Tatapan Dante terus menghujani Shia, menelisik setiap sudut pikiran gadis itu. Sudah 30 menit mereka hanya duduk berhadapan, dan ruangan itu dipenuhi oleh keheningan yang semakin terasa tegang. Bahkan napas mereka terdengar seperti dentuman drum dalam ketidakpastian. Sikap mengintimidasi Dante yang membuat Shia merinding. Biasanya, Shia dikenal berani melawan atau mengabaikan ucapan Dante tanpa ragu. Tapi hari ini, rasanya seperti ada sesuatu yang lebih besar dan lebih gelap mengintai di balik keheningan mereka, sesuatu yang membuat Shia merasa bahwa jika dia membantah, taruhannya bukan hanya keberanian atau harga dirinya, tapi nyawanya sendiri termasuk perasaannya yang sudah terungkap. Dante akhirnya memutus keheningan dengan suara rendah yang menggetarkan ruangan, "Masih tidak ingin mengatakan apa yang terjadi Love?" Shia menelan ludah, berusaha mengendalikan getaran yang tak terelakkan di dalam dirinya. "Aku sengaja masuk dalam perangkap agar bisa mengumpulkan bukti kejahatan ta
"Kau memiliki bukti jika kakakku melakukan itu?" tanya Ronnie, masih tak percaya bahwa Rabella mungkin terlibat dalam sesuatu yang begitu mengerikan. "Aku paham jika sulit dipercaya. Aku membunuhnya karena itu, untuk melindungi Shia, seperti permintaan terakhirnya," ucap Robert dengan suara yang penuh duka. “Jadi itu alasan kau menyembunyikan semua kebenarannya dari Shia?” Dante, yang sejak tadi menyimak, mulai bersuara. Namun, tak ada jawaban yang diberikan oleh Robert, membuat kedua pria lainnya bisa menyimpulkan bahwa itulah alasannya. "Aku butuh waktu untuk memproses ini semua" ucap Ronnie dengan suara serak. Hatinya berkecamuk antara kesedihan dan rasa kehilangan, namun di sisi lain, kebingungan dan ketidakpercayaan terhadap apa yang baru saja didengarnya semakin memperumit perasaannya. Dante tersenyum lagi, kali ini dengan nada sindiran "Jangan membuang waktu, paman. Kita harus menyelesaikan Costa saat ini. Jadi, apakah kau bersedia melupakan masa lalumu untuk kepentingan kel
“Bukan ayahmu yang membunuh Ibumu tapi mereka dan sekarang mereka mengawasimu, Shia. itulah alasan aku menolakmu berhubungan dengan Ruel” Ungkap David pada akhirnya. Shia menatap tak percaya pada David. Apa maksudnya? Ayahnya yang dia kira orang yang membunuh ibunya ternyata orang yang salah. Jadi, apa selama ini targetnya membalas dendam pada Robert itu salah? BRAk! David tersenyum tipis saat secara tiba-tiba Shia menyerangnya. Gadis itu menjatuhkan tubuh David ke bawah dengan wajah David yang langsung menyentuh lantai. Dengan lincah, Shia berdiri di atas David, menyadari bahwa ayahnya bukanlah pembunuh ibunya. Denyut adrenalin melonjak di dalam dirinya, dan ia mencoba mencerna informasi yang baru saja diungkapkan oleh David. “Kau tega sekali Shia, padahal aku yang mengajarimu trik ini” David tertawa kecil namun berbeda dengan Shia yang menatapnya tajam. “Apa mereka juga yang menculikku dan membunuh Liam?!” Tanya Shia dengan tajam, mengabaikan ucapan David. “Tidak” David mengge
