Elusan pada wajahnya membuat Shia membuka matanya. Seluruh tubuhnya terasa lelah tapi sepertinya tidak dengan Dante yang sudah duduk disamping dengan senyum lebar. wajah pria itu tersenyum lebar yang entah mengapa terlihat menyebalkan bagi Shia. “Good morning, Love” Shia menaikkan selimutnya lalu membalikkan tubuhnya enggan bertatapan atau membalas sapaan Dante. Ia menatap kedepannya dan mendengus. Sekelilingnya benar-benar berantakan, baju yang berserakan hingga sebuah bantal yang robek hingga membuat kapuknya menyebar. "Bukankah tadi malam sangat liar” ucap Dante ketika mendapati Shia yang menatap bantal robek itu. Bantal yang digunakan untuk memukul Dante karena pria itu tidak ingin berhenti melakukannya dengan Shia. “Kamu bilang akan berhenti setelahnya, tapi ucapan bohongmu itu selalu berkata ‘sekali lagi,’” desis Shia dengan nada kesal, wajahnya masih terlihat memerah akibat kombinasi antara kelelahan, kekesalan maupun kepuasan. “Haha, maaf Love, hanya saja rasanya berbeda d
Barcelona, Spanyol Shia terdiam selama perjalanan, wanita itu hanya duduk manis disebelah Dante yang mengemudikan mobilnya memasuki daerah yang cukup sepi. Semakin kompleks dan misterius. Setelah pengungkapan tentang identitas ganda Dante sebagai Zedane dan kegilaannya yang menghantuinya, Shia merasa terperangkap dalam dunia yang semakin rumit dan berbahaya. Pertanyaan yang menghantui pikirannya mengenai hubungannya dengan Dante dan peran apa yang seharusnya dia mainkan dalam kehidupan Dante membuatnya semakin bingung. “Apa itu?” Tanya Shia ketika Dante membawanya pada sebuah tempat menyerupai kubah dengan keamanan berlapis. Dante tersenyum misterius saat mengarahkan mobilnya melewati gerbang masuk wilayah yang dikelilingi tembok tinggi. “Ayo Love” ucap Dante sambil membawa Shia memasuki bagunan itu. “Tempat apa ini?” Tanya Shia. Dante menatap Shia dengan senyum misterius di wajahnya. "Markas besarku, Love. Selamat datang di bawah dunia yang tidak diketahui oleh banyak orang."
Plak Suara tamparan keras terdengar, menggema dalam ruangan yang penuh dengan keheningan selain suara cumbuan keduanya. "Apa yang kau lakukan, Love!" seru Dante, matanya mencerminkan kebingungan dan keterkejutan karena tindakan Shia. Shia menggelengkan kepalanya pelan, bibirnya membentuk senyuman nakal meski ada tetesan darah di sudut bibirnya. "Aku khawatir kau akan kehilangan kendali sepenuhnya" ucap Shia dengan nada yang tenang, membuat Dante terdiam sejenak, terpaku oleh kata-kata istrinya Jemari Dante terulur mengusap sudut bibir Shia. Pria itu menatap istrinya dengan ekspresi campur aduk, antara kekhawatiran dan ketidakmengertian. "Kau gila, Love! Apa yang ingin kau capai dengan melukai dirimu sendiri, hah!?" desis Dante dengan nada yang penuh ketidakpercayaan. Shia tersenyum lalu menjawab dengan lembut "Aku mencoba membuatmu sadar, Dante. Aku tak ingin kau hilang kendali dan terjerumus ke dalam kegelapan yang tak terkendali. Kita harus menyelesaikan ini bersama-sama, aku ma
Shia meninggalkan Dante yang masih terlelap di kamar. Langkahnya mantap saat ia memasuki markas milik Dante, sebuah tempat yang selama ini hanya sedikit orang yang berani menjelajahinya. Ruangan-ruangan yang dipenuhi dengan aura kekuatan dan misteri seolah menyambut kedatangannya. Beberapa orang di dalam markas itu mengangkat kepala mereka, menghentikan aktivitas mereka sejenak untuk memberikan penghormatan pada Shia. Meskipun tanpa berkata, mereka menunjukkan penghargaan dan rasa hormat pada sosok yang kini berdiri di depan mereka. Shia menghentikan langkahnya di tengah ruangan yang tenang, sorot matanya menerawang ke kejauhan. Di tengah lorong, sesosok pria berdiri dengan penuh keyakinan, menatapnya dengan senyum tipis yang menyebalkan. “Arshia Clarikson, ah salah... Arshia Kingston” ucapnya dengan nada mengejek yang menciptakan ketegangan di udara. Shia mendengus, merasa terganggu oleh kehadiran tak diundang ini. "Kenapa kau bisa muncul di mana saja, Dayn?" tanya Shia dengan nad
