Barcelona, Spanyol Shia terdiam selama perjalanan, wanita itu hanya duduk manis disebelah Dante yang mengemudikan mobilnya memasuki daerah yang cukup sepi. Semakin kompleks dan misterius. Setelah pengungkapan tentang identitas ganda Dante sebagai Zedane dan kegilaannya yang menghantuinya, Shia merasa terperangkap dalam dunia yang semakin rumit dan berbahaya. Pertanyaan yang menghantui pikirannya mengenai hubungannya dengan Dante dan peran apa yang seharusnya dia mainkan dalam kehidupan Dante membuatnya semakin bingung. “Apa itu?” Tanya Shia ketika Dante membawanya pada sebuah tempat menyerupai kubah dengan keamanan berlapis. Dante tersenyum misterius saat mengarahkan mobilnya melewati gerbang masuk wilayah yang dikelilingi tembok tinggi. “Ayo Love” ucap Dante sambil membawa Shia memasuki bagunan itu. “Tempat apa ini?” Tanya Shia. Dante menatap Shia dengan senyum misterius di wajahnya. "Markas besarku, Love. Selamat datang di bawah dunia yang tidak diketahui oleh banyak orang."
Plak Suara tamparan keras terdengar, menggema dalam ruangan yang penuh dengan keheningan selain suara cumbuan keduanya. "Apa yang kau lakukan, Love!" seru Dante, matanya mencerminkan kebingungan dan keterkejutan karena tindakan Shia. Shia menggelengkan kepalanya pelan, bibirnya membentuk senyuman nakal meski ada tetesan darah di sudut bibirnya. "Aku khawatir kau akan kehilangan kendali sepenuhnya" ucap Shia dengan nada yang tenang, membuat Dante terdiam sejenak, terpaku oleh kata-kata istrinya Jemari Dante terulur mengusap sudut bibir Shia. Pria itu menatap istrinya dengan ekspresi campur aduk, antara kekhawatiran dan ketidakmengertian. "Kau gila, Love! Apa yang ingin kau capai dengan melukai dirimu sendiri, hah!?" desis Dante dengan nada yang penuh ketidakpercayaan. Shia tersenyum lalu menjawab dengan lembut "Aku mencoba membuatmu sadar, Dante. Aku tak ingin kau hilang kendali dan terjerumus ke dalam kegelapan yang tak terkendali. Kita harus menyelesaikan ini bersama-sama, aku ma
Shia meninggalkan Dante yang masih terlelap di kamar. Langkahnya mantap saat ia memasuki markas milik Dante, sebuah tempat yang selama ini hanya sedikit orang yang berani menjelajahinya. Ruangan-ruangan yang dipenuhi dengan aura kekuatan dan misteri seolah menyambut kedatangannya. Beberapa orang di dalam markas itu mengangkat kepala mereka, menghentikan aktivitas mereka sejenak untuk memberikan penghormatan pada Shia. Meskipun tanpa berkata, mereka menunjukkan penghargaan dan rasa hormat pada sosok yang kini berdiri di depan mereka. Shia menghentikan langkahnya di tengah ruangan yang tenang, sorot matanya menerawang ke kejauhan. Di tengah lorong, sesosok pria berdiri dengan penuh keyakinan, menatapnya dengan senyum tipis yang menyebalkan. “Arshia Clarikson, ah salah... Arshia Kingston” ucapnya dengan nada mengejek yang menciptakan ketegangan di udara. Shia mendengus, merasa terganggu oleh kehadiran tak diundang ini. "Kenapa kau bisa muncul di mana saja, Dayn?" tanya Shia dengan nad
