Plak Suara tamparan keras terdengar, menggema dalam ruangan yang penuh dengan keheningan selain suara cumbuan keduanya. "Apa yang kau lakukan, Love!" seru Dante, matanya mencerminkan kebingungan dan keterkejutan karena tindakan Shia. Shia menggelengkan kepalanya pelan, bibirnya membentuk senyuman nakal meski ada tetesan darah di sudut bibirnya. "Aku khawatir kau akan kehilangan kendali sepenuhnya" ucap Shia dengan nada yang tenang, membuat Dante terdiam sejenak, terpaku oleh kata-kata istrinya Jemari Dante terulur mengusap sudut bibir Shia. Pria itu menatap istrinya dengan ekspresi campur aduk, antara kekhawatiran dan ketidakmengertian. "Kau gila, Love! Apa yang ingin kau capai dengan melukai dirimu sendiri, hah!?" desis Dante dengan nada yang penuh ketidakpercayaan. Shia tersenyum lalu menjawab dengan lembut "Aku mencoba membuatmu sadar, Dante. Aku tak ingin kau hilang kendali dan terjerumus ke dalam kegelapan yang tak terkendali. Kita harus menyelesaikan ini bersama-sama, aku ma
Shia meninggalkan Dante yang masih terlelap di kamar. Langkahnya mantap saat ia memasuki markas milik Dante, sebuah tempat yang selama ini hanya sedikit orang yang berani menjelajahinya. Ruangan-ruangan yang dipenuhi dengan aura kekuatan dan misteri seolah menyambut kedatangannya. Beberapa orang di dalam markas itu mengangkat kepala mereka, menghentikan aktivitas mereka sejenak untuk memberikan penghormatan pada Shia. Meskipun tanpa berkata, mereka menunjukkan penghargaan dan rasa hormat pada sosok yang kini berdiri di depan mereka. Shia menghentikan langkahnya di tengah ruangan yang tenang, sorot matanya menerawang ke kejauhan. Di tengah lorong, sesosok pria berdiri dengan penuh keyakinan, menatapnya dengan senyum tipis yang menyebalkan. “Arshia Clarikson, ah salah... Arshia Kingston” ucapnya dengan nada mengejek yang menciptakan ketegangan di udara. Shia mendengus, merasa terganggu oleh kehadiran tak diundang ini. "Kenapa kau bisa muncul di mana saja, Dayn?" tanya Shia dengan nad
Dayn tertawa pelan. "Kau terlambat menyadarinya, Shia dan juga aku hanya ingin memastikan bahwa dia akan baik-baik saja. Dan kau, Arshia Kingston, sepertinya adalah satu-satunya orang yang bisa melindunginya tanpa merusak keseimbangan kekuatannya." “Cih dasar sok bijak. Aku tidak tau jika mantan pengkhianat sepertimu perhatian juga” Celetuk Dante dengan sindiran. Dayn tersenyum lebar, seolah menikmati tekanan yang ada di sekitarnya. "Dante, kau selalu tajam dalam berkata-kata. Tapi kau tahu, terkadang perhatian adalah bentuk perlindungan terbaik. Kita semua pernah melakukan kesalahan, bukan?" Dante mendengus, ekspresi wajahnya tidak menunjukkan perubahan "Aku tidak percaya pada omong kosong semacam itu.” “Dasar keras kepala, pantas saja Shia selalu lari darimu” Ucap Dayn lalu pria itu menatap Arshia dengan penuh pengertian. "Maafkan aku untuk yang sebelumnya, sekarang aku tidak akan mengganggumu lagi, berbahagialah Shia…" Gumam Dayn sambil berjalan melewati Shia yang melongo tak pe
Slurp.. slurp.. “D-dante..” Shia bergumam, punggung tangannya menempel dengan bibirnya, memblokir desahan yang mungkin akan keluar. Panas menyebar dengan cepat saat Dante mencengkram pinggangnya, menarik tubuh Shia semakin mendekat pada wajahnya. Dante dengan lembut menyapu permukaan tubuh Shia. Dante mengarahkan pandangannya pada tubuh Shia yang indah tampak menari-nari dibawah sinar rembulan. “You’re so sexy, Love. I’m so f*cking want you” Dia mendesis lalu meraih tangan Shia dengan lembut, memandangnya dengan mata penuh hasrat. Dante mengubah posisinya, mendudukan Shia diatasnya "Apa yang kau inginkan?" tanyanya dengan suara lembut. Mata birunya menatap Dante, terlihat yang penuh gairah mencerminkan keinginan yang sama. Dante menjawab dengan merendahkan bibirnya ke arah telinga Shia, "“Ride me, Love. Aku ingin merasakan setiap sentuhanmu." Suaranya terengah-engah, penuh dengan nafsu yang tak terbendung. Shia tersenyum lalu meraih batang yang telah tegak itu. Mengusapnya dan p
