “Hari ini adalah hari pernikahan aunty Mina dan paman Ren. Kamu lupa? Padahal kamu yang membaca undangannya.” Sana merapikan jas putranya. Merapikan rambut Yoshi yang sudah rapi agar semakin rapi. “Oh iya. Aku lupa Mom.” Yoshi menepuk dahinya sendiri dengan lucu. “Jadi hari ini aunty akan menikah…,” gumam bocah itu. Sana tertawa pelan. “Ayo berangkat.” Menggandeng tangan mungil putranya. Sana berjalan keluar dari area Apartemen. Ia sudah memesan taksi namun tidak kunjung datang. Namun ia melihat satu mobil berwarna putih yang berhenti tepat di depan mereka. Anton keluar dari mobil, menatap Sana dan Yoshi yang begitu rapi dengan kebingungan. “Kalian akan ke mana?” ia mengangkat sebuah kantong yang berisikan pizza dan ayam goreng. “Aku lupa memberitahumu.” Sana merasa bersalah. “Aku hari ini harus pergi ke acara pern

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 532

    “Melihat lukisanmu secara langsung.” Anton tersenyum dengan lebar. “Sepertinya kau memasak. Kebetulan aku juga lapar.” Anton langsung masuk begitu saja ke dalam rumah Sana. “Paman Anton!” Yoshi berlari keluar dan memeluk Anton. Anton tertawa pelan. “Yoshi sudah besar rupanya.” “Tunggu sebentar. Aku akan menyelesaikannya.” Sana kembali ke dapur. Setelah beberapa lama, ia membawa makanan keluar ke ruang tamu. Menatanya dengan rapi di sebuah meja kayu. “Waah.” Anton menatap makanan yang tersaji di hadapannya. Masakan Sana memang tidak pernah gagal. “Berdoa mulai,” aba-aba Sana. Yoshi mengepalkan tangan dan menutup mata. begitupun dengan Anton yang langsung mengikuti mereka. Padahal dirumah ia tidak pernah berdoa dan langsung makan saja. “Makan pelan-pelan.” Sana mengusap kepala Yoshi pelan. Mereka makan bersama dalam hening. Sana melarang Anton berbicara di hadapan Yoshi. Karena anaknya itu bisa menangkap dan mengerti dengan percakapan mereka. Sana hanya menghindari pembahasan ya

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 531

    5 tahun kemudian. Seorang wanita tengah berlari keluar dari rumah. Ia berusaha mempercepat langkahnya untuk menyusul anaknya. Waktu yang semakin petang membuatnya begitu kawatir karena anaknya yang tidak kunjung pulang. “Yoshi!” teriaknya di pinggir pantai. “YOSHI CEPAT PULANG! JANGAN BERMAIN TERUS!” teriak Sana pada sang putra yang ikut memancing bersama kakek nelayan. Bocah yang berusia hampir lima tahun itu melambaikan tangan. Di atas perahu yang ditumpanginya, ia berjinjit kecil sembari melambaikan tangan pada sang ibu yang menunggunya di bibir pantai. Bocah yang mempunyai nama Watane Yoshinori tersebut nampak tersenyum dengan senang. “KAKEK TOLONG BAWA YOSHI KEMBALI!!” teriak Sana meminta tolong pada pria tua yang membawa perahu. Sana berlari ke sebuah dermaga kecil. Di sanalah ia menjemput sang putra yang baru saja selesai memancing. “Aku sudah bilang jangan menjemputku Mom!” ucap bocah itu ketika turun dari peruahu. Sana mencebikkan bibirnya. Ia menunduk sebentar dan bert

DMCA.com Protection Status