Dayn tertawa pelan. "Kau terlambat menyadarinya, Shia dan juga aku hanya ingin memastikan bahwa dia akan baik-baik saja. Dan kau, Arshia Kingston, sepertinya adalah satu-satunya orang yang bisa melindunginya tanpa merusak keseimbangan kekuatannya." “Cih dasar sok bijak. Aku tidak tau jika mantan pengkhianat sepertimu perhatian juga” Celetuk Dante dengan sindiran. Dayn tersenyum lebar, seolah menikmati tekanan yang ada di sekitarnya. "Dante, kau selalu tajam dalam berkata-kata. Tapi kau tahu, terkadang perhatian adalah bentuk perlindungan terbaik. Kita semua pernah melakukan kesalahan, bukan?" Dante mendengus, ekspresi wajahnya tidak menunjukkan perubahan "Aku tidak percaya pada omong kosong semacam itu.” “Dasar keras kepala, pantas saja Shia selalu lari darimu” Ucap Dayn lalu pria itu menatap Arshia dengan penuh pengertian. "Maafkan aku untuk yang sebelumnya, sekarang aku tidak akan mengganggumu lagi, berbahagialah Shia…" Gumam Dayn sambil berjalan melewati Shia yang melongo tak pe
Slurp.. slurp.. “D-dante..” Shia bergumam, punggung tangannya menempel dengan bibirnya, memblokir desahan yang mungkin akan keluar. Panas menyebar dengan cepat saat Dante mencengkram pinggangnya, menarik tubuh Shia semakin mendekat pada wajahnya. Dante dengan lembut menyapu permukaan tubuh Shia. Dante mengarahkan pandangannya pada tubuh Shia yang indah tampak menari-nari dibawah sinar rembulan. “You’re so sexy, Love. I’m so f*cking want you” Dia mendesis lalu meraih tangan Shia dengan lembut, memandangnya dengan mata penuh hasrat. Dante mengubah posisinya, mendudukan Shia diatasnya "Apa yang kau inginkan?" tanyanya dengan suara lembut. Mata birunya menatap Dante, terlihat yang penuh gairah mencerminkan keinginan yang sama. Dante menjawab dengan merendahkan bibirnya ke arah telinga Shia, "“Ride me, Love. Aku ingin merasakan setiap sentuhanmu." Suaranya terengah-engah, penuh dengan nafsu yang tak terbendung. Shia tersenyum lalu meraih batang yang telah tegak itu. Mengusapnya dan p
Bruk.. "Botol apa ini, Love?" tanya Dante Dante memandang Shia dengan tatapan tak percaya ketika Shia melemparkan botol obat dihadapannya. Matanya memperhatikan setiap gerak dan ekspresi pada wajah Shia yang kini dipenuhi oleh kebencian padanya. "Berhenti berpura-pura sialan. Kau menukarnya!" desis Shia seraya menatap tajam Dante. Ruangan itu terasa semakin tegang, atmosfer yang semula penuh dengan getaran cinta kini berubah menjadi beban yang tak terduga. "Love..." kata Dante dengan suara serak, Dante mencoba menjelaskan. Namun, sebelum ia bisa melanjutkan ungkapannya, Shia menyelanya dengan ekspresi kekecewaan yang mendalam. "Dante, Dante... Kau benar-benar licik!" ucap Shia dengan suara gemetar. Sorot matanya memancarkan ketidakpercayaan, seolah-olah dia baru saja menyadari bahwa cinta yang mereka bagikan selama ini hanyalah ilusi belaka. “Love” Dante kembali memanggil dengan suara lembut “Berhenti memanggiku begitu sialan!” “Arshia Clarikson” Ucap Dante dengan suara tegas,
"Astaga, menantuku hamil!" Irena memekik senang mendengarkan kabar itu dari Dante. Kegembiraan itu seolah meletup-letup di udara, mengubah suasana menjadi penuh antusiasme."Ya ampun, akhirnya kerjaan kakakku itu berhasil. Berapa usianya?" Tanya Lyran tak kalah antusias, mata berbinar-binar menanti jawaban.Shia hanya tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan kerumitan di balik kebahagiaan yang dipancarkan oleh orang-orang di sekitarnya. Beginilah seharusnya reaksi orang yang mendengar kabar seorang wanita mengandung. Namun, di dalam hatinya, Shia merasa kebingungan dan terjebak dalam keinginannya yang bertentangan.Terdengar suara tawa dan pembicaraan ceria di sekelilingnya, tapi hati Shia merasa berat. Dalam keheningan yang tercipta, dia merenung tentang pilihan yang akan dihadapinya. Kehamilan, sesuatu yang seharusnya membawa kegembiraan, bagi Shia malah seperti bayangan hitam yang menghantuinya.Shia… belum siap dengan semuanya.Di dalam benaknya, keinginan untuk menyingkirkan sang