"Masih meragukanku D02?" ucap Shia dengan senyuman lebarnya. Tangannya dengan santai melempar sebuah kunci pada David “Bantu aku” ucap Shia. David menangkap kunci yang dilemparkan Shia lalu mengangguk. Keduanya berjalan keluar dari apartemen, Shia menembak CCTV yang ada didalam lift. Begitu tiba dilantai bawah, keduanya berjalan berlawanan. David menuju basement dan membawa mobil Shia keluar dari sana sedangkan Shia menuju pintu belakang Sementara itu, di luar. Mata abu-abu itu memperhatikan setiap gerak bayangan dengan seringaian lebar. Seolah siap untuk memuaskan dirinya dengan menyerang sang pengganggu yang mengusik teritorinya. Namun begitu menyadari Shia yang berjalan kearahnya, pria itu menyalakan mobilnya. Membuka pintu dan membiarkan Shia masuk ke dalam mobil. Dante menatap istrinya yang duduk di kursi sampingnya dengan tatapan dingin. "Kenapa kau kabur, Love?" tanya Dante. Shia hanya membalas dengan dengusan malas. “Shia sudah bersamamu?” Suara itu terdengar dari sebuah
Mata biru Shia membulat kaget, mencermati Dante dengan campuran ketakutan dan kebingungan. "Dante, Granat itu... kenapa menggunakan granat? Dan bagaimana bisa kau memilikinya?" Dante tetap tenang, seolah-olah mengantisipasi pertanyaan itu. "Aku seorang pembisnis Love” Jawabnya singkat Shia masih terdiam, mencoba mengatasi kejutan dari pengalaman yang baru saja terjadi. "Tapi, granat? Kau seorang pekerja bisnis, bukan tentara!" Shia tidak bodoh untuk mengetahui jika granat dilarang untuk dijual belikan. Bahkan di dunia bawahpun granta hanya bisa didapatkan oleh orang-orang tertentu. Karena granat berbeda dengan bom rakitan biasa. Shia saja waktu menjadi agen tidak pernah membawa granat. Tapi kenapa Dante bisa memilikinya, bukan hanya satu tapi tiga “Kau ini sebenarnya siapa Dante?” Shia bertanya. Mata birunya terfokus pada netra abu-abu Dante yang penuh dengan misteri Perlahan langkah Dante mendekat menuju Shia. tangan kekarnya mengusap rambut Shia dengan lembut “Aku suamimu Love.
Mobil Dante melaju masuk ke halaman Mansion Clarikson. Dante segera beranjak keluar dari mobil, memutarinya lalu membukakan pintu untuk Shia. "Keluarlah, Love" ucap Dante sambil menggenggam erat tangan Shia. Shia mengangguk dan melangkah keluar. Namun, pertanyaan tentang David langsung muncul di benaknya. "David?" Shia bergumam. tepat di depannya David muncul dengan santainya bersama mobil yang sebelumnya Shia bawa. "Hai, wild girl" sapa David sambil mengabaikan Dante yang tampak menguarkan aura tak mengenakan "Aku mengembalikan mobilmu dengan selamat, meski sedikit lecet" lanjutnya dengan candaan ringan.” Shia tidak langsung merespon. Sebaliknya, ia lebih tertarik memandangi David dan Dante dengan tajam, memindai keduanya dengan netra birunya. "Jadi, bisa jelaskan bagaimana kalian bisa bekerja sama?" tanya Shia dengan nada datar. "Hanya sebatas kenal dan tahu" jawab Dante tanpa ekspresi berlebih. Namun, satu alis Shia terangkat, menatap Dante dengan skeptis. "Kau tahu aku membenc
BRAK! “BRENGSEK! BERANINYA MEREKA MENGINCAR ROBERT SEBELUM AKU YANG MELAKUKANNYA!!” Shia memaki geram. Teriakan marahnya memecah hening di sekitar rumah sakit, dan tindakannya kini menjadi pusat perhatian bagi beberapa pengunjung yang berada di sana. Netra biru itu menatap melalui kaca ruang operasi di mana Robert berada. Pikirannya penuh dengan kemarahan, keputusasaan, dan kekesalan yang mendalam. Shia terlambat dan dia tau itu. “Shia.. kita di tempat umum,” ucap Paman Ronnie dengan lembut, mencoba menenangkan keponakannya yang tengah lepas kendali. Shia menyorot pamannya itu dengan tatapan tajam tanpa menyadari air matanya mulai menetes. “Kau menangis, Shia..” ucap David, yang terkejut melihat sisi emosional yang belum pernah dia lihat sebelumnya pada gadis tangguh itu. Meskipun Shia tidak mengakuinya, namun David sadar. Shia menangisi kondisi ayahnya yang terbaring di ruang operasi “Aku tidak menangis! Aku sangat membenci Robert hingga ingin membunuhnya. Aku menunggu waktu yang