Bruk.. "Botol apa ini, Love?" tanya Dante Dante memandang Shia dengan tatapan tak percaya ketika Shia melemparkan botol obat dihadapannya. Matanya memperhatikan setiap gerak dan ekspresi pada wajah Shia yang kini dipenuhi oleh kebencian padanya. "Berhenti berpura-pura sialan. Kau menukarnya!" desis Shia seraya menatap tajam Dante. Ruangan itu terasa semakin tegang, atmosfer yang semula penuh dengan getaran cinta kini berubah menjadi beban yang tak terduga. "Love..." kata Dante dengan suara serak, Dante mencoba menjelaskan. Namun, sebelum ia bisa melanjutkan ungkapannya, Shia menyelanya dengan ekspresi kekecewaan yang mendalam. "Dante, Dante... Kau benar-benar licik!" ucap Shia dengan suara gemetar. Sorot matanya memancarkan ketidakpercayaan, seolah-olah dia baru saja menyadari bahwa cinta yang mereka bagikan selama ini hanyalah ilusi belaka. “Love” Dante kembali memanggil dengan suara lembut “Berhenti memanggiku begitu sialan!” “Arshia Clarikson” Ucap Dante dengan suara tegas,
"Astaga, menantuku hamil!" Irena memekik senang mendengarkan kabar itu dari Dante. Kegembiraan itu seolah meletup-letup di udara, mengubah suasana menjadi penuh antusiasme."Ya ampun, akhirnya kerjaan kakakku itu berhasil. Berapa usianya?" Tanya Lyran tak kalah antusias, mata berbinar-binar menanti jawaban.Shia hanya tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan kerumitan di balik kebahagiaan yang dipancarkan oleh orang-orang di sekitarnya. Beginilah seharusnya reaksi orang yang mendengar kabar seorang wanita mengandung. Namun, di dalam hatinya, Shia merasa kebingungan dan terjebak dalam keinginannya yang bertentangan.Terdengar suara tawa dan pembicaraan ceria di sekelilingnya, tapi hati Shia merasa berat. Dalam keheningan yang tercipta, dia merenung tentang pilihan yang akan dihadapinya. Kehamilan, sesuatu yang seharusnya membawa kegembiraan, bagi Shia malah seperti bayangan hitam yang menghantuinya.Shia… belum siap dengan semuanya.Di dalam benaknya, keinginan untuk menyingkirkan sang
Dante menggendong Shia. “SIAPKAN MOBIL!” Dante memerintah lalu beberapa detik kemudian sebuah mobil berada didepannya. Dante membawa tubuh Shia kedalam mobil.“CARI PENGKHIANAT ITU!” Dante berteriak dengan murka, memerintahkan para pengawal untuk mencari sang pemanah yang melesatkan anak panah ke arah mereka.Pengawal-pengawal yang mendengar perintah Dante segera bergerak dengan sigap, menyusuri setiap sudut dan bayangan yang mungkin bisa menjadi tempat persembunyian sang penyerang. Keadaan di sekitar berubah menjadi hiruk-pikuk, suara langkah cepat dan komando terdengar di udara.Sementara itu, Dante tetap menatap tubuh Shia yang semakin lemah. Dante melajukannya mobilnya dengan kecepatan exstrem.Wajahnya dipenuhi ketidakpercayaan dan kehilangan. Kejadian tragis ini menghancurkan ketenangan dan kebahagiaan yang baru saja mereka rasakan."Parasit sialan!" Dante mengumpat sambil memukul stir dengan keras. Dia bersumpah, mencari sang pelaku hingga keakarnya. Tatapan mata abu-abunya men
Dante duduk di samping tempat tidur Shia, wajahnya penuh keprihatinan dan kekhawatiran. Dokter keluar dari ruang perawatan dan menghampiri Dante dengan ekspresi serius."Mr. Kingston, kami menemukan sesuatu yang perlu Anda ketahui" ucap dokter nampak tergesa namun penuh kehati-hatian.Dante melirik sang dokter dengan tajam “katakan” Ucapnya"Dalam pemeriksaan lebih lanjut, kami menemukan bahwa Mrs. Kingston memiliki riwayat penyakit jantung. Tidak hanya itu, kami menemukan bahwa dia pernah melakukan operasi jantung" ungkap dokter dengan nada serius.Dante terdiam sejenak, mencerna informasi tersebut. "Operasi jantung?"Seolah paham kebingunan Dante, Dokter menjelaskan lebih lanjut "Beberapa orang memilih untuk menyembunyikan riwayat penyakit mereka, terutama jika itu berkaitan dengan organ vital seperti jantung. Mungkin Mrs. Kingston tidak ingin membuat banyak orang khawatir, terlebih dari data yang kami temukan, operasi itu berlangsung sekitar 7 tahun yang lalu” JelasnyaDante menata