Dante menggendong Shia. “SIAPKAN MOBIL!” Dante memerintah lalu beberapa detik kemudian sebuah mobil berada didepannya. Dante membawa tubuh Shia kedalam mobil.“CARI PENGKHIANAT ITU!” Dante berteriak dengan murka, memerintahkan para pengawal untuk mencari sang pemanah yang melesatkan anak panah ke arah mereka.Pengawal-pengawal yang mendengar perintah Dante segera bergerak dengan sigap, menyusuri setiap sudut dan bayangan yang mungkin bisa menjadi tempat persembunyian sang penyerang. Keadaan di sekitar berubah menjadi hiruk-pikuk, suara langkah cepat dan komando terdengar di udara.Sementara itu, Dante tetap menatap tubuh Shia yang semakin lemah. Dante melajukannya mobilnya dengan kecepatan exstrem.Wajahnya dipenuhi ketidakpercayaan dan kehilangan. Kejadian tragis ini menghancurkan ketenangan dan kebahagiaan yang baru saja mereka rasakan."Parasit sialan!" Dante mengumpat sambil memukul stir dengan keras. Dia bersumpah, mencari sang pelaku hingga keakarnya. Tatapan mata abu-abunya men
Namanya Zedante Algheri Kingston pria yang kini berusia 41 tahun dengan pesona yang mematikan. Namun, mari kita melangkah lebih jauh ke belakang, ke waktu di mana Dante dan Shia pertama kali bersentuhan dalam perjalanan hidup mereka.***20 tahun yang lalu…Suara pelan lonceng gereja memecah keheningan pagi. Dante turun dari mobil dan membuka pintu untuk ibunya dengan sedikit enggan.“Kau ini! Senyum sedikit, meskipun kau tampan tapi wajahmu yang datar itu menakutkan, jangan sampai teman-temanku takut denganmu” Decak Irena melihat ekspresi putranya yang nampak datar seperti para bodyguard mereka.“Mom yang memaksaku kesini” Ucap Dante dengan datar“Itu karena ayahmu diluar negeri” Ucap Irena, Dia merangkul tangan Dante lalu memasuki gerbang gereja tua yang megah.Namun belum sampai kedepan pintu, Irena melepaskan lengan Dante begitu saja dan meninggalkan Dante sendirian “Kau masuk duluan saja” Ucap Irena lalu melangkah menuju kursi taman gereja dan berbicara dengan seorang biarawati d
“Kau marah Love?” Tanya Dante.Shia melirik sekilas melalui cermin lalu memalingkan pandangannya ke arah lain.“Sekarang aku yakin kau benar-benar marah” Ucap Dante seraya menghela napas panjang. Dante mendekat kearah Shia yang duduk di meja rias sambil memoleskan makeup“Love..” Panggil Dante dengan suara yang amat merduShia tidak merespon, dia hanya fokus memoleskan lipstik di bibirnya. Gaun Navy-nya yang semula berganti menjadi dress satin berwarna hitam gelap dengan beberapa ornamen mengkilat yang menghiasi bagian pinggangnya.“Akh” Shia tersentak ketika Dante menggendongnya ala bridal lalu membawanya keluar kamar.“Masih menolak bicara, Love?” Ucap Dante dengan senyuman lebar.“Dasar pemaksa” gumam Shia tanpa melihat wajah Dante.Dante terkekeh “Kau manis sekali saat kesal seperti ini Love”Shia tetap diam, mengabaikan pandangan Dante. Dia merasa sulit untuk menyembunyikan senyuman kecil di bibirnya meskipun hatinya berbisik untuk tetap marah.“Turunkan, aku bisa jalan sendiri”