Dayn tertawa pelan. "Kau terlambat menyadarinya, Shia dan juga aku hanya ingin memastikan bahwa dia akan baik-baik saja. Dan kau, Arshia Kingston, sepertinya adalah satu-satunya orang yang bisa melindunginya tanpa merusak keseimbangan kekuatannya." “Cih dasar sok bijak. Aku tidak tau jika mantan pengkhianat sepertimu perhatian juga” Celetuk Dante dengan sindiran. Dayn tersenyum lebar, seolah menikmati tekanan yang ada di sekitarnya. "Dante, kau selalu tajam dalam berkata-kata. Tapi kau tahu, terkadang perhatian adalah bentuk perlindungan terbaik. Kita semua pernah melakukan kesalahan, bukan?" Dante mendengus, ekspresi wajahnya tidak menunjukkan perubahan "Aku tidak percaya pada omong kosong semacam itu.” “Dasar keras kepala, pantas saja Shia selalu lari darimu” Ucap Dayn lalu pria itu menatap Arshia dengan penuh pengertian. "Maafkan aku untuk yang sebelumnya, sekarang aku tidak akan mengganggumu lagi, berbahagialah Shia…" Gumam Dayn sambil berjalan melewati Shia yang melongo tak pe
Slurp.. slurp.. “D-dante..” Shia bergumam, punggung tangannya menempel dengan bibirnya, memblokir desahan yang mungkin akan keluar. Panas menyebar dengan cepat saat Dante mencengkram pinggangnya, menarik tubuh Shia semakin mendekat pada wajahnya. Dante dengan lembut menyapu permukaan tubuh Shia. Dante mengarahkan pandangannya pada tubuh Shia yang indah tampak menari-nari dibawah sinar rembulan. “You’re so sexy, Love. I’m so f*cking want you” Dia mendesis lalu meraih tangan Shia dengan lembut, memandangnya dengan mata penuh hasrat. Dante mengubah posisinya, mendudukan Shia diatasnya "Apa yang kau inginkan?" tanyanya dengan suara lembut. Mata birunya menatap Dante, terlihat yang penuh gairah mencerminkan keinginan yang sama. Dante menjawab dengan merendahkan bibirnya ke arah telinga Shia, "“Ride me, Love. Aku ingin merasakan setiap sentuhanmu." Suaranya terengah-engah, penuh dengan nafsu yang tak terbendung. Shia tersenyum lalu meraih batang yang telah tegak itu. Mengusapnya dan p
Bruk.. "Botol apa ini, Love?" tanya Dante Dante memandang Shia dengan tatapan tak percaya ketika Shia melemparkan botol obat dihadapannya. Matanya memperhatikan setiap gerak dan ekspresi pada wajah Shia yang kini dipenuhi oleh kebencian padanya. "Berhenti berpura-pura sialan. Kau menukarnya!" desis Shia seraya menatap tajam Dante. Ruangan itu terasa semakin tegang, atmosfer yang semula penuh dengan getaran cinta kini berubah menjadi beban yang tak terduga. "Love..." kata Dante dengan suara serak, Dante mencoba menjelaskan. Namun, sebelum ia bisa melanjutkan ungkapannya, Shia menyelanya dengan ekspresi kekecewaan yang mendalam. "Dante, Dante... Kau benar-benar licik!" ucap Shia dengan suara gemetar. Sorot matanya memancarkan ketidakpercayaan, seolah-olah dia baru saja menyadari bahwa cinta yang mereka bagikan selama ini hanyalah ilusi belaka. “Love” Dante kembali memanggil dengan suara lembut “Berhenti memanggiku begitu sialan!” “Arshia Clarikson” Ucap Dante dengan suara tegas,
"Astaga, menantuku hamil!" Irena memekik senang mendengarkan kabar itu dari Dante. Kegembiraan itu seolah meletup-letup di udara, mengubah suasana menjadi penuh antusiasme."Ya ampun, akhirnya kerjaan kakakku itu berhasil. Berapa usianya?" Tanya Lyran tak kalah antusias, mata berbinar-binar menanti jawaban.Shia hanya tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan kerumitan di balik kebahagiaan yang dipancarkan oleh orang-orang di sekitarnya. Beginilah seharusnya reaksi orang yang mendengar kabar seorang wanita mengandung. Namun, di dalam hatinya, Shia merasa kebingungan dan terjebak dalam keinginannya yang bertentangan.Terdengar suara tawa dan pembicaraan ceria di sekelilingnya, tapi hati Shia merasa berat. Dalam keheningan yang tercipta, dia merenung tentang pilihan yang akan dihadapinya. Kehamilan, sesuatu yang seharusnya membawa kegembiraan, bagi Shia malah seperti bayangan hitam yang menghantuinya.Shia… belum siap dengan semuanya.Di dalam benaknya, keinginan untuk menyingkirkan sang