Shia menjatuhkan tas besar dipunggungnya pada lantai lalu mulai merakit sebuah senjata. Mata birunya mengintai rombongan pria yang berada jauh di depannya. Ia membidik senapan panjangnya tepat di kepala seseorang yang Shia yakini sebagai atasan kelompok itu. Dengan hati-hati, Shia merapatkan bibir senapan panjangnya dan mengamati gerak-gerik mereka, Mengunci targetnya yang saat ini sedang bergerak. Ia mengukur jarak, memperhitungkan faktor angin, dan mengatur nafasnya dengan tenang. Saat yang tepat tiba, Shia mengeluarkan tembakan pertamanya. Suara dentuman senapan panjangnya meluncur di antara reruntuhan, menghujam kegelapan dan menembus udara malam. Peluru melesat dengan kecepatan tinggi, mengunci targetnya yang sedang memberikan perintah pada anak buahnya. Peluru itu mengenai kepala pria tua tersebut, menyapu nyawanya dalam sekejap. Darah menyembur, dan kebingungan melanda di antara rombongan pria itu. Sebelum mereka bisa bereaksi, tembakan kedua menghantam sasaran lain yang berd
Namanya Zedante Algheri Kingston pria yang kini berusia 41 tahun dengan pesona yang mematikan. Namun, mari kita melangkah lebih jauh ke belakang, ke waktu di mana Dante dan Shia pertama kali bersentuhan dalam perjalanan hidup mereka.***20 tahun yang lalu…Suara pelan lonceng gereja memecah keheningan pagi. Dante turun dari mobil dan membuka pintu untuk ibunya dengan sedikit enggan.“Kau ini! Senyum sedikit, meskipun kau tampan tapi wajahmu yang datar itu menakutkan, jangan sampai teman-temanku takut denganmu” Decak Irena melihat ekspresi putranya yang nampak datar seperti para bodyguard mereka.“Mom yang memaksaku kesini” Ucap Dante dengan datar“Itu karena ayahmu diluar negeri” Ucap Irena, Dia merangkul tangan Dante lalu memasuki gerbang gereja tua yang megah.Namun belum sampai kedepan pintu, Irena melepaskan lengan Dante begitu saja dan meninggalkan Dante sendirian “Kau masuk duluan saja” Ucap Irena lalu melangkah menuju kursi taman gereja dan berbicara dengan seorang biarawati d
“Kau marah Love?” Tanya Dante.Shia melirik sekilas melalui cermin lalu memalingkan pandangannya ke arah lain.“Sekarang aku yakin kau benar-benar marah” Ucap Dante seraya menghela napas panjang. Dante mendekat kearah Shia yang duduk di meja rias sambil memoleskan makeup“Love..” Panggil Dante dengan suara yang amat merduShia tidak merespon, dia hanya fokus memoleskan lipstik di bibirnya. Gaun Navy-nya yang semula berganti menjadi dress satin berwarna hitam gelap dengan beberapa ornamen mengkilat yang menghiasi bagian pinggangnya.“Akh” Shia tersentak ketika Dante menggendongnya ala bridal lalu membawanya keluar kamar.“Masih menolak bicara, Love?” Ucap Dante dengan senyuman lebar.“Dasar pemaksa” gumam Shia tanpa melihat wajah Dante.Dante terkekeh “Kau manis sekali saat kesal seperti ini Love”Shia tetap diam, mengabaikan pandangan Dante. Dia merasa sulit untuk menyembunyikan senyuman kecil di bibirnya meskipun hatinya berbisik untuk tetap marah.“Turunkan, aku bisa jalan sendiri”