“Shh… ahh” Shia meringis antara sakit dan nikmat disatu waktu bersamaan. Shia terduduk diatas meja kerja milik Dante dengan Dante yang berdirii dan terus memompa dirinya dibawah sana.“Dante- Stoph..Eum..” Belum selesai Shia berbicara Dante sudah lebih dulu membungkam bibir SHia dengan lumatan singkat lalu ia menarik diri setelah menyematkan mengecup pipi Shia beberapa kali kemudian lanjut menghentak Shia.Shia mengigit bibirnya, menahan desahan saat milik Dante masuk terlalu dalam di inti tubuhnya. Mata biru itu mentap gaun navy yang sudah tergeletak dan robek disana.“D-dante pestanya belum selesai” Ucap Shia saat Dante memperlambat gerakannya“Hmm.. mereka tidak akan menyadari kita menghilang Love” Ucap Dante dengan suara seraknya “Lihat Love, milikmu benar-benar dirancang sempurna untuk aku masuki” Tambahnya sambil menatap kelamin keduanya yang menyatu.Blush..“Dasar mesum” Shia berucap kesal namun wajah Shia memerah total, Shia mengalihkan pandangannya ke samping. Enggan menatap
Mobil putih itu bergerak dengan memutar di sisi lintasan yang menantang. Shia, dengan mahirnya, mengendalikan setiap gerakan mobilnya dengan presisi yang luar biasa. Asap ban dan deru mesin menciptakan suara yang menggetarkan hati para penonton di arena balap. Dante, yang berada di tepi lintasan, menyaksikan Shia dengan mata abu-abu yang menatap penuh kebanggaan. Meskipun awalnya khawatir, dia tidak bisa menahan kekagumannya melihat keahlian Shia dalam melakukan teknik drifting. Setiap belokan dan putaran roda menjadi sebuah tarian yang memukau. “Bukankah istriku luar biasa Alesio” Ucap Dante dengan bangga pada sang anak yang kini berusia 5 tahun. Alesio mendengus, meskipun masih kecil namun sikap Dante benar-benar menurun persis padanya “Dia mamaku” Dalam setiap belokan tajam dan drift spektakuler, Shia terus menunjukkan keterampilannya. Saingan-saingannya sulit mengejar karena mobil putihnya meluncur dengan kecepatan yang sulit dipercaya. Suasana menjadi semakin tegang ketika bal
"Melalui proses pemungutan suara yang demokratis, para pemegang saham dengan bulat hati menyetujui penetapan Ronnie Colins sebagai Presiden Direktur, menggantikan almarhum Robert Clarikson sesuai dengan peraturan nomor 2 yang telah diusulkan.”Prok.. Prok.. Prokk..Suara tepuk tangan menggema merayakan keputusan yang baru saja diumumkan.Cahaya sorot lampu panggung memantulkan kilauan di wajah-wajah para pemegang saham yang merasa yakin bahwa pemilihan Ronnie Colins sebagai Presiden Direktur adalah langkah yang tepat.Ronnie Colins, dengan langkah mantap, berdiri di depan podium. Sorot mata yang tajam dan wibawa dalam setiap langkahnya mencerminkan kepercayaan diri yang dimilikinya.Ronnie mengarahkan pandangannya kesegala sisi hingga terhenti pada satu titik. Sudut bibirnya terangkat dengan senyum miring "Terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan. Saya sangat bersyukur dan berkomitmen untuk membawa perusahaan ini ke arah yang lebih baik, sesuai dengan visi dan misi yang tela
Waktu pemulihan yang seolah begitu cepat terasa seperti mukjizat bagi Dante. Shia dan bayi mereka, Alesio, menjadi simbol keajaiban itu. Setelah melewati masa-masa sulit di ruang perawatan intensif neonatal, Alesio kini berada dalam gendongan hangat Shia. Bayi itu tidak lagi terikat pada tabung inkubator.Dante duduk di samping Shia, matanya penuh kekaguman melihat bayi mungil mereka yang sekarang begitu sehat. Alesio dengan rakus meminum ASI dari ibunya, menunjukkan semangat hidup yang mengagumkan."Dia benar-benar rakus, ya?" Dante berkata dengan senyum di bibirnya.Shia hanya mengangguk setuju, mata biru yang terus memperhatikan putranya yang kecil. Keceriaan dan kebahagiaan menyelinap ke wajahnya meskipun kelelahan masih terlihat di matanya."Hidungnya dan bentuk wajahnya mirip sepertimu, Dante" Shia berkata sambil tersenyum lembut, jari telunjuknya menyentuh lembut permukaan wajah Alesio. "Dia pasti akan tumbuh menjadi anak yang sangat tampan, persis seperti ayahnya.Dante merasa
Setelah menyelesaikan masalah Ilyana. Hari-hari berikutnya menjadi masa-masa yang sulit bagi Dante. Dia tidak pernah meninggalkan ruangan perawatan Shia, selalu berada di sampingnya setiap saat.“Apa kau tidak lelah tidur terus, Love?” Dante mulai bermonolog“Semua orang yang mengincarmu sudah musnah, kita bisa hidup dengan dalam sekarang” Sambung DanteMeskipun ruangan itu penuh dengan suara perangkat medis dan mesin yang memantau, satu-satunya suara yang Dante dengar adalah detak jantung Shia“Aku merindukanmu Love, dan putra kita membutuhkanmu… Dia sangat kecil hingga aku rasa tubuhnya bisa hancur jika kusentuh.”Ruang perawatan intensif neonatal menjadi tempat yang akrab bagi Dante. Bayi kecil yang ia nama Alessio, terhubung dengan berbagai alat bantu pernapasan dan monitor yang memantau setiap detak jantungnya.Meskipun setelah beberapa minggu, Alessio mulai menunjukkan tanda-tanda perkembangan yang positif. Detak jantungnya menjadi lebih stabil, dan dia mulai merespons rangsanga
Dante menatap Ilya yang terikat dengan kondisi yang cukup mengenaskan. Kedua tangannya diborgol dengan rantai yang dingin dan keras. Ruangan gelap itu dipenuhi dengan ketegangan, dan senyuman sinis Ilyana menciptakan aura yang semakin mencekam.“Dante.. Dante..” Ucap Ilyana dengan seringai lebarnya. “Biar kutebak apa Shia sekarat? Atau dia sudah mati?”Plak.Suara tamparan yang keras membuat ruangan itu terdiam sejenak. Dante, tanpa ekspresi wajah, memandang Ilyana dengan tajam. “Jangan sekali-kali menyentuh nama Shia dengan cara seperti itu” ucapnya dengan suara rendah yang penuh dengan ancaman.Ilyana hanya tertawa sinis. “Kau memang selalu terlalu sentimental. Apa yang bisa kau lakukan untuk mencegahku?”Dante menghela nafas, berusaha menahan amarahnya. “Aku sudah memberikan peringatan, Ilyana. Jangan mencampuri Shia dalam permainan kotormu.”Namun, senyuman Ilyana tak kunjung hilang. "Kau tidak bisa menyelamatkannya. Dan tidak ada yang bisa menghentikan rencanaku. Aku sudah mengat
Dante duduk di samping tempat tidur Shia, wajahnya penuh keprihatinan dan kekhawatiran. Dokter keluar dari ruang perawatan dan menghampiri Dante dengan ekspresi serius."Mr. Kingston, kami menemukan sesuatu yang perlu Anda ketahui" ucap dokter nampak tergesa namun penuh kehati-hatian.Dante melirik sang dokter dengan tajam “katakan” Ucapnya"Dalam pemeriksaan lebih lanjut, kami menemukan bahwa Mrs. Kingston memiliki riwayat penyakit jantung. Tidak hanya itu, kami menemukan bahwa dia pernah melakukan operasi jantung" ungkap dokter dengan nada serius.Dante terdiam sejenak, mencerna informasi tersebut. "Operasi jantung?"Seolah paham kebingunan Dante, Dokter menjelaskan lebih lanjut "Beberapa orang memilih untuk menyembunyikan riwayat penyakit mereka, terutama jika itu berkaitan dengan organ vital seperti jantung. Mungkin Mrs. Kingston tidak ingin membuat banyak orang khawatir, terlebih dari data yang kami temukan, operasi itu berlangsung sekitar 7 tahun yang lalu” JelasnyaDante menata