“Shh… ahh” Shia meringis antara sakit dan nikmat disatu waktu bersamaan. Shia terduduk diatas meja kerja milik Dante dengan Dante yang berdirii dan terus memompa dirinya dibawah sana.“Dante- Stoph..Eum..” Belum selesai Shia berbicara Dante sudah lebih dulu membungkam bibir SHia dengan lumatan singkat lalu ia menarik diri setelah menyematkan mengecup pipi Shia beberapa kali kemudian lanjut menghentak Shia.Shia mengigit bibirnya, menahan desahan saat milik Dante masuk terlalu dalam di inti tubuhnya. Mata biru itu mentap gaun navy yang sudah tergeletak dan robek disana.“D-dante pestanya belum selesai” Ucap Shia saat Dante memperlambat gerakannya“Hmm.. mereka tidak akan menyadari kita menghilang Love” Ucap Dante dengan suara seraknya “Lihat Love, milikmu benar-benar dirancang sempurna untuk aku masuki” Tambahnya sambil menatap kelamin keduanya yang menyatu.Blush..“Dasar mesum” Shia berucap kesal namun wajah Shia memerah total, Shia mengalihkan pandangannya ke samping. Enggan menatap
Mobil putih itu bergerak dengan memutar di sisi lintasan yang menantang. Shia, dengan mahirnya, mengendalikan setiap gerakan mobilnya dengan presisi yang luar biasa. Asap ban dan deru mesin menciptakan suara yang menggetarkan hati para penonton di arena balap. Dante, yang berada di tepi lintasan, menyaksikan Shia dengan mata abu-abu yang menatap penuh kebanggaan. Meskipun awalnya khawatir, dia tidak bisa menahan kekagumannya melihat keahlian Shia dalam melakukan teknik drifting. Setiap belokan dan putaran roda menjadi sebuah tarian yang memukau. “Bukankah istriku luar biasa Alesio” Ucap Dante dengan bangga pada sang anak yang kini berusia 5 tahun. Alesio mendengus, meskipun masih kecil namun sikap Dante benar-benar menurun persis padanya “Dia mamaku” Dalam setiap belokan tajam dan drift spektakuler, Shia terus menunjukkan keterampilannya. Saingan-saingannya sulit mengejar karena mobil putihnya meluncur dengan kecepatan yang sulit dipercaya. Suasana menjadi semakin tegang ketika bal
"Melalui proses pemungutan suara yang demokratis, para pemegang saham dengan bulat hati menyetujui penetapan Ronnie Colins sebagai Presiden Direktur, menggantikan almarhum Robert Clarikson sesuai dengan peraturan nomor 2 yang telah diusulkan.”Prok.. Prok.. Prokk..Suara tepuk tangan menggema merayakan keputusan yang baru saja diumumkan.Cahaya sorot lampu panggung memantulkan kilauan di wajah-wajah para pemegang saham yang merasa yakin bahwa pemilihan Ronnie Colins sebagai Presiden Direktur adalah langkah yang tepat.Ronnie Colins, dengan langkah mantap, berdiri di depan podium. Sorot mata yang tajam dan wibawa dalam setiap langkahnya mencerminkan kepercayaan diri yang dimilikinya.Ronnie mengarahkan pandangannya kesegala sisi hingga terhenti pada satu titik. Sudut bibirnya terangkat dengan senyum miring "Terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan. Saya sangat bersyukur dan berkomitmen untuk membawa perusahaan ini ke arah yang lebih baik, sesuai dengan visi dan misi yang tela
Waktu pemulihan yang seolah begitu cepat terasa seperti mukjizat bagi Dante. Shia dan bayi mereka, Alesio, menjadi simbol keajaiban itu. Setelah melewati masa-masa sulit di ruang perawatan intensif neonatal, Alesio kini berada dalam gendongan hangat Shia. Bayi itu tidak lagi terikat pada tabung inkubator.Dante duduk di samping Shia, matanya penuh kekaguman melihat bayi mungil mereka yang sekarang begitu sehat. Alesio dengan rakus meminum ASI dari ibunya, menunjukkan semangat hidup yang mengagumkan."Dia benar-benar rakus, ya?" Dante berkata dengan senyum di bibirnya.Shia hanya mengangguk setuju, mata biru yang terus memperhatikan putranya yang kecil. Keceriaan dan kebahagiaan menyelinap ke wajahnya meskipun kelelahan masih terlihat di matanya."Hidungnya dan bentuk wajahnya mirip sepertimu, Dante" Shia berkata sambil tersenyum lembut, jari telunjuknya menyentuh lembut permukaan wajah Alesio. "Dia pasti akan tumbuh menjadi anak yang sangat tampan, persis seperti ayahnya.Dante merasa
Setelah menyelesaikan masalah Ilyana. Hari-hari berikutnya menjadi masa-masa yang sulit bagi Dante. Dia tidak pernah meninggalkan ruangan perawatan Shia, selalu berada di sampingnya setiap saat.“Apa kau tidak lelah tidur terus, Love?” Dante mulai bermonolog“Semua orang yang mengincarmu sudah musnah, kita bisa hidup dengan dalam sekarang” Sambung DanteMeskipun ruangan itu penuh dengan suara perangkat medis dan mesin yang memantau, satu-satunya suara yang Dante dengar adalah detak jantung Shia“Aku merindukanmu Love, dan putra kita membutuhkanmu… Dia sangat kecil hingga aku rasa tubuhnya bisa hancur jika kusentuh.”Ruang perawatan intensif neonatal menjadi tempat yang akrab bagi Dante. Bayi kecil yang ia nama Alessio, terhubung dengan berbagai alat bantu pernapasan dan monitor yang memantau setiap detak jantungnya.Meskipun setelah beberapa minggu, Alessio mulai menunjukkan tanda-tanda perkembangan yang positif. Detak jantungnya menjadi lebih stabil, dan dia mulai merespons rangsanga
Dante menatap Ilya yang terikat dengan kondisi yang cukup mengenaskan. Kedua tangannya diborgol dengan rantai yang dingin dan keras. Ruangan gelap itu dipenuhi dengan ketegangan, dan senyuman sinis Ilyana menciptakan aura yang semakin mencekam.“Dante.. Dante..” Ucap Ilyana dengan seringai lebarnya. “Biar kutebak apa Shia sekarat? Atau dia sudah mati?”Plak.Suara tamparan yang keras membuat ruangan itu terdiam sejenak. Dante, tanpa ekspresi wajah, memandang Ilyana dengan tajam. “Jangan sekali-kali menyentuh nama Shia dengan cara seperti itu” ucapnya dengan suara rendah yang penuh dengan ancaman.Ilyana hanya tertawa sinis. “Kau memang selalu terlalu sentimental. Apa yang bisa kau lakukan untuk mencegahku?”Dante menghela nafas, berusaha menahan amarahnya. “Aku sudah memberikan peringatan, Ilyana. Jangan mencampuri Shia dalam permainan kotormu.”Namun, senyuman Ilyana tak kunjung hilang. "Kau tidak bisa menyelamatkannya. Dan tidak ada yang bisa menghentikan rencanaku. Aku sudah mengat
Dante duduk di samping tempat tidur Shia, wajahnya penuh keprihatinan dan kekhawatiran. Dokter keluar dari ruang perawatan dan menghampiri Dante dengan ekspresi serius."Mr. Kingston, kami menemukan sesuatu yang perlu Anda ketahui" ucap dokter nampak tergesa namun penuh kehati-hatian.Dante melirik sang dokter dengan tajam “katakan” Ucapnya"Dalam pemeriksaan lebih lanjut, kami menemukan bahwa Mrs. Kingston memiliki riwayat penyakit jantung. Tidak hanya itu, kami menemukan bahwa dia pernah melakukan operasi jantung" ungkap dokter dengan nada serius.Dante terdiam sejenak, mencerna informasi tersebut. "Operasi jantung?"Seolah paham kebingunan Dante, Dokter menjelaskan lebih lanjut "Beberapa orang memilih untuk menyembunyikan riwayat penyakit mereka, terutama jika itu berkaitan dengan organ vital seperti jantung. Mungkin Mrs. Kingston tidak ingin membuat banyak orang khawatir, terlebih dari data yang kami temukan, operasi itu berlangsung sekitar 7 tahun yang lalu” JelasnyaDante menata